Judul : The Absolutely True Diary of A Part-Time Indian
Penulis : Sherman Alexie
Tebal : 231 halaman
Penerbit : Andersen
In his first book for young adults, Sherman Alexie tells the story of Junior, a budding cartoonist who leaves his school on the Spokane Indian Reservation to attend an all-white high school. This heartbreaking, funny, and beautifully written tale, featuring poignant drawings that reflect the character's art, is based on the author's own experiences. It chronicles contemporary adolescence as seen through the eyes of one Native American boy.
Review:
Sumpah, saya merasa jahat karena tertawa terus sepanjang membaca buku ini. Nasib si Arnold itu kasihan banget, tapi cara dia bernarasi dengan self-deprecating beneran lucu.
Hidup itu tidak adil. Boleh dibilang, nasib orang Indian di sekitar Arnold itu tidak bagus. Mereka bersekolah di tempat yang terbuang dengan guru-guru yang tidak peduli saat mengajar. Setiap hari selalu ada perkelahian. Dan jangan berharap bisa keluar dari lingkaran kehidupan seperti itu. Sekalipun lulus sekolah, apa yang bisa orang Indian lakukan? Mau masuk ke universitas juga bukan perkara gampang. Kalau sudah begitu, nasib mereka semua antara jadi miskin, bodoh, miskin, bodoh, dst.
Tapi Arnold ini pintar. Dia akhirnya minta untuk disekolahkan di tempat yang agak jauh. Di sekolah itu isinya orang kulit putih semua. Di sekolah itu, Arnold pun belajar seberapa bedanya dirinya dengan anak-anak kaya itu. Tidak selalu buruk sih. Terkadang manusia hanyalah manusia, dengan ketidakpedulian mereka. Mungkin bagi para orang Indian di tempat Arnold, manusia kulit putih itu adalah penjahat. Namun ada saja dari mereka yang baik dan malah bisa berteman dengan Arnold.
Ilustrasi-ilustrasi di buku ini sangat kreatif dan terkadang ada maknanya tersendiri. Tapi tetap narasi Arnold yang juara. Cara dia menggambarkan sesuatu juga sangat unik. Ampun, dah. Teman-temannya juga astagaaaa... Unik dan lucu gitu. Rowdy terutama. Interaksi persahabatan mereka itu sangat tidak biasa.
Mungkin buku ini terkesan sederhana. Tapi buku seperti inilah yang mengajarkan toleransi, empati, dan cara menghargai perbedaan. Sangat recommended.
“Poverty doesn’t give you strength or teach you lessons about perseverance. No, poverty only teaches you how to be poor.”
4/5
No comments:
Post a Comment