Friday, 29 November 2019

Nevernight


Judul : Nevernight (The Nevernight Chronicle #1)
Penulis : Jay Kristoff
Tebal : 463 halaman
Penerbit : Harper Collins

Mia Corvere is only ten years old when she is given her first lesson in death.

Destined to destroy empires, the child raised in shadows made a promise on the day she lost everything: to avenge herself on those that shattered her world.

But the chance to strike against such powerful enemies will be fleeting, and Mia must become a weapon without equal. Before she seeks vengeance, she must seek training among the infamous assassins of the Red Church of Itreya.

Inside the Church's halls, Mia must prove herself against the deadliest of opponents and survive the tutelage of murderers, liars and daemons at the heart of a murder cult.

The Church is no ordinary school. But Mia is no ordinary student.

The Red Church is no ordinary school, but Mia is no ordinary student.

The shadows love her.

And they drink her fear.


Review:
Sekarang saya tahu kenapa seri ini dipuji-puji terus. Brutal, gelap, sadis, dan penuh pengkhianatan. Saya juga suka dengan dunianya yang penuh mitos dengan tiga matahari yang mempunyai siklus masing-masing. Itu sebabnya malam di dunia ini disebut Nevernight (Tidak Pernah Malam) karena selalu terang, kecuali beberapa waktu sekali saat ketiga matahari tidak ada. 


Premis buku ini sangat menarik karena tentang balas dendam. Wah, saya suka sekali. Apalagi saat diceritakan di prolog kalau si tokoh utama dikenal sebagai orang jahat. Saya ingin melihat perjalanannya dari anak yang tidak tahu apa-apa sampai menjadi legenda yang dianggap kejam seperti itu.

Sayangnya, saya agak kesulitan di 100 halaman pertama. Gaya penulisan Jay Kristoff terlalu pernuh metafora yang tidak masuk akal, mengingatkan saya pada buku pertama Shatter Me karya Tahereh Mafi. 

"They're led by a dozen camels, Tric. A noseless dog could follow this trail of shit in the middle of truedark. If they suddenly start trekking faster than a forty-a-turn smoker with an armload of drunken prostitutes, I think we can find them again." (Coba jelaskan kalimat ini)

Something had followed her from that place. The place above the music where her father died. Something hungry. A blind, grub consciousness, dreaming of shoulders crowned with translucent wings. And she, who would gift them. (Like, wuttt?)

"Tric gave another half-hearted stab, but the beast had forgotten its quarry entirely, great eyes rolling as it flipped over and over, dragging its bulk back below the sand, howling like a dog who's just returned home from a hard turn's work to find another hound in his kennel, smoking his cigarillos and in bed with his wife." (Lebay banget atulah)

Belum lagi ditambah banyak sekali footnotes yang super panjang di halaman-halaman tertentu. Isinya tentang legenda, mitos, dan penjelasan dunia di buku ini. Bagus sih karena memperkaya world building-nya, tapi agak mengganggu flow membaca saya. 

Tapi begitu saya sudah terbiasa, segalanya mengalir dengan mudah. Ceritanya beneran seru. Apalagi setelah Mia sampai di sekolah pembunuh bayaran. Saya selalu suka adegan sekolah di dunia fantasi. 

Hal yang paling saya suka dari buku ini adalah detail budaya dan legendanya. Kreatif banget. Nuansa kotanya yang seperti Venesia dan Roma juga sangat jelas deskripsinya. Saya suka penjelasan dewa-dewanya dan aliran-aliran agamanya. Memang saya bukan pembaca yang suka tema agama dan kepercayaan. Tapi karena saking kerennnya, saya tidak peduli. Yang jelas dunia yang diciptakan Jay Kristoff ini unik dan sangat berkesan.  

Untuk ceritanya sih... Saya suka, tapi tidak fenomenal banget. Ada beberapa adegan yang agak mengingatkan saya sama novel-novel lain yang pernah saya baca. Tapi bagus kok. 

Oh, ya. Seorang booktuber Australia membuat film ini secara indie karena ngefans banget sama buku ini. Namanya Piera Forde. Filmnya akan dirilis di YouTube sekitar awal Desember dan saya sudah tidak sabar. Aaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!

Berikut trailer-nya. Beneran terlihat profesional. Saya impressed banget. 


5/5

No comments:

Post a Comment