Thursday, 28 July 2011

Why Do I Rate A Book Five Stars?

Gue mau bikin patokan aja di sini. Biar gue kalau ngasi rate nggak berlebihan atau melenceng. Biar gue tau mana buku yang layak dibaca ulang nantinya.

Oke, dimulai dari satu bintang terus berurutan sampe lima bintang.

Satu bintang
Buku yang gue kasih rating segini berarti udah payah banget. Gaya bahasa kacau, nggak enak dibaca, ceritanya nggak jelas, ide ceritanya aneh, bikin kesel bacanya, dan yang pasti kerasa sekali betapa ngasal si penulis dalam membuat ceritanya. Istilahnya, gue rela nyumbang buku ini kalau ada yang mau.

Dua bintang
Buku dua bintang bisa bermacam-macam. Bisa saja gaya bahasanya jelek, ceritanya lumayan, diksinya aneh, dan ide ceritanya oke tapi standar. Bisa juga gaya bahasa bagus, enak dibaca, cerita super nggak jelas, tapi gue ngerti maksud si pengarang, agak ngasal si pengarang waktu nulisnya. Atau cerita lumayan tapi penyelesaian ceritanya aneh dan terkesan nggak niat. Dua bintang itu biasanya nasib buku Harlequin dan Metropop yang pas gue baca membosankan. Teenlit standar juga biasanya masuk ke sini. Dan banyak juga bacaan membosankan walaupun ceritanya bagus masuk kategori ini.

Tiga bintang
Ugh. Setiap buku yang ditulis dengan hati pasti dengan mudah dapet tiga bintang dari gue. Untuk dapet dua bintang dan empat bintang itu susah dari gue mah. Tapi tiga bintang pasti dapet. Buku tiga bintang menurut gue, ceritanya standar, idenya oke, enak dibaca, bisa bikin gue nangis, sederhana, dan nggak mungkin dibaca ulang. Nah, untuk cerita romansa yah gue rating berdasarkan itu. Tapi fantasi dan cerita lain nggak bisa pake standar gitu karena gue tau menulis fantasi jauh lebih susah daripada menulis genre romance. Selalu ada satu bintang ekstra dari fantasi, thriller, suspense, sejarah, dan non-fiksi. Jadi jenis cerita itu yang dapat tiga bintang berarti ceritanya masih kurang oke. Tapi ekstra satu bintang itu buat effort si penulis. Harlequin, metropop, teenlit, buku tipis, dan cerita ringan yang lumayan pasti masuk kategori ini.

Empat bintang
Wih, kalau sudah dapet empat bintang sih kemungkinan gue pasti baca ulang. Yang menentukan buku dapet empat bintang dari gue adalah aftertaste dari buku itu. Bagaimana perasaan gue pas selesai baca buku itu? Ada beberapa buku yang bikin gue terbengong-bengong saking bagusnya walaupun ide ceritanya standar. Atau bikin gue mewek padahal ceritanya biasa saja. Empat bintang lebih pada emosi gue yang bisa diaduk-aduk atau nggak. Itu kalau romance. Kalau fantasi empat bintang berarti memang bagus. Non-fiksi empat bintang berarti cukup menambah pengetahuan walau ada kurang sedikit. Ada juga buku standar mendapat empat bintang dari gue. Alasannya karena effort penulis dalam menulis bukunya keliatan banget, ada satu tokoh dalam buku yang bikin gue terkesan, ketebalan buku yang melampaui 700 halaman, dan banyaknya kalimat bagus di dalam buku tersebut. Atau bisa juga buku yang ceritanya luar biasa bagus tapi diksi, ending, atau satu bagian kecil dari bukunya bikin gue ngerasa aneh. 

Lima bintang
Baca ulang pasti. Bagus ceritanya pasti. Enak dibaca yah pasti juga. Tapi lima bintang sama empat bintang itu agak mirip. Hanya satu yang membedakan. Buku lima bintang bikin gue nggak mau makan, nggak mau tidur, nggak mau ngapa-ngapain sampe bukunya beres. Aftertaste-nya terbayang-bayang sampe berminggu-minggu, tokohnya sangat mengesankan, pesan moralnya luar biasa, gaya bahasanya sempurna, dan dibaca di saat yang sangat tepat dengan mood. Buku-buku yang tebalnya di atas 800 halaman biasanya masuk ke kategori bintang lima sih. Tapi tergantung aftertaste-nya.

Yah, itulah alasan gue kasih bintang lima ke hampir semua buku Harry Potter. Ceritanya bagus dan fantasi. Itulah kenapa romance dapet rating yang lebih rendah dari non-fiksi, kenapa classic literature selalu dapet bintang yang banyak (karena ketebalannya), dan kenapa buku yang diksinya jelek juga bisa dapet rating yang bagus (tergantung ceritanya).

Sumpah... ada apa dengan gue yang bisa menulis post kayak gini??? NGGAK JELAS BANGET.

Dreamer craves for KFC. Strange, isn't it?


:)

No comments:

Post a Comment