Wednesday, 1 February 2012

Warna Tanah


Judul : Warna Tanah (Color Trilogy #1)
Penulis : Kim Dong Hwa
Tebal : 320 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Buku pertama dari novel grafis Korea ini bercerita tentang kehidupan wanita Korea zaman dulu. Setting bertempat di sebuah kota kecil bernama Namwon.

Kita akan dibawa melalui perjalanan Ehwa menuju kedewasaan. Bagaimana keluguan anak perempuan zaman itu dalam menghadapi banyak pertanyaan mengenai cinta dan seksualitas. Kebetulan ibu Ehwa adalah seorang janda yang memiliki kedai minum. Tamu-tamu pria di situ suka bicara vulgar dan seringkali Ehwa mendengarnya. Di situlah dimulai pertanyaan-pertanyaan Ehwa.

Ini hanyalah kehidupan sehari-hari Ehwa di kota kecil. Cinta pertama Ehwa pada biksu muda dan seorang putra terpelajar juga penantian ibu Ehwa akan cinta dari seorang tukang gambar yang senang berkelana...

Ceritanya sangat indah. Bahasanya sangat puitis dan banyak menyangkut tentang bunga. Di sini memang wanita digambarkan sebagai berbagai macam bunga. Lembut dan juga kuat. Rasanya seperti membaca sebuah karya seni yang sangat mendamaikan hati.

Saya paling suka bunga tiger lily dan bunga kamelia.

"Tiger lily adalah satu-satunya bunga yang senang hati menghadap ke arah matahari dan mekar meskipun tidak ada siapa-siapa di dekatnya untuk menyaksikan."
(menggambarkan si biksu muda yang hanya bisa dikagumi dari jauh)

"Kamelia benar-benar bunga yang tahan cuaca... Itu sebabnya kamelia juga bunga yang konyol-kamelia satu-satunya bunga yang cintanya bertepuk sebelah tangan. Tak peduli betapa indah bunga kamelia menghias dirinya, tak satu pun kupu-kupu akan mendarat di atas kelopaknya bahkan sampai kuntum bunga terakhir telah merekah. Ketika kupu-kupu keluar, bunga-bunga ini sudah terlelap. Sebab hanya ketika kupu-kupu tertidur bunga-bunga ini menjadi hidup."
(diucapkan saat di biksu memutuskan cinta Ehwa~~ hebat bener diputusin pake puisi =.=)

Gambarnya cantik sekali. Saya serasa dibawa ke tempat pedesaan itu. Pemandangannya bagus banget, banyak pohon dan bunga-bunga yang mekar di tengah hujan musim semi.

Kekasihku tiba, tapi bukan menyambutnya,
Aku hanya bisa menggigit ujung celemekku dengan ekspresi hampa--
Betapa kikuknya diriku.

Hatiku merindukannya, sebesar dan senyalang bulan yang purnama
Namun aku malah menyipitkan mata, tatapanku
setajam dan setipis bulan sabit.

Namun bukan aku melulu yang bertingkah begini.
Ibuku dan ibu dari ibuku sama konyol dan canggungnya saat masih gadis...

Tapi cinta yang datang dari hatiku meluap-luap,
Seterang dan semerah besi panas dalam tungku pandai besi. (Kim Dong Hwa)

3/5 

2 comments:

  1. Waaa.. Ada tentang bunga matahari atau bunga teratai ngga? *jadi penasaran* hehe.. Tapi kata review2 yg aku baca buku ini memang ilustrasinya bagus ya?

    ReplyDelete
  2. haha... teratai ada,gambarin biksu jg tapi sekilas saja... bunga matahari jg ada tapi ga dikasi satu bab sendiri hihi...
    yap, kelebihan utamanya ilustrasinya... cantik banget :D

    ReplyDelete