Judul : Ca Bau Kan
Penulis : Remy Sylado
Penerbit : KPG
Oke, cukup sampai di situ.
Buku Ca Bau Kan ini gue beli waktu gue ke Palasari. Awalnya gue nggak berniat cari buku ini, tapi si penjual toko nawarin. Katanya bagus. Jadi, gue beli deh.
Eh, ternyata buku ini ada filmnya. Gue baru inget gue pernah liat cover filmnya di toko rental VCD langganan gue. Itu bikin gue jadi penasaran apa sih isi ini buku.
Pertama gue baca... Kok bahasanya lucu yah? Agak vulgar gimana gitu, terus banyak makian-makian yang lucu banget. Gue sampai mikir, apa bener ini buku sastra Indonesia?
Terus-terang awal-awal buku ini membosankan. Lebih banyak bercerita soal Tinung yang adalah ca bau kan. Dia adalah tipe orang nggak pernah sekolah, lugu, dan bodoh. Gue emang nggak pernah suka tokoh utama yang bloon. Bikin gemes aja bacanya.
Cerita mulai menarik saat beralih ke Tan Peng Liang asal Semarang, bukan Tan Peng Liang asal Bandung. Tokoh yang satu ini unik. Dia adalah macan kejam di dunia luar, sementara di dalam keluarga dia adalah si setia. Dia licik dan lihai dalam bisnis, tapi dia bisa menghargai Tinung yang adalah istrinya.
Gue suka penggambaran kelicikan Tan Peng Liang dan anggota-anggota Kong Kuan. Kebencian yang ditutupi keramahan, udang di balik batu, dan strategi kejam terselubung digambarkan Remy Sylado dengan sangat baik. Remy Sylado juga tampaknya meriset dalam sekali. Masalahnya nama jalan di masa lalu, kebudayaan Cina, dan istilah-istilah bahasa daerah bukanlah perkara gampang untuk ditulis.
Buku ini menggambarkan dengan tepat beberapa etnis Tiong Hoa yang memang lihai dalam bisnis. Mereka adalah batu karang yang selalu tegak bahkan saat ditekan terus-menerus. Terbukti saat Tan Peng Liang jatuh, dia mampu bangkit lagi dengan mencari jalan lain. Ini sangat cocok dengan karakter orang Tiong Hoa yang sangat luwes jika dihadapkan berbagai masalah. Dan karena kebetulan tokohnya banyak yang jahat, kelihaian itu dipakai untuk berbuat kejahatan.
Gue udah tahu dari awal, tokoh-tokoh ini bakal mati di akhir cerita. Mereka terlalu jahat untuk dibiarkan hidup. Dan memang karma selalu datang cepat. Hanya saja kematian Tan Peng Liang gue rasa terlalu mudah dan cepat. Terasa seperti anti-klimaks yang buruk.
Gue nggak tau buku ini bertujuan untuk menceritakan apa. Banyak yang bilang buku ini menceritakan kisah cinta antara seorang ca bau kan dan seorang Tiong Hoa kaya yang romantis. Tapi entah kenapa gue nggak dapet menangkap sisi romansa itu. Menurut gue, buku ini lebih banyak menggambarkan pertikaian sesama orang Tiong Hoa dan zaman penjajahan di Indonesia.
Tapi itu bukan masalah. Gue tetep kasih buku ini bintang lima. Kenapa? Memang banyak sekali kekurangannya, tapi riset yang sudah dilakukan Remy Sylado untuk mengarang buku ini praktis membuat gue sangat menghargai usaha itu. Lagipula gue suka sama tokoh-tokoh jahatnya yang sangat unik. Yang paling bagus adalah percakapan dan dialog di antara tokoh-tokohnya. Bahkan sampai menceritakan wartawan dan polisi Belanda. Menurut gue itu cukup menghibur. Apalagi gue memang suka sejarah, dan buku ini memang kuat sekali unsur sejarahnya.
Salah satu karya sastra Indonesia yang wajib dibaca.
Nex week dreamer is going back to Indonesia, YES!!!
:)