Wednesday, 29 October 2014

Just One Day


Judul : Just One Day (Just One Day #1)
Penulis : Gayle Forman
Tebal : 369 halaman
Penerbit : Random House

When sheltered American good girl Allyson "LuLu" Healey first meets laid-back Dutch actor Willem De Ruiter at an underground performance of Twelfth Night in England, there’s an undeniable spark. After just one day together, that spark bursts into a flame, or so it seems to Allyson, until the following morning, when she wakes up after a whirlwind day in Paris to discover that Willem has left. Over the next year, Allyson embarks on a journey to come to terms with the narrow confines of her life, and through Shakespeare, travel, and a quest for her almost-true-love, to break free of those confines.


Review:
Memang Gayle Forman ini pintar bikin cerita. Dulu saya suka banget sama If I Stay dan Just One Day ini juga tidak mengecewakan. Saya tidak bisa berhenti membaca dari halaman pertama hingga akhir. 

Saya selalu suka dengan kisah romance yang magis dan itulah yang ditawarkan buku ini. Saya tidak percaya cinta pada pandangan pertama, tapi kalau dalam novel saya sih percaya saja tergantung kehebatan penulis dalam meramu kata-kata serta menjelaskan momen-momennya. Dengan unsur Shakespeare yang tidak pernah membuat saya bosan, saya sangat menikmati perjalanan Allyson di buku ini.

Paris memang menjadi kota ajaib yang bisa membuat seseorang merasakan apa saja. Kegilaan Allyson sesaat membuat dia mengikuti Willem pergi ke kota itu sekalipun ia baru bertemu dengan cowok itu. Seperti judulnya, satu hari di kota itu membuat Allyson jatuh cinta pada Willem yang misterius. Namun satu hari kebahagiaan itu hilang setelah keesokan paginya Willem meninggalkannya. Dalam keadaan patah hati, Allyson kembali ke Amerika. 

Selama satu tahun, Allyson berusaha mati-matian mempertahankan nilai pelajarannya yang hancur. Saya suka sekali bagian ini karena saya saya memang selalu senang membaca kegiatan sekolah di luar negeri yang jelas berbeda dari Indonesia. Di akhir semester, Allyson diam-diam mengganti pelajarannya ke drama Shakespeare. Ia tidak lagi ingin mengikuti keinginan orang tuanya menjadi dokter. 

Yang membuat saya semangat membaca buku ini adalah bagian Allyson belajar di kelas Shakespeare. Dia bertemu teman baru (teman barunya lucu sekali, lho), menghadapi masalah dalam hubungan dengan orang tuanya, kesulitannya setiap kali teringat Twelfth Night yang dipentaskan Willem di Inggris, sampai akhirnya ia menemukan keberanian untuk mencari Willem atas nasehat sahabatnya. Hanya dengan berbekal nama panjang Will dan negara asal cowok itu: Belanda, Allyson pergi ke Paris lagi.

Sebuah petualangan yang cukup menarik. Mungkin beberapa orang yang menyukai romance akan kecewa karena porsi Willem hanya sedikit di awal cerita, tapi saya malah suka. Malah saya tidak terlalu terkesan dengan sosok Will. Saya lebih suka mengikuti kehidupan Allyson di sekolahnya. 

Endingnya menyebalkan! Bikin gemes dan penasaran sama lanjutannya. Untung saya sudah punya Just One Year, fiuhh... 

4/5

No comments:

Post a Comment