Friday, 11 November 2011

Darkest Hour


Judul : Darkest Hour (The Mediator #4)
Pengarang : Meg Cabot
Tebal : 288 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 
Resensi :
Ketika dibangunkan di tengah malam buta oleh hantu Maria de Silva dari abad ke-sembilan belas, Suze tahu itu bukan kunjungan biasa---apalagi karena ada pisau ditempelkan ke lehernya. Semasa hidupnya dulu, Maria adalah tunangan Jesse---yang tewas dibunuh 150 tahun silam. Jesse yang dicintai Suze. Jesse si hantu tampan.

Maria mengancam Suze: pembangunan dek di halaman belakang rumah keluarga Suze harus dihentikan. Suze tahu benar apa---atau lebih tepatnya siapa---yang tidak ingin ditemukan oleh Maria. Tapi apakah bila ia memecahkan misteri pembunuhan Jesse, Suze akan kehilangan lelaki itu selamanya? Apakah Suze sudah siap menerima risiko kehilangan hantu cowok yang telah merebut hatinya?


Saya baca ini di pesawat waktu balik ke Singapur. Seri keempat dari Mediator karya Meg Cabot ini benar-benar mulai menarik. Kenapa? Karena Suze sudah mulai mengakui kalau dia jatuh cinta sama Jesse. Apalagi di buku ketiga kemarin dia diselamatkan Jesse terus si Jesse menyentuh pipinya sebentar. Dan dia langsung meleleh.

Di buku ini terbuka semua masa lalu Jesse. Memang si Suze sudah tahu dari awal soal pembunuhan Jesse di masa lalu. Dia tahu dari buku sejarah dan dia sudah sempat memancing-mancing Jesse untuk cerita sama dia soal kejadian itu. Tapi dasar Jesse. Dia nggak mau cerita, selalu saja mengalihkan pembicaraan kalau Suze mulai nanya.

Jadi, begini. Ternyata si Jesse itu dibunuh sama calon istrinya yang bernama Maria de Silva, sepupunya. Biasalah, zaman dulu kan sesama sepupu boleh nikah. Nah, Maria itu ternyata suka sama cowok lain bernama Diego. Karena itulah, Diego membunuh Jesse demi mendapatkan Maria. Memang ada-ada saja.

Di buku ini, ayah tiri Suze mau bikin hot tube di kebun belakang rumah yang adalah bekas losmen tempat tinggal Jesse 150 tahun lalu. Tiba-tiba Suze didatangi si Maria. Maria minta Suze mencegah penggalian di kebun belakang itu karena ada mayat Jesse di situ.

Rumit deh ceritanya. Yang jelas di sini dijelaskan lebih lanjut soal eksorsisme yang adalah pengantaran paksa hantu ke dunia lain. Si Jesse sempat dieksorsis sama mediator lain. Dan karena Suze nggak mau kehilangan Jesse, dia rela pergi ke dunia eksorsis demi menyelamatkan Jesse.

Sedih banget. Si Jesse mengira Suze yang eksorsis dia.

Akhirnya...

"Terutama," sambungku tegas, tanpa mendongak memandangnya, "dari bicara. Itulah yang paling kubutuhkan saat ini. Libur bicara."
 

"Baiklah," ucap Jesse. Dia mengangkat tangan dan merengkuh wajahku dengan kedua tangannya. "Kita tidak perlu bicara."
 

Dan saat itulah dia menciumku.
 

Di bibir.

Awww!!! Oke, saya suka bagian itu. To the point banget soalnya. Hahahaha... Suze dicium juga sama si Jesse, lama amat nunggunya.

Empat bintang.

Dreamer got stomachache, zzzz...



:)

No comments:

Post a Comment