Judul : Heir of Fire (Throne of Glass #3)
Penulis : Sarah J. Maas
Tebal : 592 halaman
Penerbit : Bloomsbury USA Childrens
Celaena has survived deadly contests and shattering heartbreak-but at an unspeakable cost. Now, she must travel to a new land to confront her darkest truth…a truth about her heritage that could change her life-and her future-forever. Meanwhile, brutal and monstrous forces are gathering on the horizon, intent on enslaving her world. Will Celaena find the strength to not only fight her inner demons, but to take on the evil that is about to be unleashed?
Review:
Berbeda dengan buku sebelumnya, Heir of Fire memperkenalkan area baru bernama Wendlyn. Di situlah tempat asal-usul nenek moyang Celaena yang merupakan ras Fey. Ada tokoh-tokoh baru yang diperkenalkan dan saya agak merasa perpindahan cerita dari buku sebelumnya ke buku ini kurang mulus. Saya sempat merasa jauh dari karakter dan isi ceritanya.
Saya akan bahas setiap tokoh yang muncul. Kemungkinan akan ada beberapa spoiler kecil. Jadi, yang belum baca sebaiknya tidak melanjutkan.
Berbeda dengan buku sebelumnya, Heir of Fire memperkenalkan area baru bernama Wendlyn. Di situlah tempat asal-usul nenek moyang Celaena yang merupakan ras Fey. Ada tokoh-tokoh baru yang diperkenalkan dan saya agak merasa perpindahan cerita dari buku sebelumnya ke buku ini kurang mulus. Saya sempat merasa jauh dari karakter dan isi ceritanya.
Saya akan bahas setiap tokoh yang muncul. Kemungkinan akan ada beberapa spoiler kecil. Jadi, yang belum baca sebaiknya tidak melanjutkan.
Tokoh pertama tentu saja adalah si Celaena alias Aelin, nama aslinya dari lahir sebagai putri dari Raja Terrasen. Di Wendlyn, dia bertemu bibinya serta para kaum Fey. Salah satunya bernama Rowan. Celaena akan belajar mengontrol kemampuan sihirnya bersama Rowan. Bagian ini agak membosankan karena jujur saja saya tidak begitu suka pada Rowan. Apalagi karena sepertinya Celaena tertarik pada cowok itu. Padahal saya berharap Celaena bakal tetap setia pada Chaol walaupun dia patah hati dan kesepian.
Tokoh kedua adalah Dorian. Pangeran satu ini akhirnya berhasil melupakan Celaena dan jatuh cinta pada gadis lain. Bagian Dorian membuat saya mulai respek pada cowok itu. Mungkin dia memang tidak jelek-jelek amat sebagai putra mahkota. Bahkan saya suka kesetiaan dan rasa percayanya pada Celaena sekalipun dia tahu Celaena ternyata adalah musuhnya.
Di sisi lain ada Chaol. Dia tetap menjadi tokoh yang relatable dan fokus seperti biasa. Saya sadar kenapa banyak orang tidak menyukai tokoh ini. Sebagai love interest, dia bukan orang yang paling siap mengorbankan diri demi Celaena. Semua tindakannya selalu memiliki batasan. Sebagai Captain of the Guard, dia masih mengutamakan kerajaannya dan tidak bisa sembarangan berkhianat. Saya memahami pergumulan hatinya. Dia takut pada Celaena karena potensi gadis itu dalam menghancurkan kerajaannya. Dia juga takut dan bahkan membenci kemampuan sihir gadis itu. Seumur hidupnya dia diajarkan bahwa sihir adalah hal ilegal dan jahat. Tidak mungkin jalan pikirannya berubah semudah membalik telapak tangan. Dan menurut saya, sisi manusiawi Chaol ini yang membuat saya paling suka sama tokoh ini.
Ada tiga tokoh baru yang muncul. Pertama, Manon. Dia adalah penyihir imortal kejam yang dididik sejak kecil untuk menjadi sosok yang tidak mempunyai perasaan. Awalnya, saya bingung kenapa Manon harus muncul. Saya mengerti peran yang dipegang Manon. Dia dan kaumnya akan menjadi pasukan elite Raja Adarlan yang diizinkan mengendarai wyvern (semacam naga). Tapi perkenalan tokoh satu ini sangat mendalam, jadi saya yakin dia bakal jadi tokoh kunci. Saya paling suka bagian interaksi Manon dan naganya. Saya suka sekali melihat bagaimana hati Manon bisa luluh secara perlahan-lahan karena seekor binatang.
Yang kedua adalah Sorscha, pacar baru Dorian. Dia mungkin tokoh baru yang paling membosankan. Akan lebih baik kalau sudut pandangnya dihilangkan.
Yang terakhir adalah Aedion. Dia adalah sepupu Celaena dan seumur hidupnya ia bertahan hidup dengan menjadi anjingnya Raja Adarlan. Padahal aslinya dia ingin membalas dendam. Menarik sekali.
Buku ini sangat tebal karena penulis berusaha membuat setiap tokohnya menonjol, tidak hanya sekadar lewat. Bagus sih, cuma butuh perjuangan untuk melewati bab-bab awal karena saya seperti membaca cerita yang baru lagi.
Tapi seratus halaman akhir...
Saya tidak bisa menjelaskan selain bahwa bagian akhir itu sangatlah epik. Masa lalu Celaena terungkap semua dan itu keren sekali. Adegan dia menemui bibinya di akhir juga mantap. Tapi yang paling keren adalah bagian Dorian, Chaol, Aedion, dan Sorscha dipanggil oleh Raja Adarlan. Itu lumayan bikin trauma dan syok. Saya tidak menyangka akan segila itu. Parah... Sewaktu Chaol akhirnya menentukan pilihan, saya langsung teriak sendiri. Sumpah, atulah. Saya paling nggak tahan baca soal kesetiaan, brotherhood, knight oath... Kesetiaan Chaol pada Dorian selalu berhasil bikin saya tersentuh. Damn!!
Ah... senangnya sudah punya buku keempatnya. Saya tidak perlu menunggu.
5/5
No comments:
Post a Comment