Judul : Some Kind of Wonderful
Penulis : Winna Efendi
Tebal : 360 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Liam Kendrick dan Rory Handitama memahami arti kehilangan. Liam pergi ke Sydney dengan dalih menggapai impian sebagai koki, walau alasan sebenarnya untuk menghindari cinta pertama yang bertepuk sebelah tangan. Di lain pihak, Rory sedang berusaha menata kehidupannya setelah suatu insiden membuatnya kehilangan orang-orang yang disayanginya, dan melepaskan impiannya sendiri sebagai pemusik.
Keduanya paham arti berduka, meski belum mengerti caranya. Kesedihan dan kesepian mendekatkan Liam dan Rory, sampai akhirnya ada rasa lain yang menyusup. Saat perasaan sudah tak terelakkan, Liam dan Rory terjebak keraguan, dan rasa lama masih terlalu kuat untuk dilupakan. Dapatkah dua orang yang pernah mencintai orang lain dengan segenap hati menyisakan ruang bagi satu sama lain?
Keduanya paham arti berduka, meski belum mengerti caranya. Kesedihan dan kesepian mendekatkan Liam dan Rory, sampai akhirnya ada rasa lain yang menyusup. Saat perasaan sudah tak terelakkan, Liam dan Rory terjebak keraguan, dan rasa lama masih terlalu kuat untuk dilupakan. Dapatkah dua orang yang pernah mencintai orang lain dengan segenap hati menyisakan ruang bagi satu sama lain?
Yah, licik ini sih. Settingnya di Sydney, Australia. Kan susah objektif jadinya. Cukup dengan deskripsi kehidupan santainya saja, saya bisa merasa seakan sedang berada di sana. Dan kebetulan saya sudah kangen. Apalagi Maret kemarin kan saya mau ke sana dan gagal karena corona.
Buku ini agak dewasa dibanding karya Winna Efendi sebelumnya. Kedua tokoh utamanya sangat berkarakter dan menarik. Rory adalah seorang janda yang kehilangan suami serta putranya, sementara Liam adalah celebrity chef terkenal yang masih mencintai sahabat masa kecilnya (nama keduanya bagus amat, uy). Hanya dengan membahas detail kehidupan karakternya saja, saya sudah merasa terhibur. Apalagi Winna Efendi ini penulis yang sangat rapi diksinya. Enak banget dibaca. Cara dia menuturkan detail dengan kata-kata dan juga quote-quote di buku ini sangat mengena. Setiap karakternya, bahkan karakter sampingannya, sangat hidup. Ditambah lagi settingnya di Australia dong...
Plotnya lambat dan realistis. Tapi saya tidak begitu suka dengan pertemuan pertama yang membuat Liam tertarik pada Rory. Klise banget, dah. Tertarik pada mata sendu seorang wanita misterius. Ngekkk!!! Saya kesal banget sama bagian itu walau saya tidak peduli karena settingnya Australia.
Maafkan obsesi saya sama settingnya.
Sebenarnya sih saya kurang suka sama ceritanya. Apa ya? Seorang gadis biasa dan cowok ganteng yang terkenal itu sudah bukan bacaan tipe saya. Pokoknya saya tidak percaya Liam bisa tertarik begitu saja pada Rory hanya dengan melihat sekilas di tempat kerjanya. Terus si Rory ini kan dingin dan menjaga jarak akibat kehilangannya. Jadi, kurang pas saja gitu kombinasinya dengan Liam yang playboy. Saya kurang bisa dibuat percaya dengan hubungan mereka yang cukup cepat berubah jadi perasaan yang mendalam gitu. Dan untung saja umur Liam masih pertengahan dua puluhan. Masih okelah kalau agak ababil sedikit. Soalnya dia terlalu menye-menye soal sahabatnya yang sudah mau menikah. Rasanya pria dewasa lebih bisa berpikir untuk move on sesuai dengan pikiran rasionalnya.
Yah, gitu deh. Saya suka Rory dan detail hidupnya dulu bersama almarhum suami serta putranya. Jleb banget. Semuda itu dan sudah kehilangan seluruh keluarga yang dicintainya. Kasihan. Tapi saya kurang sreg dengan Liam. Dan saya memang tidak terlalu menganggap koki sebagai profesi yang seksi, jadi biasa saja gitu.
Tapi karena settingnya di Australia, tak bisa kurang dari 4 bintang, hahahahaha...
4/5
A subplot of the film is Keith's persistent effort at the carport, and the developing school store his dad is so pleased with. Keith takes the cash and purchases Amanda's jewel hoops all things considered.
ReplyDelete