Wednesday, 27 December 2017

The Girl on the Train


Judul : The Girl on the Train
Penulis : Paula Hawkins
Tebal : 440 halaman
Penerbit : Noura Books

Rachel menaiki kereta komuter yang sama setiap pagi. Setiap hari dia terguncang-guncang di dalamnya, melintasi sederetan rumah-rumah di pinggiran kota yang nyaman, kemudian berhenti di perlintasan yang memungkinkannya melihat sepasangan suami istri menikmati sarapan mereka di teras setiap harinya. Dia bahkan mulai merasa seolah-olah mengenal mereka secara pribadi. “Jess dan Jason,” begitu dia menyebut mereka. Kehidupan mereka-seperti yang dilihatnya-begitu sempurna. Tak jauh berbeda dengan kehidupannya sendiri yang baru saja hilang.

Namun kemudian, dia menyaksikan sesuatu yang mengejutkan. Hanya semenit sebelum kereta mulai bergerak, tapi itu pun sudah cukup. Kini segalanya berubah. Tak mampu merahasiakannya, Rachel melaporkan yang dia lihat kepada polisi dan menjadi terlibat sepenuhnya dengan kejadian-kejadian selanjutnya, juga dengan semua orang yang terkait. Apakah dia telah melakukan kejahatan alih-alih kebaikan?


Review:
Buku ini sangat fenomenal. Dalam sekejap, Paula Hawkins menjadi terkenal dan bahkan karyanya pun dibikin film. Sebenarnya kalau lihat dari sinopsisnya, saya tidak merasa ada yang spesial. Tentang pembunuhan dan seorang perempuan yang menatap dari dalam kereta. Tapi karena saya penasaran, saya pun membacanya. Saya ingin tahu apa yang hebat dari cerita misteri ini.

Tokoh utamanya bernama Rachel. Dia mungkin salah satu tokoh paling ngenes yang pernah saya baca. Dia kecanduan alkohol, pengangguran, pernikahannya hancur, dan miskin. Dia sampai harus numpang tinggal di rumah temannya. Saya agak sebal juga karena dia tidak bisa menahan diri dari alkohol. Kesalahan yang terjadi dalam hidupnya juga sebagian besar karena salahnya sendiri. Cuma karena nasibnya juga sudah super kasihan, saya agak simpati akhirnya. Bayangkan. Dia sampai bela-belain pergi naik kereta setiap hari kerja dan jalan-jalan nggak jelas di kota hanya supaya temannya tidak tahu kalau dia tidak punya kerjaan. Sedih banget sih ini orang. Padahal waktunya bisa dipakai untuk hal berguna lain.

Rachel masih belum move on  dari mantan suaminya, Tom yang sudah menikah dengan selingkuhannya. Dia masih suka menelpon ke rumah lamanya dan mengganggu Tom serta istrinya. 

Lalu ada Megan. Dia adalah tetangga Tom dan babysitter anak Tom. Rachel suka melihat Meghan dan suaminya dari kereta yang dinaikinya setiap pagi. Bagi Rachel, Megan dan suaminya adalah gambaran pasangan ideal yang ada di impiannya. Impian yang ada di masa lalunya. 

Sampai suatu hari Megan dikabarkan menghilang dan ditemukan meninggal di sebuah hutan. Rachel yang mabuk pada hari hilangnya Megan sama sekali tidak ingat apa yang disaksikannya hari itu. Tapi dia adalah kuncinya. Dia seharusnya tahu siapa pembunuh Megan.

Kalau cuma dilihat dari kasus pembunuhannya, buku ini tidak menawarkan sesuatu yang baru. Tapi yang bikin buku ini menarik adalah tiga narator utamanya yang tidak bisa dipercaya. Rachel si pemabuk yang selalu lupa akan hal-hal yang dilihatnya, Megan si pembohong yang pintar bersandiwara, dan terakhir Anna, istri Tom yang adalah tukang selingkuh. Tidak ada tokoh yang saya suka di buku ini. Ya, saya memang cukup merasa kasihan sama Rachel. Tapi saya juga tidak peduli pada nasibnya. Toh, dia sendiri yang tidak mau berubah. Oh, saya benci banget sama pembunuhnya. Sumpah, saya sampai pengen nyiksa dan cekik itu orang. Nyebelin banget sih. Ugh.

Bagi yang suka misteri, buku ini cukup menarik untuk dibaca. Tapi sekali lagi, misteri memang bukan genre favorit saya.

3/5

No comments:

Post a Comment