Wednesday, 27 November 2013

Where Rainbows End


Judul : Where Rainbows End
Penulis : Cecelia Ahern
Tebal : 632 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Mulai dari anak-anak nakal sampai menjelma jadi remaja pemberontak, Rosie dan Alex selalu bersama-sama dalam susah maupun senang. Namun sayang, di tengah-tengah serunya masa remaja, mereka harus berpisah. Alex dan keluarganya harus pindah ke Amerika. Untuk selamanya.

Rosie benar-benar tersesat tanpa Alex. Namun pada malam sebelum keberangkatannya untuk bersatu lagi bersama Alex, Rosie mendapat kabar yang akan mengubah hidupnya selamanya---dan menahannya selamanya di tanah kelahirannya, Irlandia.

Tetapi ikatan di antara keduanya terbukti sanggup melewati suka dan duka dalam hidup mereka masing-masing. Namun sayang, tak satu pun dari mereka benar-benar yakin hubungan mereka sanggup menghadapi perubahan yang lain, yakni CINTA.


Review:
Kata pertama yang terlintas di pikiran saya setelah menyelesaikan buku ini adalah "kenapa????". Sumpah, deh. Rosie dan Alex itu "meant to be" banget dari awal. Tapi waktunya selalu tidak tepat. Dan akhirnya mereka harus menghabiskan berpuluh-puluh tahun sebelum akhirnya menemukan kalau mereka seharusnya bersama sejak dulu. Arrrggghhhh!!!

Jadi, begini. Rosie dan Alex bersahabat sejak kecil. Unyu banget pokoknya mereka ini karena semua interaksi dalam buku ini berupa surat, email, chatting, dan kartu ucapan. Bahkan bahasa penulisan suratnya disesuaikan dengan usia mereka. Kebetulan Rosie dan Alex ini adalah pembuat onar. Semua orang dibuat kesal oleh mereka, terutama guru-guru sekolahnya.

Karena mereka selalu berdua, Rosie pun sangat kehilangan sewaktu Alex mulai pacaran dengan cewek lain. Puncaknya terjadi saat Alex pindah ke Amerika. Namun Rosie masih memegang harapan untuk kuliah di Amerika supaya bisa bersama Alex. Sayangnya, kesalahan yang dilakukannya di malam prom membuatnya harus melupakan impian itu.

Rosie hamil. Dia harus mengorbankan kuliah dan cita-citanya sebagai manajer hotel untuk mengurus bayinya. Sementara Alex terus maju dan sukses sebagai dokter bedah jantung, Rosie terjebak dengan anak perempuan yang awalnya tidak disukainya. 

Buku ini menceritakan kisah hidup keduanya. Kebahagiaan, tragedi, kehilangan, perceraian, pernikahan, perjuangan, dan bahkan sedikit kekonyolan. Saya sangat terhibur dengan obrolan Rosie dan sahabatnya, interaksi anak Rosie dengan Alex juga anak Alex, dan terutama kisah hidup Rosie sendiri yang penuh dengan kesulitan. Saya salut dengan semangat pantang menyerah Rosie bahkan di saat pernikahannya hancur karena perselingkuhan suaminya, kekurangan uang, dan harus melepas banyak kesempatan yang dimilikinya. Saya kesal namun juga simpati dengan nasib Rosie yang buruk. Tapi roda kehidupan memang selalu berputar. Ia akhirnya berhasil menyelesaikan sarjana perhotelannya walau telat 10 tahun. Ia juga berhasil membangun bisnis penginapannya sendiri.

Di sisi lain, Alex yang sukses dan terkenal sebagai salah satu dokter bedah terbaik, ternyata juga mengalami kegagalan dalam pernikahannya. Mungkin di saat seseorang mencintai orang lain dan tidak bisa mengungkapkannya, orang itu akan merusak hubungan apapun yang dibangunnya karena rasa tidak puasnya. Rosie dan Alex terus berhubungan seperti sahabat sejati, walau hati mereka berkata lain.

Tapi janji kebahagiaan itu ada di ujung pelangi. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan? Selain itu, saya suka banget dengan konsep hubungan yang hampir sama antara anak Rosie dengan sahabatnya. Bahwa kesalahan sebaiknya tidak terulang lagi di generasi selanjutnya.

Saya nggak punya komentar apapun untuk ceritanya selain bagus, bagus, dan bagus. Saya suka cerita model begini. Cuma sayang penyampaiannya dalam bentuk surat dan bukannya narasi. Tapi mungkin kalau penyampaiannya dalam bentuk narasi, nuansanya akan berbeda dan saya malah jadi tidak suka. 

Totally recommended buat yang suka romance yang perjuangannya panjang, hehe...

4/5

No comments:

Post a Comment