Tuesday, 29 August 2017

Walking After You


Judul : Walking After You
Penulis : Windry Ramadhina
Tebal : 328 halaman
Penerbit : Gagasmedia

Anise dan Arlet adalah anak kembar. Keduanya menyukai dunia makanan. Anise dengan makanan Italia dan Arlet dengan pastry. Mereka memiliki impian untuk membuat restoran bersama-sama.

Tapi impian itu hangus saat Arlet meninggal. Anise membawa rasa bersalah dan dukanya selama bertahun-tahun. Ia bahkan menghukum dirinya sendiri dengan melupakan makanan Italia. Ia masuk ke dunia pastry demi menjalani mimpi Arlet. 

Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Dan bagaimana Anise bisa melanjutkan hidup serta memaafkan dirinya sendiri?


Review:
Luar biasa. Windry Ramadhina berhasil membuat saya terpukau dengan ceritanya sekali lagi. Bahasanya apik dan rapi, diksinya sederhana dan mudah dimengerti, dunia profesional yang dibahasnya begitu detail, karakter-karakternya juga kompleks dan sangat menarik. Saya suka!

Mungkin saya tidak begitu menyukai Anise atau An karena sikapnya yang agak kejam kepada Arlet. Bagaimana ya? Arlet yang digambarkan Anise sangatlah likable dan lucu. Sifat naif dan baik hatinya terlalu menyentuh sehingga saya sempat mengutuk An yang tidak bisa menghargai Arlet saat gadis itu masih hidup. Saya benci sekali bagian An membohongi Arlet dari belakang. Saya sampai mau meremas buku ini saking kesalnya. 

Tapi itulah hebatnya penulis. Tokoh utama tidak harus selalu menyenangkan. Yang penting mereka relatable dan multidimensional. Pada akhirnya saya harus salut pada An. Dia berhasil menjalani hidup tanpa Arlet dengan tertatih-tatih. Setidaknya dia merasa bersalah dan belajar menjadi orang yang lebih baik. Sayangnya, penyesalan tidak bisa mengembalikan waktu. Arlet sudah terlanjur pergi dalam keadaan masih salah paham. Kasihan banget. Dua-duanya kasihan.

Lalu ada Julian, seorang koki pastry jenius yang eksentrik dan galak. Sikap judesnya pada An sangat lucu. Dia tidak suka An menghancurkan dapurnya yang indah dan bersih. Kalau toko roti itu bukan milik saudara An, Julian pasti sudah mengusir An sejak awal. Lagipula jelas sekali An tidak berbakat di dunia pastry

Saya suka interaksi aneh antara Julian dan An. Sebenarnya Julian itu menyebalkan juga. Kalau dia marah, pasti tidak mau ngomong. Diam saja gitu. Tapi An yang iseng dan jail selalu bisa menggoda Julian sampai cowok itu menyerah. Ih, lucu amat sih. Hahahaha...

Saya suka bagaimana penulis menunjukkan betapa besar rasa sayang Arlet kepada An lewat hal-hal kecil yang ditunjukkan lewat flashback serta barang-barang yang dimiliki Arlet. Sad... Saya juga suka bagaimana Arlet jatuh cinta pada seseorang yang mirip An, sementara An malah menyukai seseorang seperti Arlet. Walaupun sebenarnya sih Julian nggak sebaik Arlet. Cuma bakat pastry-nya saja yang mirip.

Ah, cerita yang kompleks dan menyentuh. Windry Ramadhina otomatis masuk ke daftar penulis lokal favorit saya.

4/5

No comments:

Post a Comment