Judul : Apa Pun Selain Hujan
Penulis : Orizuka
Tebal : 296 halaman
Penerbit : Gagasmedia
Wira membenci hujan. Hujan mengingatkannya akan sebuah memori buruk, menyakitinya....
Agar bisa terus melangkah, Wira meninggalkan semuanya. Ia meninggalkan kota tempat tinggalnya. Meninggalkan mimpi terbesarnya. Bahkan, meninggalkan perempuan yang disayanginya.
Namun, seberapa pun jauh langkah Wira meninggalkan mimpi, mimpi itu justru semakin mendekat. Saat ia sedang berusaha keras melupakan masa lalu, saat itulah ia bertemu Kayla.
Pertemuan itu mengubah segalanya.
Sebuah novel tentang melepaskan mimpi di bawah hujan. Tentang cinta yang diam-diam tumbuh bersama luka. Juga tentang memaafkan diri sendiri.
Agar bisa terus melangkah, Wira meninggalkan semuanya. Ia meninggalkan kota tempat tinggalnya. Meninggalkan mimpi terbesarnya. Bahkan, meninggalkan perempuan yang disayanginya.
Namun, seberapa pun jauh langkah Wira meninggalkan mimpi, mimpi itu justru semakin mendekat. Saat ia sedang berusaha keras melupakan masa lalu, saat itulah ia bertemu Kayla.
Pertemuan itu mengubah segalanya.
Sebuah novel tentang melepaskan mimpi di bawah hujan. Tentang cinta yang diam-diam tumbuh bersama luka. Juga tentang memaafkan diri sendiri.
Review:
Memang Orizuka jagonya bikin cerita remaja sederhana yang menyentuh. Padahal kalau dipikir-pikir ceritanya begitu saja. Tapi penyampaiannya yang mengalir dan enak dibaca membuat saya menangis di beberapa adegan.
Wira merasa berdosa telah membunuh sahabatnya di turnamen taekwondo. Saat itu, dia melakukan tendangan ke kepala Faiz yang berujung pada kematian. Karena itu, dia meninggalkan taekwondo, sekolahnya, teman-temannya, dan juga cewek yang disukainya: Nadine, cewek yang juga disukai Faiz. Dan sejak itulah Wira membenci hujan yang kebetulan turun di hari naas itu.
Cerita dibuka di Kota Malang, Wira baru memulai hidupnya jauh dari orangtua dan kuliah di tempat yang sama sekali baru. Sepulang sekolah, dia melihat seorang cewek yang digangguin oleh preman. Tanpa berpikir, Wira langsung menggunakan ilmu taekwondonya untuk menyelamatkan cewek itu.
Singkat cerita, Wira berkenalan dengan cewek itu. Namanya Kayla dan dia anggota taekwondo bersabuk hitam. Kayla mengajak Wira masuk ke klubnya karena menganggap Wira pasti jago taekwondo. Tapi Wira berpura-pura tidak bisa supaya tidak masuk ke klub itu.
Wira dan Kayla berteman. Keceriaan Kayla mencerahkan sedikit kemuraman Wira.
Suatu hari Wira mendengar kabar kalau Nadine ikut bertanding dalam kejuaraan taekwondo. Padahal mereka berdua bersumpah untuk melupakan taekwondo sewaktu Faiz meninggal. Demi bertemu Nadine lagi, Wira kembali mencoba menekuni hobi lamanya sekaligus belajar menerima rasa trauma dan menerima kematian sahabatnya.
Untuk ukuran cerita remaja, kisah ini lumayan kelam. Merasa bersalah karena membunuh sahabat? Berat banget. Saya sangat bersimpati dengan Wira dan bahkan menyukai sifatnya yang melankolis. Ditambah lagi dia jago taekwondo. Aihhh... Menurut saya, penggalian karakter Wira benar-benar menyeluruh dan membuat saya ikut sakit hati saat dia menangisi Faiz. Jleb banget. Malah saya tidak terlalu memperhatikan Kayla serta kucing bernama Sarang yang menjadi penghubung Wira dan Kayla. Saya lebih suka membaca tentang Wira dan masa lalunya.
Settingnya juga bagus. Saya suka penggambaran kental Kota Malang di buku ini. Trivia-trivia tentang taekwondonya juga membuat kisah ini jadi lebih hidup.
Pokoknya recommended buat yang suka cerita ringan yang menyentuh. Saya bacanya cuma sebentar dan mewek sendiri. Endingnya itu, lho. Bagus kata-katanya.
4/5
Buku Orizuka yang ini belum baca. Saya pernah baca yang 'I For You' dan 'Summer Breeze'. Pendapatnya sepakat, Orizuka bisa membawa premis yang sederhana menjadi cerita yang mengalir dan enak diikuti.
ReplyDeleteIya, penulis satu ini pintar meramu cerita. :)
Delete