Judul : Laut Bercerita
Penulis : Leila S. Chudori
Tebal : 380 halaman
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Jakarta, Maret 1998
Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.
Jakarta, Juni 1998
Keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari Minggu sore memasak bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk dirinya, satu piring untuk sang ibu, satu piring untuk Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul.
Jakarta, 2000
Asmara Jati, adik Biru Laut, beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka. Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.
Di sebuah senja, di sebuah rumah susun di Jakarta, mahasiswa bernama Biru Laut disergap empat lelaki tak dikenal. Bersama kawan-kawannya, Daniel Tumbuan, Sunu Dyantoro, Alex Perazon, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak dikenal. Berbulan-bulan mereka disekap, diinterogasi, dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar bersedia menjawab satu pertanyaan penting: siapakah yang berdiri di balik gerakan aktivis dan mahasiswa saat itu.
Jakarta, Juni 1998
Keluarga Arya Wibisono, seperti biasa, pada hari Minggu sore memasak bersama, menyediakan makanan kesukaan Biru Laut. Sang ayah akan meletakkan satu piring untuk dirinya, satu piring untuk sang ibu, satu piring untuk Biru Laut, dan satu piring untuk si bungsu Asmara Jati. Mereka duduk menanti dan menanti. Tapi Biru Laut tak kunjung muncul.
Jakarta, 2000
Asmara Jati, adik Biru Laut, beserta Tim Komisi Orang Hilang yang dipimpin Aswin Pradana mencoba mencari jejak mereka yang hilang serta merekam dan mempelajari testimoni mereka yang kembali. Anjani, kekasih Laut, para orangtua dan istri aktivis yang hilang menuntut kejelasan tentang anggota keluarga mereka. Sementara Biru Laut, dari dasar laut yang sunyi bercerita kepada kita, kepada dunia tentang apa yang terjadi pada dirinya dan kawan-kawannya.
Review:
Terakhir saya membaca buku penulis, saya terpukau dengan caranya menceritakan saga keluarga yang penuh kepahitan dan nasionalisme karena mengalami tragedi Mei 1998. Buku ini juga menceritakan tragedi Mei 1998, tapi berfokus pada relawan yang ditangkap dan disiksa akibat melawan rezim Soeharto.
Awalnya, saya berpikir Laut itu beneran laut. Tapi ternyata Laut adalah nama si tokoh utama. Dia adalah mahasiswa yang bergabung dengan kelompok organisasi yang tidak suka dengan pemerintah. Saya suka sekali cerita masa kuliah dan kehidupan sehari-hari Laut. Penulis sangat pintar mendeskripsikan karakter-karakter di bukunya sehingga terkesan nyata. Belum lagi diksi penulis yang puitis dan enak dibaca. Saya suka interaksi Laut dengan teman-teman dan keluarganya. Bagian Laut ini punya alur maju mundur antara masa lalunya dan masa dia ditangkap serta disiksa berhari-hari bersama teman-teman organisasinya.
Bagian kedua dari buku ini diceritakan oleh adik Laut yang bernama Asmara Jati. Dia adalah seorang dokter yang jatuh cinta pada seorang teman Laut. Hanya itulah koneksi seorang Asmara Jati dengan kakaknya dan urusan organisasi terlarang yang melawan rezim Soeharto. Mungkin itulah kenapa saya merasa seharusnya bukan dia yang menjadi narator di bagian kedua. Akan lebih bagus jika diceritakan dari sudut pandang pacar Laut atau teman Laut lain karena lebih personal. Saya juga tidak bisa merasakan ikatan kuat kakak adik antara Laut dan Asmara sehingga saya agak bosan dengan bagian kedua buku ini.
Bagus dan recommended. Buku ini punya rating yang sangat tinggi di goodreads. Bahkan lebih tinggi dari karya penulis yang berjudul Pulang. Tapi saya sih lebih suka Pulang dibanding buku ini. Mungkin karena saya juga baru membaca tentang relawan di zaman 1998, yaitu Notasi karya Morra Quatro. Mirip gitu ceritanya.
4/5
No comments:
Post a Comment