Judul : 1984
Penulis : George Orwell
Tebal : 328 halaman
Penerbit : Signet Classics
Written in 1948, 1984 was George Orwell's chilling prophecy about the future. And while the year 1984 has come and gone, Orwell's narrative is timelier than ever. 1984 presents a startling and haunting vision of the world, so powerful that it is completely convincing from start to finish. No one can deny the power of this novel, its hold on the imaginations of multiple generations of readers, or the resiliency of its admonitions. A legacy that seems only to grow with the passage of time.
Review:
Kali ini saya dibawa ke dunia distopia milik George Orwell yang terjadi di tahun 1984. Ditulis dari sudut pandang Winston Smith, buku ini menceritakan setiap aspek dan detail mengenai kehidupan zaman itu.
“War is peace.
Freedom is slavery.
Ignorance is strength.”
Freedom is slavery.
Ignorance is strength.”
Mengerikan, kejam, dan membuat depresi. Itulah negara Oceania yang dipimpin oleh Big Brothers. Kejadiannya bersetting di London dengan perubahan besar di sana-sini. Bayangkan saja. Semua hal yang kita sukai merupakan hal yang dibenci dan dilarang. Perang terjadi setiap hari, makanan dijatah dan tidak enak, setiap rumah dipasang surveillance, seks adalah dosa, sejarah diubah sesuka hati, dan kebenaran hanya dipegang oleh Big Brothers saja. Tirani sejati.
Winston bekerja di departemen yang mengurus koran dan media. Tugasnya adalah mengubah sejarah. Misalnya, jika Big Brothers meramalkan sesuatu dan ternyata salah, ia harus mengkoreksi pernyataan Big Brothers di koran sebelumnya supaya sesuai dengan kenyataan. Semuanya hanya demi Big Brothers terlihat hebat dan pintar. Bahkan ada departemen yang mengurus perubahan bahasa. Bahasa lama akan diubah dengan mengurangi jumlah kata-katanya. Tujuannya agar orang-orang tidak lagi bisa mengekspresikan sesuatu seperti kebebasan, cinta, dan hal-hal yang indah. Generasi-generasi baru akan dididik dan didoktrin agar sejak awal mereka mencintai Big Brothers. Sinting memang. Anak-anak kecil sudah tahu soal pembunuhan dan mereka menyukai kematian yang diberitakan dalam televisi setiap harinya.
Sebagai seorang yang suka membaca, Winston mengetahui kebenaran. Ia menyembunyikan semua pikirannya di dalam diarinya. Ia mengutuk pemerintahan Big Brothers dan diam-diam ingin melakukan pemberontakan. Kebetulan ia mengenal Diana, seorang wanita yang jauh lebih muda darinya dan berpikiran bebas.
Namun Big Brothers tahu segalanya. Ia menangkap Winston dan Diana. Keduanya diinterogasi dan disiksa agar mau mengakui kehebatan Big Brothers.
Saya harus mengacungkan jempol pada penulis karena sanggup membuat detail kengerian yang membuat saya membenci seluruh aspek dunia tersebut. Terutama saat Winston disiksa secara fisik dan mental. Percakapan, pertanyaan interogasi, dan penjelasan gila dari menteri yang menyiksa Winston membuat saya merinding karena semuanya begitu tidak masuk akal namun juga masuk akal. Argumen seorang Winston pun berubah lemah pada akhirnya walaupun saya tetap berpendapat Winston lebih benar dari orang-orang gila itu. Namun apalah daya satu orang. Tidak mungkin Winston seorang diri bisa melawan sebuah negara.
Saya agak menyayangkan endingnya. Masalahnya tidak terpecahkan dan semuanya tetap sama seperti semula. Yang berubah hanyalah Winston. Ia menerima nasibnya dan tidak lagi mau berjuang sehingga membuat saya jadi tidak bersimpatik dengan karakter ini.
4/5
Catatan: Review ini ditulis dalam rangka baca bareng BBI bulan September dengan tema distopia.
Aku juga tadinya baca ini utk dystopia, etapi karna baca terbitannya bentang jadi malas ngelanjutin soalnya terjemahannya kurang oke menurutku..tpi baca bagian awal aja sih menurutku udh aneh banget tu dunianya winston smith :D
ReplyDeleteEh ada terjemahannya mbak Esy ? aq baru tahu *nimbrung*
DeleteDua judul George Orwell masih masuk dlm wishlist, semoga tahun depan bisa dapat plus sempat bacanya :D
Lama tdk berkunjung nih, gimana kbrnya Sabrina.
*blogwalking*
[ http://alice-secret-garden.blogspot.com/2013/09/books-under-dome.html ]
@althesia: Aku baru tau ada terjemahannya :) Memang kalo terjemahan jelek, males bacanya... emang aneh dunianya, sinting pula haha
Delete@maria: iya nih, aku sibuk dan jarang blogwalking lagi :) kabarnya baik di sini hehe...
Aku masih blm kuat niat untuk baca buku ini :P
ReplyDeleteNice review mba :)
hihi... aku ga kuat awalnya, tapi akhirnya selesai juga... glad you like the review :)
DeleteErrr... Aku nyerah di lembar2 awal buku ini. Terjemahannya yang aku baca th 1982. Bukunya tebal dg kertas model berat gitu.
ReplyDeleteGreat review...
waduh terjemahan tahun 1982... jadul amat haha... pasti bahasanya aneh deh. hehehe...
Deletemenurutku justru endingnya menguatkan kesan 'dystopia' dari kisah ini, bukan seperti yg kita harapkan, mengerikan, tapi berkesan banget
ReplyDeleteiya bener. ini aku saja yang ngarep hepi ending haha... tapi lumayanlah :D
Deleteeh ini kan bukunya yang aku beli itu ya?
ReplyDeleteho-oh, mas tezar. aku punya dua, gara-gara ada orang yang ninggalin novel ini gitu aja di apartemen sewaan punya sodara. Daripada dibuang, aku jual saja. hehehe...
Delete