Monday, 13 April 2015

Daughter of Smoke and Bone


Judul : Daughter of Smoke and Bone (Daughter of Smoke and Bone #1)
Penulis : Laini Taylor
Tebal : 420 halaman
Penerbit : Hodder

"Errand requiring immediate attention. Come.

The note was on vellum, pierced by the talons of the almost-crow that delivered it. Karou read the message. 'He never says please', she sighed, but she gathered up her things.
When Brimstone called, she always came."

In general, Karou has managed to keep her two lives in balance. On the one hand, she's a seventeen-year-old art student in Prague; on the other, errand-girl to a monstrous creature who is the closest thing she has to family. Raised half in our world, half in 'Elsewhere', she has never understood Brimstone's dark work - buying teeth from hunters and murderers - nor how she came into his keeping. She is a secret even to herself, plagued by the sensation that she isn't whole.

Now the doors to Elsewhere are closing, and Karou must choose between the safety of her human life and the dangers of a war-ravaged world that may hold the answers she has always sought.
 


Review:
Judulnya sangat catchy. Sinopsis di belakang bukunya juga langsung bikin saya tertarik untuk membacanya. Saya penasaran sama bagian membeli giginya. Memangnya buat apa beli gigi?

Setengah bagian pertama buku ini luar biasa bagus. Laini Taylor adalah contoh penulis yang benar-benar tahu bagaimana mendeskripsikan dunianya dengan sangat puitis, detail, indah, dan enak dibaca. Saya suka sekali sama gaya bahasanya. Rasanya seperti saya beneran masuk ke dalam dunia itu dan menyaksikan semuanya. 

Jadi, buku ini bercerita tentang Karou. Dia hanyalah mahasiswa seni berambut biru di Praha yang jago gambar. Teman-temannya suka sekali dengan gambar monster setengah manusia yang digambar Karou di buku gambarnya. Monster-monster itu bahkan punya nama dan kebiasaan mereka masing-masing. 

Hanya saja teman-teman Karou tidak tahu kalau monster-monster itu nyata. Mereka adalah bangsa Chimera dan mereka tinggal di daerah magis yang terletak di antara dunia manusia dan Elsewhere. Dan mereka adalah keluarga Karou. 

Karou tidak pernah tahu apa pekerjaan para Chimera itu. Ia bahkan tidak tahu Elsewhere itu apa. Ia juga tidak tahu apakah ada Chimera lain di luar keluarganya. Karou hanya menjalankan tugas dari Brimstone, si pemimpin Chimera yang sudah ia anggap sebagai ayah kandungnya. Tugas dari Brimstone selalu sama. Karou harus pergi ke berbagai tempat untuk mengambil pesanan gigi-gigi yang dikumpulkan pembunuh dan penjahat lainnya. Karou tidak suka dengan pekerjaannya itu, tapi terpaksa patuh walaupun Brimstone tidak pernah menjelaskan apa sebenarnya fungsi gigi itu. Sebagai upahnya, Karou biasanya diberikan barang-barang sihir yang dibuat Brimstone. Barang-barang itu bisa mengabulkan segala macam harapan. Tentu saja dengan bayaran tertentu, tergantung dengan seberapa besar keinginan dan harapan tersebut.

Sampai suatu hari Karou bertemu dengan makhluk bersayap seperti malaikat bernama Akiva. Akiva ingin membunuhnya karena asosiasinya dengan Brimstone. Karou berhasil selamat karena tato mata di tangannya. Karena kejadian itu, Karou semakin penasaran dengan asal-usulnya. Tapi sebelum ia sempat memaksa jawaban dari Brimstone, Akiva dan bangsanya sudah menghancurkan portal ke dunia itu. Berapa kalipun Karou mengetuk pintu portal itu, keluarga Chimeranya tidak pernah membukanya lagi. 

“Karou wished she could be the kind of girl who was complete unto herself, comfortable in solitude, serene. But she wasn't. She was lonely, and she feared the missingness within her as if it might expand and... cancel her. She craved a presence beside her, solid. Fingertips light at the nape of her neck and a voice meeting hers in the dark. Someone who would wait with an umbrella to walk her home in the rain, and smile like sunshine when he saw her coming. Who would dance with her on her balcony, keep his promises and know her secrets, and make a tiny world wherever he was, with just her and his arms and his whisper and her trust.” 

Di sisi lain, Akiva merasa kebingungan dengan keberadaan Karou. Gadis itu membuatnya penasaran. Bagaimana bisa seorang manusia memiliki tato istimewa itu di tangannya? Dan apa hubungan Karou dengan para Chimera itu?

Saya harus mengacungkan jempol buat ide ceritanya. Apalagi dunianya. Rasanya saya belum pernah membaca sistem dunia seunik ini. Biasanya dunia fantasi yang terlalu unik malah terkesan aneh. Tapi tidak untuk buku ini. Saya malah suka sekali dengan fungsi gigi yang sebenarnya di sini. Saya suka sistem pengabulan keinginan yang dibuat Brimstone, legenda Chimera dan Seraphim... Saya juga suka arti dari konsep anak asap dan tulang (Daughter of Smoke and Bone). Wow!!!

Kesan buku ini sangat sedih, lonely, dan melankolis. Saya sempat mau menangis di bagian Karou kehilangan keluarga Chimeranya. Saya tidak tega melihat dia mengetuk pintu portal setiap harinya demi bisa bertemu dengan Brimstone lagi. Awalnya, saya memang tidak terlalu peduli dengan Brimstone karena dia suka marah-marah nggak jelas ke Karou. Tapi saat semua rahasia diungkap, Brimstone malah jadi tokoh paling favorit di buku ini. Ternyata dia baik banget dan sangat setia. 

Seharusnya saya memberikan buku ini lima bintang, tapi setengah bagian akhirnya agak membosankan. Saya tidak begitu suka dengan kemunculan Akiva. Saya bukannya benci dengan romance-nya. Saya suka sekali dengan alasan dan awal mula Akiva jatuh cinta pada seorang Karou. Dan awal mulanya itu, lhoooo... Jleb banget! Saya tidak mengira kalau Akiva-lah yang menghancurkan segalanya. Dua kali malah. Pertama, kematian Madrigal dan lalu hancurnya pintu portal. 

“Once upon a time, an angel and a devil fell in love. 
It did not end well.” 

“Once upon a time, a little girl was raised by monsters.
But angels burned the doorways to their world, and she was all alone.” 

“Once upon a time, an angel lay dying in the mist.
And a devil knelt over him and smiled.” 


Saya selalu suka tipe cinta terlarang seperti ini. Dua kubu, dua bangsa berbeda yang saling membenci. Ada perang, sakit hati, ketegangan, dan ironi. Padahal dua bangsa yang berbeda belum tentu berarti yang satu jahat dan yang lainnya baik. Karena seperti manusia, ras yang berbeda pun tidak berarti harus saling bermusuhan. 

Akhhh, tidak sabar baca buku lanjutannya. 

4/5

No comments:

Post a Comment