Wednesday, 5 November 2014

Just One Year


Judul : Just One Year (Just One Day #2)
Penulis : Gayle Forman
Tebal : 323 halaman
Penerbit : Dutton Books

When he opens his eyes, Willem doesn’t know where in the world he is—Prague or Dubrovnik or back in Amsterdam. All he knows is that he is once again alone, and that he needs to find a girl named Lulu. They shared one magical day in Paris, and something about that day—that girl—makes Willem wonder if they aren’t fated to be together. He travels all over the world, from Mexico to India, hoping to reconnect with her. But as months go by and Lulu remains elusive, Willem starts to question if the hand of fate is as strong as he’d thought. . . .


Review:
Sepertinya Gayle Forman tidak berbakat bikin sudut pandang cowok. Di seri If I Stay, saya tidak suka buku keduanya yang diceritakan dalam sudut pandang Adam. Di seri ini, saya sama sekali tidak suka Willem. Saya tidak suka dengan sifatnya.

Di akhir buku pertama, saya sangat penasaran ingin tahu apa yang terjadi saat Allyson bertemu dengan Willem pertama kali setelah sekian lama. Tapi di awal buku ini, kita dibawa kembali ke satu tahun sebelumnya saat Willem meninggalkan Allyson. Saya sudah nggak sabar sih buat cepet-cepet sampai ke adegan di mana buku pertama berakhir. Tapi saya bersabar sekaligus ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di Paris satu hari itu. Ternyata seperti kisah Romeo dan Juliet, Allyson hanya salah paham dan tidak melihat note yang berkata kalau Willem akan segera kembali. 

Willem kecelakaan. Ia dipukuli hingga hampir mati dan dilarikan ke rumah sakit. Saat ia sadar, ia agak melupakan sosok Allyson atau Lulu sehingga tidak langsung kembali ke tempat terakhir mereka. Begitu ia berhasil kembali, Allyson sudah pergi.

Selama setahun selanjutnya, Willem menjalani kegiatannya yang biasa. Luntang-lantung magang sebagai aktor tanpa tujuan sambil mencoba mencari Allyson. Beberapa kali mereka berada di tempat yang sama, namun nasib masih mempermainkan mereka. Ia berkelana ke beberapa tempat dan bertemu orang-orang baru. Ia bahkan bertemu dengan ibunya yang tidak disukainya. Dalam perjalanannya itu, ia belajar banyak hal sekaligus menyadari kalau perasaannya untuk Allyson benar-benar tulus. 

Saya tidak menyukai Willem karena sikapnya terhadap ibunya. Saya tidak mengerti kenapa dia bisa sebodoh itu menganggap kalau ibunya tidak menyayanginya. Saya tidak suka bagaimana ia menjaga jarak dengan semua orang dan memperlakukan semua orang sesukanya. Datang kalau dia ingin, pergi tanpa pamit saat segalanya berada di luar kendalinya. Mending kalau teman-temannya jahat, semuanya baik begitu. Willem terkesan malas dan tidak punya gairah hidup sama sekali. Saya jadi gemas sendiri. Ini orang maunya apa? Belum lagi karena ini kisah romance, saya tidak suka ada adegan selingkuh. Memang, Willem selingkuh dengan cewek lain karena sadar betapa mustahilnya ia menemukan Allyson tanpa mengetahui nama gadis itu yang sebenarnya. Ia menyerah begitu saja, tidak berusaha banyak, tidak patah hati separah Allyson di buku pertama. Di sini saya jadi bertanya-tanya apakah Willem benar-benar menganggap Allyson istimewa. Kok kayaknya saya nggak dapat feel-nya? 

Endingnya menyebalkan. Saya pengen lebih tapi semuanya sudah berakhir. Yang bikin saya semangat baca buku ini adalah mengetahui apa yang terjadi setelah Allyson bertemu Will di apartemen cowok itu. Sayangnya, tidak ada percakapan apa-apa di antara mereka. Pokoknya berakhir begitu saja. Saya yang tadinya sudah bosan membaca petualangan Will jadi beneran kecewa. Penantian saya tidak berakhir memuaskan. 

Lucu juga sih kalau dipikir-pikir. Dulu di If I Stay, saya nggak suka Mia si tokoh cewek utama. Di sini, saya nggak suka Will si tokoh cowok utama. 

Oh, ternyata ada novela lanjutannya dari seri ini. Katanya sih demi memuaskan pembacanya yang penasaran sama adegan di apartemen yang di ending itu. Judulnya Just One Night.

Seri Just One Day:
2. Just One Year

2/5

No comments:

Post a Comment