Judul : Murder on the Orient Express (Hercule Poirot #10)
Penulis : Agatha Christie
Tebal : 315 halaman
Penerbit : Harper
"The murderer is with us–on the train now . . ."
Just after midnight, the famous Orient Express is stopped in its tracks by a snowdrift. By morning, the millionaire Samuel Edward Ratchett lies dead in his compartment, stabbed a dozen times, his door locked from the inside. One of his fellow passengers must be the murderer.
Isolated by the storm, detective Hercule Poirot must find the killer among a dozen of the dead man's enemies, before the murderer decides to strike again . . .
Isolated by the storm, detective Hercule Poirot must find the killer among a dozen of the dead man's enemies, before the murderer decides to strike again . . .
Review:
Tahu kenapa saya baca buku ini? Jelas sekali. Karena filmnya tayang di bioskop. Saya hampir tidak mau menyentuh Agatha Christie sebenarnya. Soalnya takut tidak bisa tidur. Terakhir kali saya baca And Then There Were None, saya kapok. Menyeramkan.
Untungnya, buku ini tidak bikin saya ketakutan. Plotnya normal dan cukup misterius. Tapi tidak menegangkan, jadi saya nyaman bacanya. Intinya tentang pembunuhan di kereta Orient Express. Hercule Poirot yang kebetulan ada di kereta itu harus memecahkan siapa pembunuhnya.
Saya suka bagaimana Agatha Christie menciptakan karakter-karakter yang bervariasi. Asal-usul, pekerjaan, dan sifat para tersangkanya sangat menarik. Banyak banget pula. Ada 12 orang. Saya sampai sudah pusing sendiri berusaha mengingat alibi dan urutan kejadiannya. Saya menyerah berusaha menebak-nebak siapa pembunuhnya. Dan ternyata... menarik sekali pemecahannya. Saya tidak menyangka begitu. Tapi karena saya tidak berusaha berpikir dan menebak-nebak, sudah pasti saya lumayan terkejut.
Cuma kenapa endingnya harus menggantung seperti itu? Setidaknya ada adegan pelakunya membela diri atau ngomong apalah.
Oh, ya. Saya sudah nonton filmnya. Bagus. Lebih bagus dari bukunya. Bagian awalnya itu kocak banget. Saya sampai ngakak. Humornya sangat British. Lalu endingnya juga lebih memuaskan daripada bukunya.
3/5
Tahu kenapa saya baca buku ini? Jelas sekali. Karena filmnya tayang di bioskop. Saya hampir tidak mau menyentuh Agatha Christie sebenarnya. Soalnya takut tidak bisa tidur. Terakhir kali saya baca And Then There Were None, saya kapok. Menyeramkan.
Untungnya, buku ini tidak bikin saya ketakutan. Plotnya normal dan cukup misterius. Tapi tidak menegangkan, jadi saya nyaman bacanya. Intinya tentang pembunuhan di kereta Orient Express. Hercule Poirot yang kebetulan ada di kereta itu harus memecahkan siapa pembunuhnya.
Saya suka bagaimana Agatha Christie menciptakan karakter-karakter yang bervariasi. Asal-usul, pekerjaan, dan sifat para tersangkanya sangat menarik. Banyak banget pula. Ada 12 orang. Saya sampai sudah pusing sendiri berusaha mengingat alibi dan urutan kejadiannya. Saya menyerah berusaha menebak-nebak siapa pembunuhnya. Dan ternyata... menarik sekali pemecahannya. Saya tidak menyangka begitu. Tapi karena saya tidak berusaha berpikir dan menebak-nebak, sudah pasti saya lumayan terkejut.
Cuma kenapa endingnya harus menggantung seperti itu? Setidaknya ada adegan pelakunya membela diri atau ngomong apalah.
Oh, ya. Saya sudah nonton filmnya. Bagus. Lebih bagus dari bukunya. Bagian awalnya itu kocak banget. Saya sampai ngakak. Humornya sangat British. Lalu endingnya juga lebih memuaskan daripada bukunya.
3/5
No comments:
Post a Comment