Judul : The Handmaid's Tale
Penulis : Margaret Atwood
Tebal : 324 halaman
Penerbit : Vintage Classics
Offred is a Handmaid in the Republic of Gilead. She has only one function: to breed. If she deviates, she will, like dissenters, be hanged at the wall or sent out to die slowly of radiation sickness. But even a repressive state cannot obliterate desire - neither Offred's nor that of the two men on which her future hangs.
Brilliantly conceived and executed, this powerful evocation of twenty-first century America explores a world in which oppression of women, and repression of the truth, have become justified.
Brilliantly conceived and executed, this powerful evocation of twenty-first century America explores a world in which oppression of women, and repression of the truth, have become justified.
Review:
Gara-gara tahu buku ini mau dijadikan TV show, saya langsung beli bukunya. Saya lumayan penasaran dengan temanya dan ingin membacanya terlebih dahulu sebelum nonton filmnya.
Dunia distopia di buku ini sangatlah menyebalkan. Saya mengernyit tidak nyaman membayangkan si Offred berbaring di kaki majikannya sementara suami si majikan menyetubuhinya. Astaga, atulah. Jijay banget. Rasanya merendahkan sekali. Para Handmaid hanya punya satu fungsi di dalam hidupnya, yaitu untuk beranak. Anak yang dilahirkannya itu akan jadi milik majikannya dan dia akan dipindahkan lagi ke keluarga lain untuk dihamili oleh pria lain.
Konsep distopia di buku ini berasal dari keadaan di mana wanita banyak yang mandul akibat radiasi. Jadi, Handmaid itu penting sekali keberadaannya bagi ras manusia. Tapi sistem Handmaid ini tidak manusiawi. Mereka dididik oleh para suster fanatik agama yang sangat kejam. Mereka tidak boleh mengobrol satu sama lain dengan bebas. Kalau ketahuan, mereka akan dibawa pergi oleh tentara untuk dibuang ke daerah radiasi. Percakapan di antara Handmaid ini super kaku dan konyol. Tidak aneh kalau Offred sangat mendambakan interaksi dengan manusia lainnya. Ia terus teringat akan masa lalunya yang bahagia sebelum semuanya berubah secara drastis. Dulu dia punya suami dan anak perempuan. Tapi ia sudah tidak tahu lagi di mana mereka.
Buku ini bikin mikir. Saya lumayan menikmati isi buku ini yang super aneh. Menarik banget. Terus saya juga sudah nonton TV show-nya. Karena ada 10 episode, ceritanya jadi lebih kompleks dan saya bisa melihat dari sudut pandang orang lain, tidak hanya dari Offred saja. Boleh dibilang, buku dan filmnya punya kelebihannya masing-masing.
Cuma saya tidak suka endingnya. Terlalu menggantung. Saya ingin kepastian dan bukannya spekulasi saja. Coba saja ada sekuelnya. Filmnya saja dibikin season dua. Saya masih penasaran dengan nasib Offred selanjutnya.
4/5
Gara-gara tahu buku ini mau dijadikan TV show, saya langsung beli bukunya. Saya lumayan penasaran dengan temanya dan ingin membacanya terlebih dahulu sebelum nonton filmnya.
Dunia distopia di buku ini sangatlah menyebalkan. Saya mengernyit tidak nyaman membayangkan si Offred berbaring di kaki majikannya sementara suami si majikan menyetubuhinya. Astaga, atulah. Jijay banget. Rasanya merendahkan sekali. Para Handmaid hanya punya satu fungsi di dalam hidupnya, yaitu untuk beranak. Anak yang dilahirkannya itu akan jadi milik majikannya dan dia akan dipindahkan lagi ke keluarga lain untuk dihamili oleh pria lain.
Konsep distopia di buku ini berasal dari keadaan di mana wanita banyak yang mandul akibat radiasi. Jadi, Handmaid itu penting sekali keberadaannya bagi ras manusia. Tapi sistem Handmaid ini tidak manusiawi. Mereka dididik oleh para suster fanatik agama yang sangat kejam. Mereka tidak boleh mengobrol satu sama lain dengan bebas. Kalau ketahuan, mereka akan dibawa pergi oleh tentara untuk dibuang ke daerah radiasi. Percakapan di antara Handmaid ini super kaku dan konyol. Tidak aneh kalau Offred sangat mendambakan interaksi dengan manusia lainnya. Ia terus teringat akan masa lalunya yang bahagia sebelum semuanya berubah secara drastis. Dulu dia punya suami dan anak perempuan. Tapi ia sudah tidak tahu lagi di mana mereka.
Buku ini bikin mikir. Saya lumayan menikmati isi buku ini yang super aneh. Menarik banget. Terus saya juga sudah nonton TV show-nya. Karena ada 10 episode, ceritanya jadi lebih kompleks dan saya bisa melihat dari sudut pandang orang lain, tidak hanya dari Offred saja. Boleh dibilang, buku dan filmnya punya kelebihannya masing-masing.
Cuma saya tidak suka endingnya. Terlalu menggantung. Saya ingin kepastian dan bukannya spekulasi saja. Coba saja ada sekuelnya. Filmnya saja dibikin season dua. Saya masih penasaran dengan nasib Offred selanjutnya.
4/5
No comments:
Post a Comment