Judul : Me Before You
Penulis : Jojo Moyes
Tebal : 656 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Lou Clark tahu banyak hal. Dia tahu berapa langkah jarak antara halte bus dan rumahnya. Dia tahu dia suka sekali bekerja di kedai kopi The Buttered Bun, dan dia tahu mungkin dia tidak begitu mencintai pacarnya, Patrick.
Tetapi Lou tidak tahu bahwa dia akan kehilangan pekerjaannya, dan peristiwa apa saja yang akan menyusul kemudian.
Setelah mengalami kecelakaan, Will Traynor tahu dia sudah tidak berminat lagi untuk melanjutkan hidupnya. Dunianya kini menyusut dan tak ada lagi suka cita. Dan dia tahu betul, bagaimana mesti menghentikannya.
Namun Will tidak tahu bahwa sebentar lagi Lou akan masuk ke dunianya dengan membawa warna-warni ceria. Mereka berdua sama-sama tidak menyadari, betapa mereka akan membawa perubahan besar ke dalam kehidupan satu sama lain.
Review:
Buku ini cukup fenomenal, menurut saya. Soalnya buku ini muncul terus di timeline goodreads saya tahun lalu dengan rating yang nggak tanggung-tanggung, 5 bintang terus. Padahal saya sudah jarang buka goodreads, lho. Jadilah, saya penasaran. Apalagi selain rating-nya bagus, bukunya tebal.
Ceritanya sebenarnya sederhana. Kita akan disuguhkan dilema baru, yaitu mengenai hak untuk di-euthanasia. Saya ingat dulu kalau zaman debat di SMA, tema euthanasia sering kali muncul. Apakah membunuh seseorang atas dasar kemanusiaan itu diperbolehkan? Apakah membunuh tetaplah membunuh, apapun alasannya?
Will Traynor adalah seorang pengacara sukses, kaya, senang bertualang, tampan, dan banyak disenangi wanita. Hanya karena satu hari sial, ia mendapatkan kecelakaan. Tulang punggungnya rusak di bagian C5-6 dan dia harus hidup di kursi roda selamanya. Lumpuh, gampang sakit, lemah, terus-menerus bergantung pada orang lain, namun... otaknya tetap brilian dan mampu menyadari segalanya.
Will orang yang kuat. Tapi akhirnya ia pun harus menyerah kalah dan ia memutuskan ingin mati. Seluruh keluarganya tentu saja menolak. Mereka berusaha membujuknya sehingga Will pun dengan berat hati memberikan waktu 6 bulan terakhir untuk keluarganya.
6 bulan yang singkat. Ibu Will mencari seseorang yang bisa mengubah pikiran Will dalam kurun waktu tersebut. Dan masuklah Lou Clark. Lou ini tipikal cewek yang biasa-biasa saja. Ia datang dari keluarga kelas bawah dan ia hanya bekerja sebagai pelayan kafe. Saat kafe tempatnya bekerja tutup, ia pun ditawarkan bekerja mengurus Will dengan gaji tinggi.
Lou mengupayakan segala cara untuk membuat Will gembira dengan mengajak pria itu jalan-jalan. Interaksi keduanya sangat lucu kadang-kadang saking sederhananya. Pada akhirnya, mereka saling jatuh cinta. Tapi apakah cinta itu cukup untuk mengubah pikiran Will?
Saya cukup suka dengan idenya. Saya sempat merenung sendiri. Apakah saya setuju dengan pilihan Will? Sayangnya saya tidak setuju. Menurut saya dia egois dan pilihannya itu membuat orang tuanya sedih. Lagipula apa bedanya itu dengan bunuh diri? Memang hak sih hak. Tapi kesannya beda dengan euthanasia orang sakit yang sudah tidak bisa memberikan keputusan apapun. Yah, saya mengerti sih kenapa Will begitu. Bagi orang yang pernah merasakan kebebasan dan keindahan di luar sana tanpa batasan, menjadi lumpuh adalah neraka. Hanya saja saya bukan orang seperti itu. Saya lebih takut mati daripada hidup lumpuh. Saya tidak tahu apa yang menanti saya setelah mati.
Ending dari cerita ini membuat saya tidak puas sebenarnya. Saya menghabiskan 656 halaman hanya untuk kembali ke titik awal. Tapi saya sangat menyukai kehidupan Lou yang sederhana itu. Yah, saya memang penggemar cerita kehidupan di desa/kota kecil gitu, hehe...
Secara keseluruhan, saya mengerti kenapa buku ini fenomenal. Tapi sayangnya saya tidak merasa buku ini sebagus dan sesuai dengan rating-nya.
3/5
Catatan:
Buku ini saya dapat dari Secret Santa misterius yang baik hati itu. Dia menghadiahkan saya buku ini bersama dengan pembatas buku yang lucu-lucu.
Dan tentu saja disertai dengan riddle yang mengarah kepada sang Santa.
Dari gambarnya, saya langsung terpikir kalau Santa-ku ini penggemar Roald Dahl. Tapi saya tidak mau asal yakin dulu, soalnya empat quotes di atas bukan dari buku Roald Dahl saja.
"Those who don't believe in magic, will never find it."
(ini beneran Roald Dahl sih)
"You can't find someone who doesn't want to be found."
(kalau ini dari Isabel Allende)
"You have to believe. Otherwise, it will never happen."
(ini dari Neil Gaiman)
"One of the saddest things in life, is the thing one remember."
(saya suka quote Agatha Christie ini)
Hmm... apa hubungan quotes ini sama si Santa ya? Saya pikir pasti si Santa pernah baca buku dari keempat pengarang ini. Matilah. Saya harus cari di goodreads. Satu-satu, pelan-pelan.
Entah benar atau tidak, entah saya teliti atau tidak, untungnya saya hanya nemu dua orang yang pernah baca buku empat pengarang itu. Dua orang itu adalah Mba Maria Hobby Buku dan Mba Zelie. Karena cuma Mba Zelie yang nulis di bagian profile kalau dia penggemar Roald Dahl, maka saya rasa dialah Santa misterius saya.
Benar nggak, Mba Zelie? Hehe... Makasih banget bukunya yagh, muachhh :D