Judul : Letters To Sam
Penulis : Daniel Gottlieb
Tebal : 232 halaman
Penerbit : Gagasmedia
"Aku tak sanggup memikirkan hal ini, tetapi aku tahu, satu hari nanti, kau akan mendengar seseorang berkata, 'Dia autis.' Kalau hal itu terjadi, aku khawatir, kau akan menyadari bahwa ketika orang melihatmu, mereka tak melihat seorang Sam. Mereka melihat sebuah diagnosis. Sebuah masalah. Sebuah pengelompokan. Bukan seorang manusia."
Daniel Gottlieb, seorang psikolog dan terapis keluarga, begitu sedih saat mendapati cucunya yang bernama Sam menderita autis. Tapi dia sangat menyayangi Sam dan ingin cucunya tahu bahwa segalanya baik-baik saja. Dia menulis surat-surat dengan harapan suatu hari Sam akan membacanya dan mendapatkan banyak pelajaran tentang kehidupan yang mungkin tidak akan sempat diberikannya.
Daniel mengalami kelumpuhan di usianya
ke 29 tahun. Kecelakaan yang dialaminya membuat tulang belakangnya putus
dan ia lumpuh setengah badan. Keadaan itu pernah membuatnya putus asa sebelum akhirnya ia menerima dan berdamai dengan kecacatannya itu. Karena merasa sama-sama merasa berbeda, ia ingin Sam tahu kalau memiliki kecacatan tidak berarti akhir dari segalanya.
"Sam, selama bertahun-tahun aku mendapati bahwa aku bukanlah seorang tunadaksa. Aku memang memiliki kelumpuhan. Kau bukan penderita autis. Kau memiliki autisme. Karena label yang dilekatkan pada kita, beberapa orang takut mendekati kita. Beberapa yang lain menjadi berhati-hati ketika bicara atau memberi kepercayaan kepada kita. Dengan cedera tulang belakangku dan autisme yang kau miliki, kita terlihat berbeda dan bertindak berbeda. Tapi, kita juga bisa mengajari orang lain... bahwa apa pun yang terjadi dengan tubuh atau pikiran kita, jiwa kita akan tetap utuh."
"Akar dari kekecewaan adalah keinginan."
"Sam, suatu hari nanti, segala yang
memiliki keterikatan dengan kita akan lenyap: benda-benda milik kita,
orang yang kita kasihi, bahkan kemudaan dan kesehatan kita. Ya, setiap
kehilangan adalah pukulan. Tapi juga kesempatan. Ada sebuah pepatah kuno
ala sufi: 'Ketika hati menangisi apa yang hilang, maka jiwa bersuka
cita atas apa yang diperoleh."
Saya suka sekali dengan banyak kalimat di buku ini. Rasanya seperti ikutan kuliah dengan mata pelajaran kehidupan yang ringan dan mengena.
"Aku mengemukakan pendapatku--bahwa orang merasa kesepian karena ada sesuatu yang hilang dalam kehidupan mereka."
"Apa yang selalu membuat kita merasa
lapar? Rasa aman dan kebahagiaan, tentu saja. Namun, rasa aman yang kita
dambakan adalah perasaan aman yang tak bisa diperoleh dengan
kepemilikan atau penguasaan. Kalau kita bisa membeli rumah besar dan
mobil bertenaga luar biasa, kita mungkin bisa mendapatkan ilusi rasa
aman, tetapi semua itu tetap saja ilusi. Kalau kita bisa mengerjakan
sesuatu dengan baik di sekolah atau kantor, kita mungkin telah melakukan
pencapaian, tetapi selalu ada hal lain yang harus dicapai--kebahagiaan
akan selalu ada di tikungan berikutnya. Rasa aman yang sebenarnya hanya
datang saat kita merasa nyaman dengan diri kita sesungguhnya...
Kebahagiaan yang sesungguhnya adalah efek samping dari kehidupan yang
kita jalani dengan baik."
"...ketika kita berhenti melawan kematian, kita akan sanggup bangkit untuk hidup."
Daniel tidak hanya mengajari soal penerimaan, tapi juga bagaimana berjuang dalam kehidupan. Beneran, sepertinya pendapat Daniel cocok untuk otak saya. Setuju banget, pokoknya.
"Satu hal yang dibutuhkan anak-anak
adalah ketahanan, dan kebutuhanmu yang berkaitan dengan permasalahan
sepele dalam hidup pun bisa tampak besar dan membuat tak berdaya. Cara
terbaik untuk membentuk ketahanan pada masa dewasa adalah dengan
menghadapi dan belajar dari kesulitan sejak dini. Hal yang paling
penting bukanlah bagaimana menghindari masalah; tetapi belajar bagaimana
mengatasi masalah yang muncul."
"Banyak dari kita menderita karena mencoba menjalani kehidupan yang pernah kita miliki atau kehidupan yang kita dambakan. Kau mengingatkanku hari itu bahwa hidup terasa sangat manis ketika kita menjalani kehidupan yang kita miliki."
"Sam, aku ingin kau tahu bahwa menjadi berbeda bukanlah masalah. Ini sekadar menjadi berbeda. Tapi, merasa berbeda bisa menjadi masalah. Ketika kau merasa berbeda, perasaan ini bisa benar-benar mengubah caramu melihat dunia."
Definitely my favorite book. Haha...
4/5
Terharu baca reviewnya
ReplyDeleteT_T
Sama nih. Saya baca juga nangis T.T
DeleteAku juga suka bgt buku ini, rasa2nya pengen mengquote semua isi buku, hehe ;)
ReplyDeletebetul, makanya saya quote-nya banyak nih hihi^^
Delete