Sunday, 22 November 2020

Saving Francesca


 Judul : Saving Francesca
Penulis : Melina Marchetta
Tebal : 245 halaman
Penerbit : Knopf Books for Young Readers

Francesca is stuck at St. Sebastians, a boys' school that's pretends it's coed by giving the girls their own bathroom. Her only female companions are an ultra-feminist, a rumored slut, and an an impossibly dorky accordion player. The boys are no better, from Thomas who specializes in musical burping to Will, the perpetually frowning, smug moron that Francesca can't seem to stop thinking about.

Then there's Francesca's mother, who always thinks she knows what's best for Francesca—until she is suddenly stricken with acute depression, leaving Francesca lost, alone, and without an inkling who she really is. Simultaneously humorous, poignant, and impossible to put down, this is the story of a girl who must summon the strength to save her family, her social life and—hardest of all—herself.

Review:
Buku ini terbitan lama dan saat saya membacanya, saya merasa buku ini cukup relatable untuk isu zaman sekarang. Dengan maraknya pembahasan soal kesehatan mental dan depresi, saya cukup terkejut karena buku ini membahas hal itu. 

Sebenarnya tema "membenahi" kehidupan dalam novel-novel young adult itu sudah biasa. Terkadang saya merasa tidak bisa lagi menemukan buku remaja yang membuat saya terkejut. Anehnya, buku ini membuat saya terkesan. Mungkin itulah kenapa buku ini mendapatkan banyak penghargaan. 

Francesca hanya salah satu murid biasa di sekolah St. Sebastian. Tapi karena St. Sebastian tadinya sekolah khusus laki-laki, keberadaan Francesca jadi cukup menonjol. Hanya ada sedikit perempuan di sana. Dan awalnya, Francesca kesal karena dia lebih suka bersekolah di sekolahnya yang lama bersama teman-teman yang dikenalnya. 

Selain itu, masih ada masalah ibunya yang sudah berminggu-minggu berdiam diri di kamar tanpa mau keluar. Tadinya Francesca tidak mengerti kenapa ibunya yang energetik dan penuh ambisi bisa begitu. Yah, beda seperti sekarang yang menganggap depresi sudah sebagai sesuatu yang biasa. Zaman itu depresi itu masih langka.

Buku ini tipis, namun ada banyak masalah yang dibahas. Mulai dari teman tulus vs teman palsu, depresi, adaptasi, pentingnya keluarga, dan cinta (bagian terakhir tidak mungkin tidak ada dong). Bahkan teman-teman baru Francesca punya karakter cukup kuat sehingga memorable sekali. Dan mungkin karena Francesca bukan tipe yang menye-menye, saya merasa senang membacanya. Beneran remaja yang tidak ababil gitu. Sangat realistis. Kayaknya kalau saya baca buku young adult fantasy, banyak karakter remaja yang tidak masuk akal. Atau memang saya sudah tua saja ya, jadi tidak bisa relate sama karakter yang terlalu dramatis. Eaaaaa...

4/5

No comments:

Post a Comment