Tuesday 24 May 2011

Ca Bau Kan


Judul : Ca Bau Kan
Penulis : Remy Sylado
Penerbit : KPG
Setelah berkubang dalam tugas yang tiada habisnya, gue berhasil menyelesaikan satu buku ini. Gue baca ini buku di MRT, di bus, dan di tempat umum jikalau ada waktu. Masalahnya, di rumah gue harus mengerjakan tugas.

Oke, cukup sampai di situ.

Buku Ca Bau Kan ini gue beli waktu gue ke Palasari. Awalnya gue nggak berniat cari buku ini, tapi si penjual toko nawarin. Katanya bagus. Jadi, gue beli deh.

Eh, ternyata buku ini ada filmnya. Gue baru inget gue pernah liat cover filmnya di toko rental VCD langganan gue. Itu bikin gue jadi penasaran apa sih isi ini buku.

Pertama gue baca... Kok bahasanya lucu yah? Agak vulgar gimana gitu, terus banyak makian-makian yang lucu banget. Gue sampai mikir, apa bener ini buku sastra Indonesia?

Terus-terang awal-awal buku ini membosankan. Lebih banyak bercerita soal Tinung yang adalah ca bau kan. Dia adalah tipe orang nggak pernah sekolah, lugu, dan bodoh. Gue emang nggak pernah suka tokoh utama yang bloon. Bikin gemes aja bacanya.

Cerita mulai menarik saat beralih ke Tan Peng Liang asal Semarang, bukan Tan Peng Liang asal Bandung. Tokoh yang satu ini unik. Dia adalah macan kejam di dunia luar, sementara di dalam keluarga dia adalah si setia. Dia licik dan lihai dalam bisnis, tapi dia bisa menghargai Tinung yang adalah istrinya.

Gue suka penggambaran kelicikan Tan Peng Liang dan anggota-anggota Kong Kuan. Kebencian yang ditutupi keramahan, udang di balik batu, dan strategi kejam terselubung digambarkan Remy Sylado dengan sangat baik. Remy Sylado juga tampaknya meriset dalam sekali. Masalahnya nama jalan di masa lalu, kebudayaan Cina, dan istilah-istilah bahasa daerah bukanlah perkara gampang untuk ditulis.

Buku ini menggambarkan dengan tepat beberapa etnis Tiong Hoa yang memang lihai dalam bisnis. Mereka adalah batu karang yang selalu tegak bahkan saat ditekan terus-menerus. Terbukti saat Tan Peng Liang jatuh, dia mampu bangkit lagi dengan mencari jalan lain. Ini sangat cocok dengan karakter orang Tiong Hoa yang sangat luwes jika dihadapkan berbagai masalah. Dan karena kebetulan tokohnya banyak yang jahat, kelihaian itu dipakai untuk berbuat kejahatan.

Gue udah tahu dari awal, tokoh-tokoh ini bakal mati di akhir cerita. Mereka terlalu jahat untuk dibiarkan hidup. Dan memang karma selalu datang cepat. Hanya saja kematian Tan Peng Liang gue rasa terlalu mudah dan cepat. Terasa seperti anti-klimaks yang buruk.

Gue nggak tau buku ini bertujuan untuk menceritakan apa. Banyak yang bilang buku ini menceritakan kisah cinta antara seorang ca bau kan dan seorang Tiong Hoa kaya yang romantis. Tapi entah kenapa gue nggak dapet menangkap sisi romansa itu. Menurut gue, buku ini lebih banyak menggambarkan pertikaian sesama orang Tiong Hoa dan zaman penjajahan di Indonesia.

Tapi itu bukan masalah. Gue tetep kasih buku ini bintang lima. Kenapa? Memang banyak sekali kekurangannya, tapi riset yang sudah dilakukan Remy Sylado untuk mengarang buku ini praktis membuat gue sangat menghargai usaha itu. Lagipula gue suka sama tokoh-tokoh jahatnya yang sangat unik. Yang paling bagus adalah percakapan dan dialog di antara tokoh-tokohnya. Bahkan sampai menceritakan wartawan dan polisi Belanda. Menurut gue itu cukup menghibur. Apalagi gue memang suka sejarah, dan buku ini memang kuat sekali unsur sejarahnya.

Salah satu karya sastra Indonesia yang wajib dibaca.

Nex week dreamer is going back to Indonesia, YES!!!


:)

Wednesday 11 May 2011

Buffet and Fantasy Fiesta

Kemaren gue makan buffet di Crystal Jade Korea Centrepoint. Seriusan buffet ini adalah salah stau buffet terenak yang pernah gue makan.

Tapi sumpah daging semua, sampe gue berniat nggak mau makan daging lagi saking enegnya. Dan gue kapok makan buffet, karena gue ngerasa cape dan nggak bisa tidur saking kebanyakan makan.

Selain itu gue merasa sangat tua. Gue inget dulu gue lumayan sering makan buffet. Dulu sih kuat, sekarang nggak deh. Gue sampe stres ini. Mulut kering, perut kembung, badan nggak enak, dan sejuta ketidaknyamanan lain.

Makan buffet itu sebenernya nggak bagus. Kita memaksa tubuh kita untuk mencerna makanan sebanyak itu. Keterlaluan emang.

Oh ya. Beberapa minggu lalu, gue diajak ikut Fantasy Fiesta. Fantasy Fiesta itu lomba bikin cerpen fantasi yang dipelopori penulis Indonesia. Cukup menggugah selera (emangnya makanan) sih, tapi sayangnya gue lagi nggak ada waktu. Banyak tugas menanti.

Bener-bener tugas bikin keki.

Gue sejauh ini baru beberapa kali bikin cerpen. Terus terang gue kurang berbakat di bagian itu karena pikiran gue rumit. Gue pengennya yang rumit ceritanya. Yah, akhirnya jadinya bukan cerpen malahan novel. Apalagi ini fantasi. Gue kan bukan penggemar fantasi.

Tapi nggak apa-apa deh. Itung-itung pengalaman. Dan mencoba sesuatu yang baru itu baik kan?

Gue harus mikirin idenya dari sekarang, tapi mungkin gue baru bakal ngarang sebulan lagi. Hayah...

Dreamer hates hates hates scientific journal,


:)

Monday 9 May 2011

The Wedding Games


Judul : The Wedding Games
Penulis : Fanny Hartanti
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Resensi :
Dania Kartanegara presenter acara memasak sekaligus pemilik wedding organizer ternama di Indonesia. Namun, di balik kesuksesannya Dania menyimpan kesedihan luar biasa akibat ketidakmampuannya menjadi seorang ibu. Pada saat ia berusaha menenggelamkan diri pada kariernya yang semakin meroket, pernikahannya pun terguncang.

Dion Dirgantara, suami Dania, lelaki modern dan mapan. Ia selalu berpendapat kedudukan wanita dan pria bisa sejajar. Namun saat karier istrinya melesat tajam dan semakin sibuk, egonya sebagai lelaki mulai berontak. Kerenggangan hubungan itu membuatnya mudah terbujuk wanita lain.

Dania dan Dion sebenarnya masih saling mencintai, tapi sama-sama keras kepala dan merasa paling benar sendiri. Tetapi, di saat tak ada yang mau mengalah, bukankah semua pihak akhirnya jadi kalah?


Yah, metropop memang bukan genre kesukaan gue. Seperti biasa, buku seperti ini hanya untuk bacaan ringan dan nggak pernah melekat di otak lama. 

Sebenernya tipe cerita ini sangatlah sederhana. Cewek dan cowok super sempurna yang saling mencintai tetapi terus menerus salah paham. Bingung, deh. Udah nikah tapi nggak bisa nyelesaiin masalah secara terbuka. Pada diem-dieman dan perang dingin. 

Bahasanya enak dibaca. Gue cukup enjoy menghabiskan buku ini sampe akhir. Tapi nggak ada adegan yang berkesan bahkan percakapannya semua standar kayak copas dari novel lain. Untungnya tokoh utamanya masih punya pandangan yang cukup sama dengan gue sendiri. Nggak kayak metropop sekarang yang banyak menganut free sex dan kehidupan gaul aneh lainnya. Gue cukup suka lah sama ceweknya yang nggak terlalu lemah dan whining

Tiga bintang untuk bacaan ringan seperti ini. 

Seriously, why is the sun soooo damn hot? Dreamer is sweating a lot...


:) 

Friday 6 May 2011

Impostress


Judul : Impostress
Penulis : Lisa Jackson 
Penerbit : Dastanbooks
Resensi :
Kiera of Lawenydd terpaksa menggantikan Elyn pada hari pernikahan kakaknya itu. Kiera harus menyamar sebagai Elyn dan menikah dengan Lord Kelan of Penbrooke yang tidak ia kenal. Elyn meyakinkan Kiera kalau penyamaran ini hanya untuk satu malam supaya Elyn bisa bertemu dengan kekasihnya untuk terakhir kalinya.

Di luar dugaan, Lord Kelan ternyata masih muda dan tampan. Pada malam pertama, rencana Kiera berantakan dan akhirnya ia hanyut dalam rayuan sensual Kelan. Keesokan harinya, Elyn tidak juga muncul sehingga Kiera tidak punya pilihan selain menemani Kelan ke Penbrooke. Perlahan-lahan, seiring dengan kebersamaan yang mereka lalui setiap harinya, mereka mulai jatuh cinta, walaupun Kelan tetap memanggil Kiera dengan nama Elyn.

Bagaimana perasaan Kelan ketika akhirnya mengetahui kebenarannya? Dan apa yang telah terjadi pada Elyn? Apakah Kelan masih mau menerima cinta Kiera yang tulus setelah gadis itu membohonginya?


Awalnya, gue beli buku ini karena tertarik sama resensi di belakang buku itu. Sangat klasik, karena banyak buku yang juga mengambil tema cerita seperti ini. Cuma gue liat di goodreads ratingnya kok jelek. Tapi gue coba baca.

Prolognya bagus, bikin gue penasaran. Alurnya juga oke banget. Cuma gue kaget aja ternyata settingnya di zaman abad ke-12. Gile, zaman dulu banget.

Tapi  gue merasa semuanya datar. Tokoh-tokohnya banyak yang tidak berkarakter gitu. Maksudnya plain, nggak istimewa sampai susah diinget. Hubungan antara dua tokoh utama juga terlalu sedikit sampai gue bingung kok tiba-tiba mereka sudah saling jatuh cinta. Aneh.

Udah gitu ending-nya juga kegampangan. Sebentar lagi seru-serunya, tiba-tiba DANG! beres. Bingung gue jadinya. 

Secara keseluruhan oke sih. Plotnya gue suka. Cuma bagian prolog nggak banyak dijelasin jadi agak aneh. Kerasa ada yang bolong gitu. So, tiga bintang deh.

Dreamer gonna watch movie second time this week, oh my money...


:) 

Wednesday 4 May 2011

Jane Eyre


Judul : Jane Eyre
Penulis : Charlotte Brontë
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Oke, gue emang sucker kalo menyangkut historical romance. Gue ga peduli itu klasik atopun karangan pengarang zaman sekarang. Tapi gue bener-bener yakin kalo gue emang paling suka sama genre ini.

Resensi : 
Jane Eyre adalah salah satu karya fiksi klasik terpopuler sepanjang masa. Walaupun miskin dan tidak cantik, Jane memiliki jiwa dan semangat yang tak terkalahkan, serta kecerdasan dan keberanian besar. Sebagai anak yatim-piatu, Jane menghabiskan masa kecilnya bersama keluarga bibinya yang kejam. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Lowood, dia bekerja sebagai pengajar bagi anak perempuan Mr. Rochester, seorang tuan tanah yang sinis dan misterius. Padang belantara Yorkshire menjadi latar belakang kisah cinta yang lambat laun berkembang antara Jane Eyre dan Mr. Rochester, namun begitu banyak rintangan dan tragedi yang mesti dihadapi, perpisahan yang mesti dijalani sebelum mereka bisa bertemu lagi.

Gue beli buku ini waktu gue pulang ke Indonesia. Gue liat di Gramedia kalo ini adalah terjemahan karya klasik. Gue pikir karena gue belum pernah baca klasik, gue mau mencobanya. Walaupun harga bukunya mahal.

Gue menghabiskan waktu cukup lama (2 minggu) untuk membaca buku ini. Bukan karena gue bosen ato apa. Karena adegan awal-awal buku kurang menarik. Datar dan biasa saja. Yang jelas bagian awal sekitar seratus lima puluh halaman adalah tentang perkenalan dan masa kecil Jane Eyre yang kasihan. Dia tidak disayang oleh bibi dan sepupunya. Jane selalu diperlakukan tidak adil dan itu membuatnya sangat mendambakan kasih sayang. 

Terus terang gue suka sama tokoh Jane sendiri. Dia bukan tipe orang yang sempurna, tentu saja. Dia pemberontak juga berhati lembut. Dia berpegang teguh pada prinsipnya. Ia sangat menjaga kehormatan dan tahu diri. Ia tahu di mana posisinya berdiri di dunia ini dan dia bersikap sesuai dengan peraturan yang memang sudah didiktekan padanya di sekolah asrama.

Lanjut.

Gue mulai nggak bisa berhenti baca begitu dia bekerja sebagai guru pribadi di rumah Mr. Rochester. Dia jatuh cinta pada tuannya yang baik hati walaupun tidak rupawan dan sangat eksentrik. Mr. Rochester lebih tua dua puluh tahun dari Jane. Pada awalnya mereka hanya bersahabat. Tapi ternyata hati berkata lain.

“Aku tak pernah berniat mencintainya, pembaca tahu aku sudah berjuang keras untuk mencabut benih-benih cinta di dalam jiwaku, tapi sekarang, saat aku melihatnya lagi, benih-benih itu langsung bertumbuh, hijau dan kuat! Dia membuatku mencintainya tanpa memandangku.” 
 
Gue dapet quote ini dari blog orang tentang Jane Eyre. Saat itu gue belum baca sampe bagian ini. Tapi begitu gue baca quote ini, gue langsung tersentuh. Jane merasa dirinya sangat tidak pantas punya perasaan pada tuannya. Dia tahu kedudukannya hanyalah sebagai orang upahan yang miskin dan ia sangat yakin Mr. Rochester tidak bakal pernah menganggapnya lebih dari seorang guru pribadi anak asuhannya.

Tapi Mr. Rochester benar-benar sayang sama Jane dengan tulus. Setulus-tulusnya sampai gue terharu membaca betapa dia sangat menghormati Jane. Dia melamar Jane tanpa peduli apa kata orang lain tentang seorang bangsawan yang menikahi seorang guru pribadi miskin.

Hanya saja begitu pernikahan hampir dilangsungkan, rahasia terbongkar kalau Mr. Rochester pernah menikah dulu dan istrinya masih hidup. Tapi istrinya itu gila.

Pernikahan batal. Dan Jane yang adalah seorang yang selalu memperhatikan peraturan langsung menolak begitu Mr. Rochester ingin melangsungkan pernikahan. Jadi, dia meninggalkan Mr. Rochester dengan sangat berat hati.

Still indomitable was the reply--"I care for myself. The more solitary, the more friendless, the more unsustained I am, the more I will respect myself. I will keep the law given by God; sanctioned by man. I will hold to the principles received by me when I was sane, and not mad--as I am now. Laws and principles are not for the times when there is no temptation: they are for such moments as this, when body and soul rise in mutiny against their rigour; stringent are they; inviolate they shall be. If at my individual convenience I might break them, what would be their worth? They have a worth--so I have always believed; and if I cannot believe it now, it is because I am insane--quite insane: with my veins running fire, and my heart beating faster than I can count its throbs. Preconceived opinions, foregone determinations, are all I have at this hour to stand by: there I plant my foot."

Ini emang quote dalam bahasa Inggris yang gue copas dari satu tempat. Gue males nulis panjang-panjang terjemahan yang gue baca. Dan emang lebih keren bahasa Inggrisnya walau artinya sama. Di sini Jane sedang membicarakan alasan kenapa dia merasa meninggalkan Mr. Rochester adalah keputusan yang baik. Beneran. Kalimatnya bagus sekali.

Dari situ, Jane terlunta-lunta bagai pengemis karena ia tidak membawa sepeser pun uang. Ia bahkan tidak membawa hadiah-hadiah mahal dari Mr. Rochester. Sampai dirinya ditolong keluarga Rivers.

Yah, gue sempet berpikir memberi bintang empat saja untuk buku ini pas bagian keluarga Rivers itu. Masalahnya, bagian itu terlalu kebetulan dan aneh. Tapi begitu gue baca bab terakhir... I'm more than willing to give this book ten stars.

Jane sudah mencoba mengirim surat untuk mengetahui bagaimana kabar Mr. Rochester. Tapi tidak pernah ada balasan surat. Jadi, dia memutuskan untuk menemui tuannya sendiri. Dan ternyata... setelah ditinggal Jane, Mr. Rochester terpuruk dan mengurung diri. Lalu suatu kecelakaan terjadi yang membuat Mr. Rochester cacat selamanya.

Cacat dan tak berdaya... Mr. Rochester hanya punya satu keinginan yaitu bertemu Jane lagi. Selama setahun perpisahan itu, ia terus menunggu tanpa kenal lelah karena ia percaya Tuhan akan membawa gadis yang dicintainya kembali padanya.

The ending is so bittersweet. Ending seperti ini pasti akan meninggalkan kesan sangat dalam dan akan terus diingat sampai kapanpun. Itu sebabnya gue tanpa peduli apapun langsung memberi buku klasik ini lima bintang.

Gue tipe cengeng. Banyak sekali buku dan film yang bisa gampang bikin gue nangis. Tapi tidak banyak buku yang bisa bikin gue menangis dengan tersedu-sedu seperti Jane Eyre ini. Dan buku ini langsung masuk dalam jajaran buku favorit gue.

Nah, gue berharap bisa membaca buku klasik lainnya. Sumpah, kalo semua buku klasik ternyata sebagus ini... gue ngerti kenapa buku klasik bisa bertahan sekalipun zaman terus berganti.

"I hold myself supremely blest - blest beyond what language can express; because I am my husband's life as fully as he is mine. No woman was ever nearer to her mate than I am: ever more absolutely bone of his bone and flesh of his flesh. I know no weariness of my Edward's society: he knows none of mine, any more than we each do the pulsation of the heart that beats in our separate bosoms; consequently, we are ever together."

Mungkin gue butuh bacaan ringan sekarang. Jane Eyre terlalu berat dan bagus sampai gue belum bisa menghilangkan aftertaste-nya. 

Dreamer loves historical romances soooooo much,


:)