Sunday, 5 April 2015

Shatter Me


Judul : Shatter Me (Shatter Me #1)
Penulis : Tahereh Mafi
Tebal : 340 halaman
Penerbit : Harper Collins

Juliette hasn’t touched anyone in exactly 264 days.

The last time she did, it was an accident, but The Reestablishment locked her up for murder. No one knows why Juliette’s touch is fatal. As long as she doesn’t hurt anyone else, no one really cares. The world is too busy crumbling to pieces to pay attention to a 17-year-old girl. Diseases are destroying the population, food is hard to find, birds don’t fly anymore, and the clouds are the wrong color.

The Reestablishment said their way was the only way to fix things, so they threw Juliette in a cell. Now so many people are dead that the survivors are whispering war – and The Reestablishment has changed its mind. Maybe Juliette is more than a tortured soul stuffed into a poisonous body. Maybe she’s exactly what they need right now.

Juliette has to make a choice: Be a weapon. Or be a warrior.


Review:
Saya suka banget sama warna cover-nya. Enak dilihat gitu. Apalagi review di goodreads juga lumayan bagus. Jadi, saya langsung membeli buku ini.

Ceritanya tentang Juliette, gadis 17 tahun yang dikurung di dalam penjara gelap selama 264 hari. Dia dianggap berbahaya karena siapapun yang disentuhnya bisa mati. Keadaan mentalnya juga agak terganggu karena tidak pernah bertemu dengan manusia lain selama masanya dipenjara itu. Sampai suatu hari, seseorang dari masa lalunya dimasukkan ke penjara yang sama dengannya.

Adam satu sekolah dengan Juliette dulu. Dia selalu mengamati gadis itu dari jauh dan melindunginya secara diam-diam. Karena kekuatannya yang mengerikan, Juliette dimusuhi semua orang. Tapi Adam tahu. Juliette sebenarnya memiliki hati yang baik. 

Beberapa minggu setelah Adam dipenjara, Juliette dibebaskan. Dia disuruh menghadap Warner, pemimpin muda militer yang ada di lokasi penjara itu. Warner mengajukan proposal kerja sama. Pria itu ingin memanfaatkan kekuatan Juliette untuk mendapatkan dukungan yang lebih solid. 

Karena saya membeli buku ini secara impuls, saya tidak tahu isi ceritanya apa. Ternyata tentang superhero. Kalau dulu, mungkin saya suka. Sekarang? Saya sudah jenuh dengan tema kekuatan super. Bahkan saya tidak lagi suka nonton film-film model Iron Man, Batman, Thor, dll. Paling yang saya nonton cuma X-Men karena ada Hugh Jackman, James McAvoy, dan Michael Fassbender. 

Jujur, saya tidak suka novel ini. Kenapa? Karena porsi romance-nya kebanyakan dan berturut-turut. Kalau diselingi dengan adegan aksi atau adegan lain sih nggak apa-apa. Sayangnya novel ini tidak begitu. Belum lagi love triangle-nya maksa. Saya mengerti kenapa Adam suka sama Juliette. Tapi Warner? Kok tiba-tiba dia bisa suka sama Juliette? Aneh banget. 

Seharusnya saya bisa dibuat simpati dengan tokoh Juliette. Dia dibenci dan ditakuti orang tuanya, dimusuhi teman-teman seangkatannya, diserahkan begitu saja oleh orang tuanya untuk dipenjara, sangat menyesal karena pernah membunuh anak kecil tak berdosa (yang ini agak lebay sih, Juliette tidak perlu menyesal sampai membenci diri segitunya), sendirian dalam kegelapan selama hampir setahun... Kasihan kan? Tapi semua itu cuma disebut secara sekilas. Flashback dan kenangan masa lalunya tidak dikupas lebih banyak sehingga saya tidak bisa memahami latar belakang si tokoh utama. Saya juga kesal karena kelemahannya. Maksud saya, dia kan punya kekuatan letal dan tenaga super. Seharusnya dia melawan saat diperlakukan tidak adil begitu. Dengan kekuatan model begitu, dia bisa dengan mudah mengalahkan Warner dan tentara-tentaranya. Memang, dia membenci kekuatannya dan tidak suka membunuh orang lain. Tapi saat ditindas begitu, apa perlu mempertahankan kebaikan? Bodoh sekali. 

Dan yang membuat saya tidak tahan adalah bahasa penyampaiannya. Saya tidak masalah dengan coretan dan koreksi yang terkesan seperti diari. Saya juga suka menggunakan gaya seperti itu di blog saya. Tapi beberapa narasinya yang aneh bikin saya mengernyit geli dan tidak nyaman. Lebay-nya tidak manusiawi.

“I'm oxygen and he's dying to breathe.” 
"He says it with a small smile the size of Jupiter."
"There are 400 cotton balls caught in my windpipe."
"My spine is conducting enough electricity to power a city."
"I am an old creaky staircase when I wake up."
"Warner thinks Adam is a cardboard cutout of vanilla regurgitations."
"My jaw is dangling from my shoelace."
“I blink 1,000 times in the blackness.”
“I inhale so fast my lungs collapse.”
“Suddenly my head is a piece of pavement and I’m being trampled to death.”
“My body is in a blender. I’m made of mush.” (LOL)

It's just no. No. NO. NOOOO.

Lalu di mana world building-nya? Saya bahkan tidak tahu kenapa Juliette bisa punya kekuatan super, sementara banyak orang nggak punya. 

Oh, ada satu lagi. Warner dan Adam imun terhadap sentuhan mematikan Juliette. Convenient sekali ya. Demi bisa kissing-kissing-an.

Sepertinya saya harus berhenti sebelum reviewnya berubah kejam. :(

1/5

4 comments:

  1. another dystopian wannabe, hehehe
    Katanya emang ciri khas penulisnya bahasanya yah lebay githu.

    Dan dari yg sudah baca hingga tamat, emang katanya penulisnya lebih membuat ceritanya ke romance drpd dystopia. Sayang sih, kalau emang niatnya ke romance buat aja pararom atau high fantasy sekalian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh, pantes. Emang lebay banget penulisnya.

      Ternyata emang romens tohh... Berarti aku emang salah pilih. Bener, harusnya dimasukkan ke genre fantasy romance, jangan distopia. Menipu soalnya hehe...

      Delete
  2. huhuhu. saya terhenyak melihat ini. kemarin sudah lihat buku ini (versi terjemahan) di rak diskon, mau saya ambil tapi sampulnya terlalu bling-bling. saya urungkan niat deh...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kannn? Sampulnya bling2 banget, minta dibeli gitu. Tapi saya sih kurang suka uy. Boleh dicoba baca, banyak yang bilang bagus soalnya...

      Delete