Saturday 16 November 2019

The Crown of Embers


Judul : The Crown of Embers (Fire and Thorns #2)
Penulis : Rae Carson
Tebal : 410 halaman
Penerbit : Greenwillow Books

She does not know what awaits her at the enemy's gate.

Elisa is a hero.

She led her people to victory over a terrifying, sorcerous army. Her place as the country's ruler should be secure. But it isn't.

Her enemies come at her like ghosts in a dream, from foreign realms and even from within her own court. And her destiny as the chosen one has not yet been fulfilled.

To conquer the power she bears, once and for all, Elisa must follow a trial of long-forgotten—and forbidden—clues, from the deep, hidden catacombs of her own city to the treacherous seas. With her go a one-eyed spy, a traitor, and the man whom—despite everything—she is falling in love with.

If she's lucky, she will return from this journey. But there will be a cost.


Review:

Warning: Spoiler!

Dibandingkan tahun lalu, buku fantasi young adult yang saya baca tahun ini agak kurang menarik. Memang susah mengalahkan Mistborn, A Court of Mist and Fury, ataupun trilogi The Winner, tapi saya berharap bisa mendapatkan setidaknya pengalaman membaca yang asyik. Sayangnya, kebanyakan seri fantasi yang saya prediksi akan bagus ternyata mengecewakan. Salah satunya The Remnant Chronicles. Falling Kingdom dan Shattered Realms lumayan sih. Tapi hanya lumayan. Lalu masih ada The Stormlight Archive yang fenomenal, walaupun itu termasuk kategori fantasi dewasa sebenarnya.

Lalu saya membaca buku ini. Saya tidak menaruh banyak harapan setelah buku pertamanya yang biasa saja. Memang, review-review yang saya baca sangat memuji buku kedua dan ketiganya.

Dan benar sekali. Saya seakan mendapatkan pencerahan dan siraman air sejuk di tengah hari yang panas. Buku ini adalah apa yang saya inginkan. Petualangan, fantasi, dan tentu saja romance yang super angsty. Yah, angsty romance terbaik tetap saja ada di buku trilogi The Winner. Tapi hubungan Elisa dan Hector cukup mirip lah.

Seri ini sangat religius karena mengangkat tema tentang kepercayaan terhadap dewa lewat batu biru di perut Elisa. Saya agak mengernyit di bagian petualangan melewati badai laut itu. Tanpa ada kejelasan dan logika, Elisa benar-benar menyerahkan semuanya di tangan para dewa karena keprcayaannya. Sangat tidak sesuai dengan prinsip hidup saya yang lebih menyukai logika. Tapi bagian lain dari buku ini sangat keren. Terutama politiknya. Elisa yang masih muda dan tidak berpengalaman harus berhadapan dengan para jenderal dan dewan pemerintahan yang tidak menyukainya. Belum lagi ada ancaman pembunuhan yang entah siapa dalangnya.

Plot di seri ini cukup cepat dan mengalir. Tidak ada bagian yang membosankan. Dan semua itu ditambah dengan keberadaan Hector. Sialan. Saya selalu suka romance yang dibangun pelan-pelan. Hector dan Elisa awalnya hanya berteman. Lalu Hector menjadi ketua pengawal-pengawal Elisa. Tidak ada yang spesial, sampai suatu hari perasaan itu muncul. Saya paling suka nih bagian mereka yang saling menyembunyikan perasaan masing-masing karena perbedaan status di antara mereka. Saya ikutan gemas dan sedih sendiri. Dan bab 26 yah.... Saat Elisa jujur dan Hector juga menyatakan perasaannya, saya nangis beneran. The feel... Saya suka bagaimana Hector bisa menolak dan mempertahankan prinsipnya sekalipun posisinya di bawah Elisa. Mereka benar-benar terasa seperti pasangan yang equal.

Semoga saja buku ketiganya tidak mengecewakan!

5/5

No comments:

Post a Comment