Judul : Twilight (The Mediator #6)
Pengarang : Meg Cabot
Tebal : 288 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Suze sudah terbiasa menghadapi para hantu. Suze kan memang seorang mediator, dan berkomunikasi dengan para orang mati sudah menjadi makanan sehari-hari baginya. Jadi jelas dia tidak pernah menyangka akan jatuh cinta pada hantu: Jesse, hantu abad kesembilan belas yang tampan.
Saat Suze menyadari dia memiliki kekuatan untuk menentukan siapa yang akan menjadi hantu duluan, Suze mulai panik. Karena itu berarti dia bisa mengubah jalannya sejarah… dan mencegah pembunuhan atas diri Jesse, mencegahnya menjadi hantu gentayangan—dan mencegahnya bertemu Suze 150 tahun kemudian.
Jalan manakah yang akan dipilih Jesse: hidup tanpa Suze atau mati demi cintanya pada Suze?
SATISFYING ENDING!!! FIVE STARS TO THE MAX!!!
Oke, itu berlebihan. Tapi kalau melihat posisi buku ini yang langsung masuk favorite shelf saya peringkat ke-6, itu jelas sekali menunjukkan betapa bagusnya buku ini buat saya.
Satisfying, bukan perfect. Karena menurut saya tidak ada buku yang sempurna. Bahkan buku keenam atau seri terakhir mediator ini banyak keanehannya. Bahkan boleh dibilang poorly wrapped-up hanya supaya bisa happy ending. Tapi Meg Cabot tahu selera pembacanya. Dia menciptakan ending yang sangat, sangat, sangat memuaskan.
Nah, keanehan buku ini terletak pada status Suze sebagai pengelana. Ternyata dia bisa berkelana ke dimensi keempat alias dimensi waktu. Ya, ampun. Dia bisa balik ke masa lalu, bo!!
Jadi, Jesse dan Suze pacaran di buku ini. Saya suka sekali melihat betapa gentleman si Jesse ini. Dia kan kolot, berasal dari dunia kuno. Aduh, sweet banget deh. Si Jesse nggak mau tinggal sekamar sama Suze lagi karena mereka belum menikah. Dia bahkan nggak berani "gerepe-gerepe" Suze sembarangan sampai Suze kesal sendiri soalnya dia kepingin. LOL
Ceritanya ada Paul yang juga pengelana seperti Suze. Dia suka Suze dan nggak suka kalau Suze jadian sama Jesse. Si Paul ini mau kembali ke masa lalu buat menyelamatkan nyawa Jesse. Dan itu berarti Suze dan Jesse bakal nggak pernah saling mengenal. Bahkan mungkin Suze nggak bakal ingat pernah kenal pada seorang Jesse kalau sejarah diubah.
Suze ketakutan. Dia nggak sanggup kehilangan Jesse. Kan dia pernah diramal kalau dia hanya bakal jatuh cinta sekali dan cinta itu akan berlangsung sampai akhir zaman. Dia terlalu sayang sama Jesse. Padahal kalau dipikir-pikir Suze egois karena melarang Jesse untuk hidup, menikmati masa mudanya.
Yah, tapi Jesse juga nggak mau itu terjadi. Dia memilih untuk mati demi mengenal Suze.
Saya jujur saja walau memalukan. Saya banjir air mata baca buku ini. Dilemanya banyak amat.
Nah, si Suze balik ke masa lalu buat mencegah Paul menyelamatkan Jesse. Tapi begitu dia ketemu sama sosok Jesse yang hidup, dia nggak sanggup lagi. Dia nggak bisa membiarkan Jesse terbunuh karena itu tidak benar. Jadi, dia rela melepaskan Jesse. Dia rela melupakan Jesse.
Saya menyesal pernah baca spoiler buku ini karena waktu itu saya sedang mempertimbangkan mau beli buku ini atau nggak. Saya sempat tahu kalau Suze bakal jadian sama Jesse karena ada kesalahan waktu Suze mau balik ke masa depannya. Jadi, saya nggak kaget sih waktu baca endingnya. Tapi terus-terang endingnya cukup mengejutkan kok.
Kembali ke cerita. Paul yang egois ingin memiliki Suze langsung mengalah begitu melihat Jesse menyelamatkan Suze dari kebakaran yang terjadi di lumbung. Jadi, ceritanya si Jesse diperingatkan Suze kalau dia bakal dibunuh. Jadi si Jesse bersiap-siap membunuh Diego, calon pembunuhnya itu. Tapi dalam prosesnya terjadi kebakaran. Si Suze terperangkap dan Jesse rela menyelamatkannya sekalipun sebenarnya Jesse kan baru kenal Suze di situ. Paul sampai terpana sendiri. Dia nggak nyangka Jesse sebaik itu. Bahkan dia juga nggak nyangka kalau Suze merelakan Jesse tetap hidup dan rela Jesse tidak mengenalnya hanya supaya Jesse bisa menikmati kehidupannya. Dia baru tahu kalau ada orang yang bisa mencintai secara tidak egois.
Pokoknya kasihan banget deh.
Ini spoiler ya. Jangan baca kalau nggak mau dapat spoiler. Jadi waktu si Jesse menyelamatkan Suze dari kebakaran itu, si Suze langsung membayangkan masa depan dan kembalilah dia. Dia sudah dinasehati kalau nggak boleh menyentuh apapun yang tidak mau dibawanya ke masa depan. Tapi kan dia lagi nyentuh si Jesse. Yah, Jesse kebawa ke masa depan deh. Tapi karena Jesse bukan pengelana, tubuhnya tidak cocok untuk perjalanan seperti itu sehingga dia koma. Suze terus menangis karena dia gagal. Dia gagal bikin Jesse tetap hidup.
Tapi hantu Jesse datang. Dia kaget lihat badannya yang asli ada di depannya. Hantu Jesse nyentuh badannya sendiri dan menghilang karena dua roh dalam satu dimensi waktu itu tidak mungkin ada. Tapi itu berarti kedua roh sedang bersatu, memutuskan apakah harus hidup atau meninggal.
Dan, sementara aku berdiri di sana, menunduk memandanginya, kelopak matanya terbuka...
... dan aku terjatuh, seperti yang selalu terjadi setiap kali dia menatapku, ke dalam kolam gelap yang adalah mata Jesse... mata yang bukan hanya menatapku, tapi juga mengenaliku. Mengenali jiwaku. (DAMN, I cried again. Si Suze sudah putus asa dan bahkan dia pikir Jesse bakal lupa sama dia. Bahkan dia kira si Jesse meninggal dan ternyata... Jesse mengenali jiwanya. OMG!!)
Dia mengangkat tangannya yang tidak kupegang, menyingkirkan masker oksigen yang menutupi hidung dan mulutnya, dan mengucapkan satu kata saja.
Tapi kata itu membuat hatiku bernyanyi-nyanyi riang.
"Querida." (panggilan sayang Jesse buat Suze selain Susannah. Jesse nggak mau manggil Suze dengan "Suze" doang karena menurutnya "Suze" itu terdengar mesum, hahaha...)
Mantap lah.
Yang pasti buku ini memenuhi selera saya dalam hal tokoh terutama. Susanna Simon nggak cengeng dan dia berani berjuang buat keyakinannya. Dia bahkan rela susah-susah menyelamatkan Jesse. Jadi kalau memang seandainya sifatnya jelek dan annoying, semuanya sudah terbayar dengan tindakannya demi Jesse. Redemption. Jesse kan keren banget ceritanya. Dia itu tipe gentleman abad 19. Ditambah lagi cowok zaman dulu lebih 'cowok" dengan kemampuan berkuda, menembak, berperang, dan sebagainya. Kan kalau Suze biasa saja, nggak pantas dong dapetin Jesse. Saya kan suka kalau kedua tokoh utama seimbang, meant to be with each other. Bahwa tidak ada yang pantas buat Jesse selain Suze dan sebaliknya.
Yang bikin nangis lagi adalah bagian hantu ayah Suze yang mengucapkan selamat tinggal. Hantu ayah Suze gentayangan karena dia masih punya urusan yang belum selesai, yaitu bikin Suze bahagia. Nggak dikasih tahu sih sebenarnya, cuma saya bisa menebak itulah alasan ayah Suze masih gentayangan. Perpisahan yang sangat bittersweet.
Sudah cukup deh. Sekarang saja saya sudah berkaca-kaca lagi. Ada apa sih dengan masalah dilema dan happy ending ini? Kenapa saya selalu nangis kalau baca soal itu?
Review lengkap seri Mediator Meg Cabot yang sebelumnya :
1 & 2 : Shadowland & Ninth Key
3 : Reunion
4 : Darkest Hour
5 : Haunted
Dreamer is sad because the Mediator series was already over...
:)
nice post :) i want to read the book, but i can't find the first book, and i don't want to read the last book if i can't find the first.
ReplyDeletethx! bahasa inggrisnya aja. klo maw ntar dipinjemin hehe..
ReplyDelete