Saturday 29 December 2018

Sapiens: A Brief History of Humankind


Judul : Sapiens (A Brief History of Humankind)
Penulis : Yuval Noah Harari
Tebal : 443 halaman
Penerbit : Harvill Secker

100,000 years ago, at least six human species inhabited the earth. Today there is just one. Us. Homo sapiens.

How did our species succeed in the battle for dominance? Why did our foraging ancestors come together to create cities and kingdoms? How did we come to believe in gods, nations and human rights; to trust money, books and laws; and to be enslaved by bureaucracy, timetables and consumerism? And what will our world be like in the millennia to come?

In Sapiens, Dr Yuval Noah Harari spans the whole of human history, from the very first humans to walk the earth to the radical – and sometimes devastating – breakthroughs of the Cognitive, Agricultural and Scientific Revolutions. Drawing on insights from biology, anthropology, paleontology and economics, he explores how the currents of history have shaped our human societies, the animals and plants around us, and even our personalities. Have we become happier as history has unfolded? Can we ever free our behaviour from the heritage of our ancestors? And what, if anything, can we do to influence the course of the centuries to come?

Bold, wide-ranging and provocative, Sapiens challenges everything we thought we knew about being human: our thoughts, our actions, our power ... and our future.
 


Review:
Saya hampir tidak pernah membaca buku nonfiksi. Saya baca berita, artikel, buku-buku pelajaran, dan apa pun yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Tapi saya menghindari buku nonfiksi. Saya selalu merasa buku-buku nonfiksi berisi petuah-petuah penulis yang terasa menggurui. Saya tidak nyaman membaca sesuatu yang tidak sesuai dengan pendapat pribadi saya. Selain itu, buku-buku nonfiksi yang berisi motivasi juga membuat saya jengkel. Kehidupan dari dulu sampai sekarang yah gitu-gitu saja. Semua orang punya kesulitan masing-masing dan saya tidak butuh motivasi untuk menjalani hidup saya sendiri. Dan jangan menyebutkan soal biografi dari orang-orang biasa yang lebih sukses dan menginspirasi daripada manusia yang lain. Saya tidak peduli. Saya tidak kenal. Saya lebih suka belajar dari tokoh fiksi.

Tapi saya sangat suka sejarah. Saya selalu menyimpan website-website yang membahas soal peradaban manusia dari zaman purba. Termasuk film-film dokumenter mengenai kehidupan liar. Yah, saya belum menonton semua itu karena saya tidak terlalu suka nonton. Saya harus cari mood dulu untuk menontonnya.

Lalu saya melihat buku ini di Periplus. Saya tahu Bill Gates suka buku ini. Saya juga tahu buku ini terkenal. Tapi saya hanya perlu membaca judul dan sinopsisnya untuk langsung beli buku ini. 

Dan tentu saja buku ini langsung menjadi buku favorit saya. Semua informasi di dalamnya sangat padat dan membuka mata. Sebagian besarnya saya sudah tahu, tapi saya suka membaca opini penulis yang sangat logikal. Penulis mencoba untuk bersikap netral, tapi sayangnya pendapat dia terasa sekali di buku ini. Dia menyukai ajaran agama Budha, tidak begitu memercayai agama (bahwa agama hanyalah ciptaan manusia), menganggap revolusi agrikultur adalah sebuah kemunduran, sangat sinis terhadap kemanusiaan secara umum, memercayai bahwa Sapiens adalah spesies perusak yang tidak akan bertahan lama. Yah, saya selalu merasa buku nonfiksi terlalu menggurui. Tapi karena pendapat penulis sesuai dengan pendapat saya selama ini, saya malah menganggap dia sangat masuk akal. Saya memang menyukai kehidupan hunter-gatherer dibandingkan petani. Saya juga seorang agnostik, hampir mengarah ke atheis. Saya juga bukan penggemar kaum manusia. 

Pokoknya buku ini sangat keren. Semua penjelasannya masuk akal. Evolusi dan penggambaran besar kehidupan dari zaman purba hingga sekarang sangat terstruktur. Setiap kemajuan dan evolusi ada alasannya. Wow!

Penulis juga punya karya lain. Kalau buku ini tentang masa lalu, dua buku lainnya tentang masa kini dan masa depan. Tapi saya tidak yakin ingin membacanya. Buku yang tentang masa kini: 21 Lessons for 21st century terdengar seperti berisi petuah-petuah yang kemungkinan besar membuat saya jengkel. Buku yang tentang masa depan: Homo Deus terkesan seperti fiksi sains yang penuh spekulasi. Kebetulan saya memang tidak terlalu suka dengan fiksi sains.

Yah, itu pembicaraan di hari lain. Di review ini saya cuma mau bilang kalau semua orang yang menyukai sejarah sebaiknya membaca buku ini. Sangat menarik. Tidak berat dan terasa seperti sedang membaca dongeng.

5/5

No comments:

Post a Comment