Monday, 2 December 2013

Pandemonium


Judul : Pandemonium (Delirium #2)
Penulis : Lauren Oliver
Tebal : 400 halaman
Penerbit : HarperCollins

The old life is dead.

But the old Lena is dead too.

I buried her.

I left her beyond a fence, behind a wall of smoke and flame.

In this electrifying follow-up to her acclaimed New York Times bestseller Delirium, Lauren Oliver sets Lena on a dangerous course that hurtles through the unregulated Wilds and into the heart of a growing resistance movement. This riveting, brilliant novel crackles with the fire of fierce defiance, forbidden romance, and the sparks of a revolution about to ignite.


Review:
Buku ini bahkan lebih bagus dari buku pertamanya. Kalau di buku pertama, saya terpukau dengan kalimat-kalimat Lauren Oliver yang cantik dan sangat deskriptif. Di buku kedua, saya suka dengan ceritanya. Alurnya nggak ketebak sama sekali. 

Kisah ini dibagi dalam dua bagian waktu: Now dan Then. Awalnya saya agak bingung dengan pembagian ini karena dua bagian itu diceritakan selang-seling dan merupakan dua hal yang sangat berbeda. 

Then menceritakan kisah Lena di The Wild setelah berhasil bebas dari pagar pembatas kota tempat tinggalnya dulu. Lena bertemu dengan Raven dan kelompoknya yang memiliki kehidupan yang sangat berbeda dari apa yang ada di dalam pagar pembatas. Di sini dijelaskan mengenai kehidupan manusia primitif yang masih berburu dan berpindah-pindah sesuai musim.

Now adalah masa sekarang dan saya sangat suka bagian ini. Dengan identitas baru, Lena menyamar sebagai penduduk di Kota New York. Tugasnya adalah mengawasi Julian, seorang ikon remaja yang sangat mendukung DFA (Deliria Free America). Julian ini menginspirasi banyak orang karena dia menderita kanker otak dan pernah dioperasi dua kali. Otaknya yang lemah itu membuatnya tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan obat delirium. Tapi dia tetap ngotot ingin diberikan obat itu.

Namun Julian diculik, begitu juga Lena yang kebetulan sedang membuntuti Julian. Di dalam penjara itulah, mereka berbincang-bincang tentang delirium. Ini bagian yang menarik. Sedikit demi sedikit Julian dicuci otaknya, apalagi saat dia mulai jatuh cinta pada Lena. 

Ah, dasar cinta... Susah dilawannya hahahaha...

Lalu dimulailah petualangan Julian dan Lena melarikan diri dari penjara itu. Seru bangetlah pokoknya. Action-nya boleh juga. Selain itu, banyak rahasia terbongkar, termasuk di mana ibu kandung Lena berada.

Endingnya sangat mengejutkan! Nggak juga sih, karena saya sudah tahu kalau Alex masih hidup. Cuma nggak nyangka saja kalau dia bakal muncul di situ. Aaaarrrrggghhh! Saya belum beli buku ketiganya. Penasaran nih. Besok saya akan ke toko buku dan mencari Requiem. 

“Grief is like sinking, like being buried. I am in water the tawny color of kicked-up dirt. Every breath is full of choking. There is nothing to hold on to, no sides, no way to claw myself up. There is nothing to do but let go."

4/5

2 comments:

  1. huhuhu belum punya, padahal suka banget sama Delirium, nanti deh kalo ada waktu dan diskon :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe... pasti lebih suka lagi sama yg ini :D Kataku lebih bagus dr Deliriumnya.

      Delete