Friday, 27 March 2015

A Monster Calls


Judul : A Monster Calls
Penulis : Patrick Ness
Tebal : 224 halaman
Penerbit : Candlewick Press

An unflinching, darkly funny, and deeply moving story of a boy, his seriously ill mother, and an unexpected monstrous visitor.

At seven minutes past midnight, thirteen-year-old Conor wakes to find a monster outside his bedroom window. But it isn't the monster Conor's been expecting-- he's been expecting the one from his nightmare, the nightmare he's had nearly every night since his mother started her treatments. The monster in his backyard is different. It's ancient. And wild. And it wants something from Conor. Something terrible and dangerous. It wants the truth. From the final idea of award-winning author Siobhan Dowd-- whose premature death from cancer prevented her from writing it herself-- Patrick Ness has spun a haunting and darkly funny novel of mischief, loss, and monsters both real and imagined.


Review:
Saya jarang suka sama buku yang tipis. Soalnya ceritanya pasti sederhana dan begitu saya mulai tenggelam dalam ceritanya, halamannya sudah habis. 

Tapi buku yang satu ini luar biasa. Sederhana tapi bikin sedih. Saya bahkan menangis di akhir cerita. 

Tokoh utamanya adalah seorang anak laki-laki bernama Conor. Ibunya sakit kanker dan diprediksikan akan meninggal. Ibu Conor selalu tersenyum dan memberi harapan karena tidak ingin Conor bersedih. Walaupun begitu, Conor sadar dan tahu kalau ibunya akan pergi tidak lama lagi.

Sejak halaman-halaman awal, saya langsung bersimpati dengan Conor. Dia memendam kesedihannya dalam kemarahan dan penyangkalan. Kemarahan itu bermanifestasi ke dalam mimpi buruk yang membuatnya tidak bisa tidur. Ia juga memusuhi orang-orang di sekitarnya karena merasa kesal pada dirinya sendiri. 

Lalu suatu malam, monster pohon mendatanginya. Kunjungan itu berlangsung beberapa kali. Tujuan si monster adalah untuk menceritakan tiga buah dongeng pada Conor. Si monster juga meminta Conor menceritakan dongeng keempat setelah ia selesai menyampaikan semua dongengnya. Kalau tidak, Conor bakal mati. 

Yang membuat saya suka dengan buku ini adalah tiga dongeng dari si monster. Dongeng-dongeng itu penuh dengan ironi dan memiliki kesamaan satu sama lain. Bahwa orang jahat tidak selalu jahat dan orang baik pun juga tidak selalu baik. Pada akhirnya Conor akan dihadapkan dengan kemarahannya sendiri lewat dongeng itu.

Saya suka interaksi antara Conor dengan ibunya, neneknya, dan ayahnya. Padahal interaksi itu hanya sebentar-sebentar, tapi sangat mengena dan 'jleb' di hati. Saya tidak menyangka Patrick Ness bisa membuat buku setipis ini namun penuh makna.

Buku ini ditulis untuk mengenang almarhum penulis terkenal bernama Siobhan Dowd. Ide ini adalah milik penulis itu, tapi Patrick Ness yang menyelesaikan semuanya. 

“'Because humans are complicated beasts,' the monster said. 'How can a queen be both a good witch and a bad witch? How can a prince be a murderer and a saviour? How can an apothecary be evil-tempered but right-thinking? How can a parson be wrong-thinking but good-hearted? How can invisible men make themselves more lonely by being seen?'

'I don't know,' Connor shrugged, exhausted. 'Your stories never made any sense to me.'

'The answer is that it does not matter what you think,' the monster said, 'because your mind will contradict itself a hundred times each day. You wanted her to go at the same time you were desperate for me to save her. Your mind will believe comforting lies while also knowing the painful truths that make those lies necessary. And your mind will punish you for believing both.'” 

5/5

6 comments:

  1. waaa... ini sudah masuk TBR. tapi gak mau baca yang english. masih sabar menunggu ada yang terjemahkan. abis baca review ini, jadi pengen buru-buru baca.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, ya... kok belum diterjemahin sama penerbit Indo? Padahal bagus loh ceritanya. Hehe... Baca aja, sederhana Inggrisnya. Ceritanya buat anak-anak kok.

      Delete
  2. aku juga suka sama buku ini. suka banget. bikin inget mama #eh (maap mellow)
    abis itu jadi penasaran sama buku Ness yg lain, lgsg deh baca More Than This. bagus juga.
    tinggal mw baca yang trilogi Chaos Walking tapi beluum juga dapet ebooknya -.-a

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya baru tau soal More than This. Yg Chaos Walking itu kayaknya menarik. Gara-gara buku ini, saya jadi penasaran sama karya Patrick Ness yg lain :)

      Delete