Judul : Ibuk
Penulis : Iwan Setyawan
Tebal : 291 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
"Seperti sepatumu
ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna.
Tapi kamu mesti kuat. Buatlah pijakanmu kuat.”
-Ibuk-
Masih belia usia Tinah saat itu. Suatu pagi di pasar Batu telah mengubah hidupnya. Sim, seorang kenek angkot, seorang playboy pasar yang berambut selalu klimis dan bersandal jepit, hadir dalam hidup Tinah lewat sebuah tatapan mata. Keduanya menikah, mereka pun menjadi Ibuk dan Bapak.
Lima anak terlahir sebagai buah cinta. Hidup yang semakin meriah juga semakin penuh perjuangan. Angkot yang sering rusak, rumah mungil yang bocor di kala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar, dan pernak-pernik permasalahan kehidupan dihadapi Ibuk dengan tabah. Air matanya membuat garis-garis hidup semakin indah.
ibuk, novel karya penulis national best seller Iwan Setyawan, berkisah tentang sebuah pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok perempuan bening dan hijau seperti pepohonan yang menutupi kegersangan, yang memberi nafas bagi kehidupan.
-Ibuk-
Masih belia usia Tinah saat itu. Suatu pagi di pasar Batu telah mengubah hidupnya. Sim, seorang kenek angkot, seorang playboy pasar yang berambut selalu klimis dan bersandal jepit, hadir dalam hidup Tinah lewat sebuah tatapan mata. Keduanya menikah, mereka pun menjadi Ibuk dan Bapak.
Lima anak terlahir sebagai buah cinta. Hidup yang semakin meriah juga semakin penuh perjuangan. Angkot yang sering rusak, rumah mungil yang bocor di kala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar, dan pernak-pernik permasalahan kehidupan dihadapi Ibuk dengan tabah. Air matanya membuat garis-garis hidup semakin indah.
ibuk, novel karya penulis national best seller Iwan Setyawan, berkisah tentang sebuah pesta kehidupan yang dipimpin oleh seorang perempuan sederhana yang perkasa. Tentang sosok perempuan bening dan hijau seperti pepohonan yang menutupi kegersangan, yang memberi nafas bagi kehidupan.
Review :
Buku ini agak tumpang tindih dengan karya Iwan Setyawan sebelumnya yang berjudul 9 Summers 10 Autumns. Namun akan dijelaskan lebih jauh mengenai masa kecil dan perjalanan hidup Bayek alias Iwan Setyawan.
Kisah kesuksesan seorang Bayek tidak jauh-jauh dari sosok seorang ibu yang mengerti bahwa sekolah adalah keharusan. Dengan bersekolah, status seseorang akan terangkat dan bisa menempatkan diri di posisi yang sangat bagus dalam masyarakat. Ibu Bayek tidak lulus SD, tapi dia memiliki pikiran matang yang bahkan orang-orang pintar belum tentu punya. Ibu Bayek mengerti cara menghemat uang, menawar harga barang hingga semurah mungkin, mengurus keluarga, mendidik anak-anak dengan baik, melayani suami, membahagiakan seluruh anggota keluarga, dan berjuang menahan badai kemiskinan.
Saya selalu mengagumi sosok orang yang kuat secara mental. Dibanting, diguncang, dihantam nasib bagaimana pun, orang itu akan tetap bertahan dan berdiri tegak. Seperti tokoh Ibuk ini. Hidupnya bersahaja, siap berkorban demi keluarga, namun berpikiran maju walau tidak lulus sekolah. Saya bisa mengerti kenapa Bayek kerap kali rindu pulang ke kampung halaman dan menelpon ibunya hampir tiap hari. Seorang ibu yang bisa menciptakan keharmonisan dan kehangatan keluarga di dalam rumah akan selalu berhasil membuat anak-anaknya betah di rumah dan selalu ingin kembali. Saya suka dengan kerukunan 5 kakak beradik dalam keluarga Bayek. Bahkan sosok si Bapak juga membekas di hati saya. Benar-benar pengalaman yang menyenangkan bisa mengenal tokoh-tokoh dalam keluarga Bayek.
Kekurangan novel ini hanyalah pada penjelasan kehidupan Bayek di Amerika. Menurut saya, penuturan cepat mengenai rekan-rekan kerja Bayek tidak begitu penting untuk diceritakan. Ada percakapan mendetail dengan Rachel yang sebetulnya agak aneh. Lalu kemunculan Victor tidak dijelaskan lebih lanjut. Mungkin maksud penulis ingin memunculkan setiap orang yang pernah menjadi teman terdekat di saat dia sendirian di New York. Lagipula memang tujuan awal penulis adalah ingin agar keluarganya tahu apa saja yang terjadi di hidupnya. Dan terutama penulis ingin membagikan kisah seorang ibu yang luar biasa.
Iwan Setyawan sungguh seorang penulis. Bahasanya yang mendayu-dayu dan puitis sangat apik sekali. Saya dibuat terkagum-kagum dengan kalimat-kalimat yang dia tulis. Seperti ini.
"Aku hanya bagian kecil dari cerita ini. Aku hanya seseorang yang berusaha mencatat sedikit kenangan agar tak hilang begitu saja ditelan zaman. Jika suatu peristiwa telah pergi, kau tahu, ia tak akan hilang begitu saja. Jika dulu ada tawa, gaungnya masih bisa kau dengar di sana. Jika dulu ada air mata, kau masih bisa membasuhnya dengan tanganmu di sana, sekarang, Jika aku mati, kenangan itu akan hidup.
Aku melintasi kehidupan dan kala. Aku berlayar menembus senja. Kuberanikan diri menulis untuk mengabadikan momen hidup dalam lembaran kertas..." ~hal. 72-73
"... Aku tenggelam dalam keheningan. Aku ditarik-tarik sepi. Aku terbawa dalam kepingan-kepingan hidup Ibuk dan keluarganya. Lembar demi lembar kenangan menampar hidupku." ~hal. 286-287
"Aku menulis untuk membaca kehidupan. Aku menulis untuk berkaca. Aku menulis untuk melepaskan air mata. Aku menulis untuk menjadikanku manusia. Aku menulis untuk membunuh malam. Aku menulis untuk memaknai hidup. Aku menulis untuk bersyukur. Aku menulis karena menulis menyembuhkan. Aku menulis untuk merapikan masa lalu. Aku menulis karena kata-kata bisa menguatkan. Aku menulis untuk menggali hati nurani.
Menulis adalah meditasi.
Aku menulis untuk orang-orang yang telah menyentuh hatiku, kehangatan keluarga yang telah menghangatkan hidupku, serta alam sekitar yang menyegarkan perjalanan ini. Tulisanku mencoba menangkap kenangan agar mereka tidak menguap begitu saja. Aku menulis sebelum kenangan jatuh dari ingatan. Aku menulis untuk menangkap kenangan yang mungkin tak akan mampu tersimpan dalam memoriku. Sebelum diriku usang dan menghilang.
Tulisan membuatku semakin berani. Dan bukankah hidup ini terasa bermakna ketika ada keberanian untuk melalui badai kehidupan. Keberanian untuk menembus batas ketakutan. Keberanian untuk melalui malam yang panjang. Keberanian untuk bertanya, untuk apa kita di sini?" ~hal 287-288
Hehe... Saya memang penggemar majas pengulangan. Saya suka penggambaran variatif Iwan Setyawan mengenai alasan dia menulis.
Rasanya damai sekali membaca buku ini. Kesan akhirnya benar-benar sejuk dan tenteram.
4/5
Catatan:
Buku ini saya dapat dari Secret Santa yang menjuluki dirinya Black Cat. Riddle-nya bisa dilihat lebih detail di post saya yang ini. Dan tanggal 31 Januari hari ini, saya harus menebak identitas rahasia si Secret Santa.
Tebakan saya adalah...
Beatrice Cynthia
Errr... saya menebak dari foto goodreadsnya yang bergambar kucing hitam. Bener nggak ya?
Anyway, thanks for the books! I really love Ibuk :)