Friday 28 November 2014

1000 Musim Mengejar Bintang


Judul : 1000 Musim Mengejar Bintang
Penulis : Charon
Tebal : 368 halaman 
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Ketika pertama kali bertemu Niko, Laura hanyalah siswi kampung, sedangkan Niko siswa terkenal. Laura sudah memendam rasa suka sejak pertemuan mereka yang pertama. Tapi ternyata Niko sudah mempunyai pacar yang supercantik dan juga terkenal, Erika.

Laura hanya bisa melihat Niko dari kejauhan dan memendam perasaan sukanya dalam hati. Ketika akhirnya dia sekelas dengan Niko, kesempatan pun datang. Laura bisa berbicara, bahkan bekerja sama dengan Niko. Ternyata di balik kesempurnaan Niko ada masalah yang hanya bisa dimengerti oleh Laura. 

Lama-kelamaan keduanya bisa berteman baik. Namun, hal ini tidak berlangsung lama karena Erika yang cemburu berusaha memisahkan keduanya. Di akhir masa sekolah, Niko dan Laura berpisah dengan menyakitkan.

Beberapa tahun kemudian keduanya bertemu kembali. Laura sudah menjadi chef pasta, dan Niko menjadi perancang perhiasan terkenal. Niko berniat merajut kembali hubungannya dengan Laura, tapi Laura berusaha menjauh, karena ada luka masa lalu yang terus membayanginya....


Review:
Saya kangen sama cerita beginian. Drama campur aduk, perpisahan, pertemuan kembali... Itu semua formula cerita yang saya suka dari dulu. Padahal saya beli buku ini secara asal saja karena cover-nya yang mencolok. Kebetulan saya suka gambar daun musim gugur.

Cerita dimulai dengan perkenalan terhadap Laura, siswi kampung yang jatuh cinta pada pandangan pertama pada Niko. Selama tahun-tahun di sekolah, Laura berharap bisa sekelas dengan cowok itu dan berteman dengannya. Keinginannya terkabul saat ia masuk kelas 3 SMA.

Niko sudah punya pacar. Keduanya terkenal sebagai pasangan emas dan Laura sadar kalau ia sama sekali tidak mempunyai kesempatan. Tapi sejak Laura dan Niko ikut ulangan susulan bersama, mereka pun mulai berteman. 

Laura selalu bersikap biasa saja di hadapan Niko supaya cowok itu tidak tahu apa yang dirasakannya. Di sisi lain, Niko merasa seakan Laura sajalah yang paling memahami dirinya, hanya Laura yang bisa menghargai ambisinya sebagai perancang perhiasan. Orang tua Niko mengharapkan anaknya menjadi dokter, sementara orang lain tidak tahu kalau Niko senang menggambar. 

Tapi pacar Niko tidak suka pada Laura. Seperti biasa, ada tokoh antagonis yang cemburuan dan memfitnah si tokoh utama. Salah paham itulah yang memisahkan Niko dan Laura. Laura pindah ke kota lain bersama ibunya dengan anggapan kalau Niko membencinya. Namun sebelum pergi, Laura sempat menyerahkan sketsa perhiasan Niko yang dibuang cowok itu atas permintaan ayahnya pada perancang perhiasan terkenal dari Perancis. Itulah awalnya, karir Niko sebagai perancang perhiasan pun terbuka lebar. Dan saat Niko tahu kebenaran mengenai Laura, semuanya sudah terlambat.

Tahun-tahun berlalu. Masing-masing punya kesibukan sendiri. Laura berusaha belajar menjadi koki pasta dan Niko menekuni dunia perhiasan di luar negeri tanpa dukungan orang tuanya. Hati mereka masih menyimpan perasaan yang sama. Niko masih berharap pada Laura karena gadis itulah yang membuatnya bisa menggapai impiannya. Mereka berdua akhirnya bertemu kembali. Namun sayangnya, Laura punya masalah lain yang membuatnya tidak ingin meraih kebahagiaan bersama Niko lagi. 

Apa yah? Pada dasarnya buku ini agak mirip sinetron. Apalagi bagian saat Laura menemukan ayah kandungnya. Tapi saya memang suka baca cerita drama seperti ini asalkan dialog dan reaksi tokohnya tidak berlebihan seperti sinetron beneran. Untungnya, novel ini masih berada dalam batas wajar. Cuma, si penulis tampaknya kurang pintar menyampaikan ceritanya dengan baik. Bahasanya kaku, dialognya bikin dahi berkerut, narasinya terlalu sederhana, dan penokohannya juga asal aja. Buku begini biasanya saya bakal cuma ingat ceritanya dan lupa sama karakter-karakternya. Saya bisa kasih lima bintang buat ceritanya. Tapi karena penyampaian ceritanya bikin saya mengernyit terus, jadi saya turunin bintangnya.

Eh, ternyata saya baru tahu kalau Charon adalah penulis 3600 detik yang sudah difilmkan itu. Hehe...

4/5

Catatan: Review ini ditulis dalam rangka pos bareng BBI dengan tema angka dalam judul buku.

2 comments:

  1. Saya bisa kasih lima bintang buat ceritanya. Tapi karena penyampaian ceritanya bikin saya mengernyit terus, jadi saya turunin bintangnya.

    Hahaha.. aduh kasihan nggak jadi full star.
    Btw, terakhir aku baca amore baca seri adaptasi dongeng putri-putrian itu. Yg putri tidur, cinderella, dll..

    Ide ceritanya bagus, tapi ya gitu, sama aja dialog dan bahasanya bikin berkerut. Rasanya amore ini kurang di edit dg serius deh. Nggak kayak kualitas metropop

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, amore emang kurang diedit. Asal cerita bagus, sudah beres. Metropop memang lebih rapi kualitasnya. hehehe...

      Delete