Judul : Life of Pi
Penulis : Yann Martel
Tebal : 446 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
My rating : 5/5
Resensi :
Pada tanggal 21 Juni 1977, kapal barang Tsimtsum
berlayar dari Madras menuju Canada. Pada tanggal 2 Juli, kapal itu
tenggelam di Samudra Pasifik. Hanya satu sekoci berhasil diturunkan,
membawa penumpang seekor hyena, seekor zebra yang kakinya patah, seekor
orang-utan betina, seekor harimau Royal Bengal seberat 225 kg, dan
Pi--anak lelaki India berusia 16 tahun.
Selama lebih dari tujuh bulan sekoci itu terombang-ambing di Samudra Pasifik yang biru dan ganas. Di Samudra inilah sebagian Kisah Pi berlangsung. Kisah yang luar biasa, penuh keajaiban, dan seperti ucapan salah satu tokoh di dalamnya, kisah ini akan membuat orang percaya pada Tuhan.
Selama lebih dari tujuh bulan sekoci itu terombang-ambing di Samudra Pasifik yang biru dan ganas. Di Samudra inilah sebagian Kisah Pi berlangsung. Kisah yang luar biasa, penuh keajaiban, dan seperti ucapan salah satu tokoh di dalamnya, kisah ini akan membuat orang percaya pada Tuhan.
Saya mau komentar gaya tulisan Yann Martel dulu. Lucu banget. Saya suka dengan deskripsi-deskripsinya yang lebay. Ditambah analogi-analoginya yang asyik. Saya ketawa terus tanpa sadar apa yang lucu. Pokoknya itu pasti karena keajaiban tulisan penulis yang menyembunyikan anekdotnya.
Ceritanya sendiri tidak bisa ditebak. Saya pikir kisah seseorang terdampar berhari-hari itu pasti biasa saja. Paling-paling juga membahas bagaimana Pi berjuang bertahan hidup.
Eh, tapi nanti dulu. Bagaimana caranya bertahan hidup bersama empat binatang random yang tidak ada hubungannya satu sama lain? Pi terdampar di laut bersama orang utan betina, hyena, zebra yang kakinya patah, dan harimau Royal Bengal dengan berat 225 kg. Wih, seru amat.
Buku ini dibagi tiga bagian. Bagian pertama menceritakan masa kecil Pi yang konyol, kegemarannya bermain di kebun binatang ayahnya, keisengannya menjadi pemeluk tiga agama sekaligus (Islam, Kristen, dan Hindu) karena alasan suka sama Tuhan-nya. Bagian kedua bertempat di Samudra Pasifik di mana Pi terdampar setelah kapal yang mengangkut seluruh keluarganya tenggelam. Bagian ketiga saat Pi selamat sampai ke tujuan.
Menarik sekali membaca bagaimana Pi berteman dengan si Richard Parker, harimau di sekocinya itu. Dia menggunakan cara-cara pelatih singa di sirkus untuk menjinakkan harimaunya itu. Mereka bukan teman tapi saling bersimbiosis. Selama ratusan hari di tengah laut itulah, Pi berubah menjadi pemburu yang hebat karena didesak dengan keadaan. Saya suka melihat semangatnya untuk tetap hidup hanya supaya bisa terus mencari makan buat si Richard Parker. Cuma sayang si harimau kabur di akhir. Dasar nggak tahu terima kasih!
Pengalaman yang dialami Pi sangat menakjubkan sampai-sampai nggak ada yang mau percaya. Kita mungkin juga nggak bakal percaya karena tidak melihatnya dengan mata kepala sendiri.
Dan itulah kenapa konsep Tuhan susah dipercayai. Toh Tuhan nggak bisa dilihat, cerita tentang Tuhan juga punya banyak versi. Kita mau percaya yang mana juga bingung.
Tapi di situlah kita mengenal kata iman. Seperti yang diceritakan dalam kisah Pi ini.
Dreamer hates breast cancer now because she was bored researching about that the whole term...
:)
No comments:
Post a Comment