Thursday, 31 December 2015

3600 Detik


Judul : 3600 Detik
Penulis : Charon
Tebal : 200 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Sandra sangat terpukul ketika orangtuanya bercerai. Dan hatinya semakin sakit ketika ayahnya memutuskan ia harus tinggal bersama ibunya, yang selama ini tak pernah dekat dengannya. Kemarahan yang dipendam membuat Sandra menjadi remaja yang bandel. Berulang kali ia dikeluarkan dari sekolah karena kenakalannya di luar batas.

Akhirnya ibunya memutuskan untuk pindah kota. Menurut pendapatnya, suasana dan lingkungan baru akan mengubah perilaku Sandra. Tetapi, Sandra sengaja berulah lagi supaya dikeluarkan dari sekolah. Namun ia salah perkiraan. Pak Donny, wali kelasnya, dengan sabar berhasil menghadapi Sandra.

Lambat laun Sandra berubah. Orangtua maupun gurunya heran. Mereka yakin, Leon-lah yang membuat gadis itu berubah. Mereka juga bertanya-tanya kenapa Leon bisa bersahabat dengan Sandra, sementara murid-murid yang lain justru menjauhi gadis urakan itu.


Apa yang membuat Leon tertarik pada Sandra, padahal keduanya bagaikan langit dan bumi?



Review:
Saya baru kenal buku ini waktu filmnya mau keluar. Saya langsung beli bukunya tanpa pikir panjang. Kebetulan jumlah halamannya yang sedikit sangat cocok untuk reading challenge.

Ceritanya sederhana dan sangat khas teenlit. Tokoh utamanya adalah Sandra, cewek berandal yang suka berbuat onar. Ia kerap kali dikeluarkan dari sekolah. Semua itu ia lakukan atas dasar protesnya pada kedua orang tuanya yang bercerai. Sampai akhirnya ia berkenalan dan bersahabat dengan Leon, cowok pintar yang punya penyakit. Sesuatu dalam hubungan mereka membuat Sandra mau berubah. Tapi tentu saja segalanya tidak pernah semudah itu.

Jujur, saya langsung suka dengan kegilaan Sandra begitu baca beberapa halaman pertama. Sikapnya yang kurang ajar dan kalimat-kalimatnya yang menusuk untuk ibunya membuat saya langsung tertarik mengetahui akhir cerita ini. Gaya bahasanya sangat khas Charon yang menggunakan sudut pandang ketiga yang tahu segalanya. Saya suka sih karena saya bisa tahu isi hati ibu Sandra dan itu membuat saya jadi kasihan sama tokoh itu. 

Sayangnya, novel ini sangat tidak rapi. Baik dari segi bahasa, gaya penulisan, dan tanda baca. Semua dialog diakhiri dengan tanda seru yang membuat kesan aneh dan tidak nyaman. Lalu kerapian bahasanya tidak diperhalus. Memang sudut pandang ketiga yang tahu segalanya itu seringkali membuat penulis lupa kalau pembaca butuh penjelasan yang lebih rinci supaya tidak keliru sedang membaca bagian siapa. Terutama kalau sudah menggunakan banyak kata ganti dia dan -nya. Lalu ada panggilan-panggilan yang berubah di setiap adegan. Misalnya, kalau ibu Sandra yang bernarasi, dia suka menggunakan nama mantan suaminya dan bukan "ayah Sandra". Karena penggantian sudut pandangnya selalu tiba-tiba, jadinya saya suka mikir dulu sehingga proses membaca kurang mengalir. Selain itu, pace ceritanya terlalu cepat sehingga penyelesaian konflik terkesan asal jadi. Apalagi adegan Leon di rumah sakit yang terakhir. Ugh. Merusak adegan sedih saja.

Tapi saya cuku suka dengan interaksi antara Sandra dan Leon. Cute gitu.

2/5

2 comments:

  1. Aku baru nonton filmnya kemarin. Aktingnya Shae sebagai Sandra bagus, sayangnya filmnya kurang nendang. Haha. Ending-nya juga... Gitu yak. Hihi Udah nonton filmnya, Sab?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Belum nonton, mar... Aku nunggu nonton gratis di youtube haha... Iya, bukunya juga kurang nendang jd kurang semangat maw nontonnya...

      Delete