Judul : The Cuckoo's Calling (Cormoran Strike #1)
Penulis : Robert Galbraith a.k.a. J.K. Rowling
Tebal : 550 halaman
Penerbit : Sphere
When a troubled model falls to her death from a snow-covered Mayfair balcony, it is assumed that she has committed suicide. However, her brother has his doubts, and calls in private investigator Cormoran Strike to look into the case. A war veteran, wounded both physically and psychologically, Strike's life is in disarray. The case gives him a financial lifeline, but it comes at a personal cost: the more he delves into the young model's complex world, the darker things get - and the closer he gets to terrible danger.
A gripping, elegant mystery steeped in the atmosphere of London - from the hushed streets of Mayfair, to the backstreet pubs of the East End, to the bustle of Soho - The Cuckoo's Calling is a remarkable debut. Introducing Cormoran Strike, it is a classic crime novel unlike any other book you will read this year.
A gripping, elegant mystery steeped in the atmosphere of London - from the hushed streets of Mayfair, to the backstreet pubs of the East End, to the bustle of Soho - The Cuckoo's Calling is a remarkable debut. Introducing Cormoran Strike, it is a classic crime novel unlike any other book you will read this year.
Review:
Terus terang misteri dan detektif bukanlah bacaan favorit saya. Saya baca sih beberapa buku Agatha Christie, tapi saya terlalu takut untuk membacanya lagi. Saya belum baca Sherlock Holmes walau saya nonton serial filmnya yang dibintangi Benedict Cumberbatch. Saya juga membaca komik Detektif Conan dan saya nggak bisa tidur dua malam penuh.
Ya, ya, ya. Saya akui saya memang penakut.
Intinya, saya nggak mungkin membeli dan membaca buku ini kalau saya tidak tahu Robert Galbraith itu nama samaran J.K. Rowling. Saya penasaran saja seberapa versatil penulis Harry Potter itu. Bisakah dia menulis kisah detektif yang sebenarnya sudah dikuasai Agatha Christie dan Sir Arthur Conan Doyle?
Ternyata memang bisa, walau tidak sebagus itu. Saya tidak bisa connect sama si Cormoran Strike. Padahal dia tokoh utamanya. Sebagai detektif, dia jago dan tenang. Tapi saking tenangnya, tokoh ini kurang kuat kesannya. Gawatnya, dia bakal muncul terus di buku selanjutnya. Wew.
Kasus di buku ini melibatkan pembunuhan seorang model terkenal berkulit hitam bernama Lula Landry. Dia jatuh dari balkon apartemennya dan dianggap bunuh diri. Tapi karena ini cerita detektif, saya tahu kalau Lula itu dibunuh.
Cormoran Strike adalah detektif kacangan yang miskin. Ia juga seorang veteran perang yang kehilangan sebelah kakinya oleh bom. Ia tidak punya rumah sejak ditendang keluar oleh tunangannya sehingga ia terpaksa tinggal di kantornya. Ia hanya punya beberapa klien nggak jelas yang masalahnya sangat sepele. Tapi suatu hari ia didatangi kakak Lula Landry yang bernama John Bristow. Ia diminta untuk menyelidiki kasus bunuh diri model itu karena John tidak percaya kalau adiknya bunuh diri. Demi duit, Cormoran tentu saja menerima pekerjaan itu walau di dalam hatinya ia merasa John hanya membuang-buang uang. Toh, polisi sudah menutup kasus itu.
Semakin jauh Cormoran terlibat dalam penyelidikannya, ia pun menemukan banyak keganjilan. Lula Landry sudah pasti dibunuh. Ia hanya harus menemukan bukti dan memanipulasi sedikit supaya sang pembunuh muncul ke permukaan.
Saya tidak akan menjelaskan lebih jauh soal ceritanya. Akan lebih asyik membaca kronologi penyelidikan Cormoran yang rinci di bukunya. Sampai akhir saya tidak bisa menebak pembunuhnya. Itu berarti J.K. Rowling sukses menciptakan misterinya dengan baik.
Secara keseluruhan, buku ini cukup datar. Tidak mendebarkan dan bikin saya stres ketakutan seperti buku misteri lainnya. Itu berarti bagus karena saya nyaman bacanya, tapi juga jelek karena seharusnya cerita misteri merangsang rasa penasaran setiap kali satu bab berakhir. Setiap halaman buku ini membahas kegiatan Cormoran mulai dari bangun pagi, mandi di kamar mandi universitas (tidak ada kamar mandi di kantornya), bertemu saksi mata/polisi/klien, makan siang, melihat lokasi, makan malam, baca dokumen sampai dini hari, melepas kaki palsu, dan tidur malam. Sangat kronologis dan lengkap seperti diari. Ugh. Kalau tokohnya seunik dan seedan Sherlock Holmes mungkin saya betah, tapi masalahnya kan si Cormoran ini sangat biasa seperti orang umum lainnya. Oke, latar belakangnya cukup rumit. Dia anak haram salah satu bintang rock terkenal, seorang veteran perang, hanya punya satu kaki, hanya punya satu hubungan lama dengan salah satu perempuan yang nyebelin. Pokoknya si Cormoran kurang "nendang" sebagai tokoh pusat. Yang menarik dari buku ini cuma pas wawancara dengan saksi atau kenalan Lula Landry dan si Robin.
Robin Ellacott adalah sekretaris sementara di kantor Cormoran. Ia sedang menunggu untuk mendapatkan pekerjaan tetap yang lebih baik di tempat lain. Lucunya, di hari pertama ia bertemu Cormoran, ia hampir jatuh dari tangga dan mati. Kalau bukan Cormoran menarik "dadanya", ia pasti sudah jatuh beneran. Saya suka tokoh ini karena cara kerjanya bagus. Cormoran sampai sedih sendiri memikirkan akan kehilangan pegawai sekompeten Robin. Saya suka pergulatan batinnya yang bingung dalam memilih kerjaan. Dia suka bekerja sebagai pembantu detektif karena menantang, tapi dia juga ingin pekerjaan yang lebih bergengsi di perusahaan yang jelas. Si Robin ini perhatian banget sama Cormoran yang suka lupa makan dan bersih-bersih. Terus dia itu bersikap pura-pura tidak tahu kalau Cormoran tinggal di kantornya, soalnya si Cormoran terlalu malu dan gengsi sebagai bos. Yah, saya maunya sih dia jadian sama Cormoran. Chemistry mereka juga sudah bagus. Biar penuh skandal gitu karena si Robin kan sudah punya tunangan. Memang dasar penggemar drama.
J.K. Rowling memang jagonya nulis deh. Deskripsi dan penyampaian ceritanya mantap. Walaupun ceritanya biasa saja, saya cukup suka dan mau baca buku selanjutnya. :)
3/5
No comments:
Post a Comment