Wednesday, 16 October 2013

Three Weddings And Jane Austen


Judul : Three Weddings And Jane Austen
Penulis : Prima Santika
Tebal : 464 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tak ada yang lebih membahagiakan seorang ibu daripada melihat anak gadisnya menikah dengan pria baik yang dicintainya.

Seperti memiliki pajangan kristal yang indah dan sangat mahal, memiliki anak gadis dewasa yang belum menikah rasanya selalu dalam kebimbangan. Kalau dipajang, takut dicuri orang. Tapi kalau hanya disimpan, takut tak ada yang tahu. Dan jangan sampai pecah atau hilang, karena kebahagiaan hakiki seorang wanita setelah menjadi ibu adalah menjadi nenek bagi para cucunya.

Ibu Sri memiliki tiga gadis yang belum juga menikah di usia matang mereka. Emma 35 tahun, Meri 30 tahun, dan Lisa 29 tahun. Dia sangat menyukai novel-novel karya Jane Austen dan berpendapat semua masalah percintaan anak-anaknya dapat mengambil suri tauladan yang tersirat dalam novel-novel itu. Namun seperti nasib kebanyakan gadis lajang, cinta tak selalu bersatu dan jodoh tak ada yang tahu. Kini Ibu Sri tak bisa hanya menasihati. Dia harus melakukan sesuatu untuk menolong gadis-gadisnya. Mereka harus melalui derita penyesalan, memaknai kejadian, mengubah keyakinan, dan mengikhlaskan harapan, berharap bahagia akan muncul dalam bentuk pernikahan. Dan buku Jane Austen pun hadir memperlancar proses pendewasaan.


Review:
Saya tertarik membaca buku ini karena judulnya. Ada hubungan apa sebuah karya metropop dengan Jane Austen? Apalagi novel  ini cukup tebal. Pasti ceritanya rumit.

Sayangnya tidak begitu. Ceritanya ringan dan heart-warming. Saya suka hal-hal yang membumi dan berbau tradisional. Semua itu tercerminkan dalam sosok Ibu Sri. Ibu Sri ini tipikal ibu-ibu kuno yang pikirannya cuma menikahkan ketiga anak gadisnya. Sangat persis dengan novel Jane Austen. Memang, saya cuma pernah baca Pride and Prejudice saja. Tapi kesan kedua novel ini sama persis. Ibu-ibu yang seperti cacing kepanasan mencarikan jodoh buat anaknya. 

Kisahnya cukup menarik. Ibu Sri sangat tergila-gila dengan karya Jane Austen sehingga setiap nasehat yang keluar dari mulutnya selalu berhubungan dengan novel-novel karya penulis legendaris itu. Sampai-sampai ketiga anaknya bosan mendengarnya. 

Saya suka dengan tiga cerita cinta berbeda dari ketiga anak Ibu Sri. Emma pernah ditinggal nikah oleh pacarnya dan masih takut membangun hubungan baru. Ia kerap dijodohkan oleh dokter-dokter kenalan ayahnya. Meri adalah yang paling cantik dan punya banyak pacar. Dia sudah bertunangan dengan seorang pria, namun tergoda untuk selingkuh dengan pria lain. Si bungsu Lisa adalah tokoh yang paling menarik buat saya. Dia tomboi dan mandiri. Ia terkesan memiliki kepribadian yang bebas. Tapi ia punya rahasia. Ia selalu mencintai mantan pacar sahabatnya dan tidak pernah mengungkapkan perasaan itu pada siapapun. 

Ibu Sri memiliki peran terselubung di setiap kehidupan cinta anaknya walaupun ketiga anaknya sama sekali tidak tahu. Hanya Ibu Sri dan pembaca yang tahu, tentunya. Gokil banget ibu yang satu ini!

Walaupun saya suka ceritanya, saya tidak suka cara penulis menyampaikan ceritanya. Plot dan bahasanya agak kurang enak dibaca. Kaku gitu. Mungkin karena ini karya pertama kali ya. Pokoknya saya kerap mengernyit aneh di beberapa percakapan dan narasinya. Lalu, saya tidak begitu suka dengan penjabaran secara detail kisah dalam novel-novel Jane Austen. Agak mubazir. Terutama quote-quote dalam bahasa Inggris yang diambil dari adegan di dalam novel Jane Austen. Ada terjemahannya pula, lho. Menurut saya, itu hanya menghabiskan halaman buku saja. Dan saya agak kesal karena itu seperti spoiler. Saya kan belum baca novelnya dan berencana ingin membacanya. 

3/5 

No comments:

Post a Comment