Thursday 10 December 2015

Oliver Twist


Judul : Oliver Twist
Penulis : Charles Dickens
Tebal : 508 halaman
Penerbit : HarperPress

Fleeing the workhouse, Oliver finds himself taken under the wing of the Artful Dodger and caught up with a group of pickpockets in London. As he tries to free himself from their clutches he becomes immersed in the seedy underbelly of the Capital, amongst criminals, prostitutes and the homeless. Dickens scathing attack on the cruelness of Victorian Society features some of his most memorable and enduring characters, including innocent Oliver himself, the Artful Dodger, Fagin, Bill Sikes and Nancy.


Review:
Dari semua karya Charles Dickens, Oliver Twist adalah karyanya yang paling familiar di telinga saya. Sebelumnya saya cukup suka dengan karya penulis berjudul Great Expectations dan sangat suka dengan ironi dalam buku The Tale of Two Cities. Saya beranggapan kalau saya juga bakal suka dengan buku ini.

Setelah selesai membacanya, saya ternyata tidak terkesan dengan cerita Oliver Twist ini. Dilihat dari judulnya, Oliver Twist pasti akan berperan penting atau setidaknya menjadi tokoh yang menarik. Tapi Oliver Twist hanyalah seorang anak kecil yang terseret ke dalam kehidupan gelap dan keras London.  Dia tidak pernah tahu siapa orang tuanya. Sejak kecil ia harus bekerja keras di rumah penampungan dan hanya tinggal menunggu dijual sebagai budak. Nasibnya begitu buruk karena setelah berhasil kabur dari rumah penampungan, ia malah bertemu dengan kelompok pencuri Bill Sikes.

Yang membuat buku ini unik adalah detail kehidupan sosial kelas bawah London di zaman Victoria. Saya bisa membayangkan dengan jelas setiap sudut gang kotor dan pemukiman orang miskin yang digambarkan Charles Dickens. Saya seakan berjalan di tengah kebobrokan itu dan menyaksikannya sendiri. Saya juga jadi tahu tentang dunia prostitusi, child abuse, dan kriminalitas di zaman itu. Anehnya, nuansa kasar kehidupan itu digabungkan dengan sifat polos dan naif dari Oliver Twist. Kesannya jadi sangat kontras.

Tokoh yang paling memorable dari buku ini adalah Nancy. Dia adalah seorang pelacur yang baik hati. Tidak seperti anggota kelompok pencuri Bill Sikes yang lain, dia benar-benar menyayangi Oliver Twist seperti anaknya sendiri. Saya kasihan melihat hidupnya yang dijalani dengan penuh kesia-siaan. Sekali menjadi pelacur, selamanya dia tidak akan bisa mendapat kesempatan untuk hidup lebih layak. Tapi mungkin sisi itulah yang membuat tokoh Nancy terkesan sangat nyata. Berapa banyak orang yang terpaksa menjual diri demi bisa hidup? 

Mungkin saya berharap terlalu tinggi dari kisah Oliver Twist ini. Saya ingin mengenal lebih banyak tentang jalan pikiran Oliver Twist sebagai tokoh utama, tapi saya tidak mendapatkannya di buku ini. Saya bahkan tidak bisa bersimpati dengan nasib sialnya. Saat akhirnya ia mendapatkan kebahagiaan, saya malah tidak merasa apa-apa. Sudah, begitu saja. Selesai. Akan lebih baik kalau karakter Oliver Twist ini ditonjolkan dan tidak sekadar menjadi tempelan yang two dimensional.

3/5

No comments:

Post a Comment