Friday, 29 July 2011

Kisah Tragis Oei Hui Lan (Putri Orang Terkaya di Indonesia)


Judul : Kisah Tragis Oei Hui Lan
Penulis : Agnes Davonar
Penerbit : NTI book
Resensi :
Oei Hui Lan yang terlahir dengan kemewahan dan kehidupan yang sempurna. Ayahnya Oei Tiong Ham adalah seorang pria terkaya di Asia Tenggara yang disebut sebagai raja gula asal Semarang. Suaminya Wellington Koo adalah seorang politikus handal, ia menjabat sebagai menteri luar negri China yang ikut serta dalam pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Sang ibu yang ambisius, berhasil membawanya bergabung dengan kalangan jet-set di Eropa yang sejajar dengan keluarga kerajaan Eropa.

Perjalanan hidup Hui Lan bagaikan sebuah kisah telenovela yang tidak pernah berhenti dengan konflik, perselingkuhan dan tragedi kehidupan. Sang ayah, tiba-tiba meninggal dan menyisakan warisan yang menjadikan petaka diantara 8 istri dan 42 anak-anak yang dilahirkan. Warisan yang sejatinya membawa berkah berubah menjadi pertikaian yang tidak pernah berhenti sampai detik ini.

Sebuah sejarah kehidupan yang benar-benar membuat kita bertanya apakah kekayaan dan kehormatan dapat memberikan kita rasa bahagia sesungguhnya.


Gue kebetulan liat buku ini dipajang di Gramedia Istana Plaza dengan begitu mencolok. Tapi anehnya tidak ada di Gramedia PVJ. 

Ah, tidak penting. Anyway, ini kan semacam biografi gitu. Gue nggak bisa komentar soal cerita dong yah. Cuma gue nggak suka cara penulisannya.

Agnes Davonar adalah penulis adik-kakak yang memulai kariernya di blog. Blog mereka mendapat juara, katanya. 

Karya mereka yang pertama gue baca apa ya judulnya? Gue lupa. Pokoknya tentang cewek buta dan cowok aids. Gue beli buku yang itu karena sinopsisnya menarik. Tapi begitu gue baca halaman pertama... Astaga, bukan gue jahat. Tolong diksinya diperbaiki dulu ya. Gaya penceritaannya kok kayak anak kecil dan agak konyol. Jadi, yang seharusnya jadi cerita dramatic romance sedih malah jadi cerita tak beremosi. Padahal gue kan penggemar tema dramatic romance.

Oke, itu tentang buku yang pertama gue baca. Tapi pas gue mau baca buku ini, gue agak waswas juga sih. Dan ternyata nggak berubah. Gaya penceritaannya sama. Cuma untungnya ini biografi, jadi nggak perlu banyak emosi juga. Hanya saja sayang sekali karena kehidupan Oei Hui Lan ini sangat dramatis padahal.

Yah, gue dari dulu punya pikiran kalau gue mau jadi orang pas-pasan saja. Pas mau apa, pas duitnya ada. Gue nggak mau jadi orang kaya, apalagi yang berlebihan. Alasannya apa? Karena orang kaya hidupnya nggak tenang. Dan salah satu alasannya adalah gue penggemar ajaran Budha sekalipun gue itu Kristen (KTP, sayangnya). Budha mengajarkan kesederhanaan. Coba liat biksu-biksu. Mereka pake baju compang-camping, bawa tas isinya cuma sedikit. Gila, gue selalu berpikir hebat bener ya mereka. Coba semua orang tidak matre kayak gitu, dunia bakal aman dan damai.

Terbukti sekali dengan melihat kehidupan Oei Hui Lan yang sarat dengan kesedihan. Kekayaan ayahnya, Oei Tiong Ham yang luar biasa bukan menjadikan keluarga menjadi bahagia malah hancur lebur. Rebutan harta lah, iri-irian, sampe gara-gara gundiknya banyak si istri juga benci sama suaminya.

Cape, deh.

Oei Tiong Ham memang salah satu orang terkenal di zamannya. Dia adalah raja gula Asia Tenggara. Ia bergabung di politik, perdagangan, dan juga perekonomian Indonesia yang waktu itu masih dijajah Belanda. Yang gue nggak ngerti, kenapa orang ini tidak ada dalam sejarah Indonesia manapun yang dipelajari di sekolah. Bahkan peninggalannya pun hanya sedikit di Kota Semarang, tempat mereka semua tinggal dulu. Hanya dibilang istana rumahnya yang luar biasa besar dijadikan universitas. Yah, gue nggak akan komen lebih jauh. Tarik kesimpulan saja sendiri.

Oei Hui Lan adalah anak kesayangan ayahnya. Dia dimanja sejak kecil sehingga sampe dewasa pun hidupnya royal sekali. Bahkan dia tidak tanggung-tanggung kalau mau habisin duit. Hidupnya bagai putri, di mana dia juga diakui sebagai anggota bangsawan Eropa dan bahkan menikah dengan Wellington Koo, salah satu duta besar Cina. Wah, ini cewek udah kaya, berpengaruh pula. 

Cuma sayang. Hubungannya dengan keluarga itu nggak bagus. Suami juga punya gundik lagi padahal dia benci gundik karena melihat aksi ayahnya dulu. Bahkan anaknya pun mengikuti jejak yang seperti itu pula. 

Jadi, pada akhirnya dia hanya sendirian. Dia berteman dengan banyak anjing peliharaannya tapi sebenernya dia itu kesepian. 

Di akhir, perusahaan ayahnya diambil pemerintah. Mereka semua bangkrut dan tidak terdengar lagi namanya. Walaupun aset mereka masih banyak, tapi perusahaan sudah bukan milik mereka lagi. 

Di saat tua Oei Hui Lan hanya mau tinggal di tempat sederhana. Dia menyadari kalau orang kalau sudah melewati puncak umur, tidak akan terlalu peduli pada kekayaan. Inilah yang bikin gue jadi suka sama orang ini. Tadinya kesel juga liat dia seenaknya pake uang ayahnya tanpa mikir. Yah, sudahlah. Kesimpulannya, jangan jadi berlebihan. Cukup-cukup saja lah.


Empat bintang. Bukan lima karena diksinya yang sangat aneh. Tapi secara keseluruhan gue menikmati ceritanya. Oei Hui Lan ini begitu hebatnya sampe lukisannya pun terpajang di museum-museum Inggris. Orang Indonesia yang sangat dihargai dan dihormati di negara luar namun tidak di negara sendiri.

Exams give dreamer a headache...


:)

4 comments:

  1. setuju, pemerintah memang pilih-pilih dalam memasukkan sejarah negara.. kebetulan aku lagi penasaran sama dia, dan tak disangka ternyata aku punya buku-nya dirumah tapi blum kubaca.. haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Boleh dibaca tuh :) lumayan nambah pengetahuan ttg sejarah Indo

      Delete
    2. I do not belong to the financial upper class and it is true that to be considered in history depends on the political situation, so this is the first time I heard about this family.
      from
      ejowendt@gmx.de

      Delete
  2. from the top of the list of Forbes's richest kings. Wealth king of the longest in the world in the holding power
    togel sgp

    ReplyDelete