Wednesday, 14 January 2015

Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh


Judul : Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (Supernova #1)
Penulis : Dee
Tebal : 321 halaman
Penerbit : Truedee Books

Dhimas dan Ruben adalah dua orang mahasiswa yang tengah menuntut ilmu di negeri Paman Sam. Dhimas kuliah di Goerge Washinton University, dan Ruben di John Hopkins Medical School. Mereka bertemu dalam suatu pesta yang meriah, yang diadakan oleh perkumpulan mahasiswa yang bersekolah di Amrik. Pertama kali bertemu mereke terlibat dalam percakapan yang saling menyudutkan satu samalain, hal tersebut dikarenakan oleh latar belakang mereka, Dhimas berasal dari kalangan The have, sedangkan Ruben, mahasiswa beasiswa. Tetapi setelah Ruben mencoba serotonin, mereka menjadi akrab membincangkan permasalahan iptek, saint, sampai acara buka-bukaan bahwa Ruben adalah seorang gay. Ternyata tak disangka-sangka bahwa Dhimas juga adalah seorang gay. Maka jadilah mereka sepasang kekasih, meskipun mereka tidak pernah serumah dalam satu apartemen. Bila ditanya mereka menjawab supaya bisa tetap kangen, tetap butuh usaha bila ingin bertemu satu sama lainnya. Dalam pertemuan di pesta tersebut mereka telah berikrar akan membuat satu karya. Satu masterpiece. Satu tulisan atau riset yang membantu menjembatani semua percabangan sains. Roman yang berdimensi luas dan mampu menggerakkan hati banyak orang.


Review:
Pertama kali saya mengetahui buku ini adalah waktu saya SMA. Salah satu teman saya suka banget sama novel ini. Saat itu, saya tidak tertarik untuk membacanya karena memang semasa SMA saya tidak suka genre fantasi. Dari judulnya, buku ini terkesan sangat fantasi. Belum lagi banyak yang bilang kalau buku ini tidak mudah dimengerti. Saya pun terintimidasi.

Sampai saya melihat trailer filmnya. 

Yang saya tangkap dari trailer itu cuma kebingungan. Film ini menceritakan apa sih? Beneran nggak ketebak. Tapi saya keburu penasaran. Jadi, saya pun mengambil buku ini dari tumpukan to read yang sudah mulai menjamur.

Kesan pertama saya adalah cover-nya yang bikin sakit mata. Terlalu futuristik dan saya tidak suka itu. Tapi saya tetap membuka halaman pertama dan membacanya. Dan saya pun langsung disuguhkan oleh istilah-istilah sains yang bikin otak berputar dan berpikir mencerna. Semakin ke belakang, istilahnya semakin mudah dimengerti sih. Intinya, sains dipakai untuk menjelaskan filosofi kehidupan. Hanya sebagai metafora dan lambang saja.

Ceritanya bermula dengan pertemuan dua orang gay bernama Dhimas dan Ruben di New York. Percakapan semalam mereka yang penuh dengan teori-teori gila menghasilkan satu keputusan. Mereka harus membuat satu cerita luar biasa yang bisa menjembatani sains dan roman. Sains dalam kehidupan sehari-hari.

Ada tiga tokoh dalam kisah itu. Yang pertama adalah Ksatria. Dia bernama Ferre, pengusaha muda sukses yang tampan dan melajang. Ia tidak percaya akan cinta dan komitmen. Ia hanya percaya kalau orang harus mandiri dan berjuang dengan usahanya sendiri untuk bisa sukses. Suatu hari ia bertemu sang Puteri yang berhasil mengambil hatinya. Sang Puteri bernama Rana dan dia sudah menikah. Ia adalah perempuan kebanyakan yang hidup penuh dengan ketakutan akan pendapat orang lain. Ia sekolah, kuliah, menikah sesuai kriteria kebanggaan orang tuanya. Ia sendiri tidak benar-benar bahagia. Tapi seorang Ferre berhasil menggelitik sifat pemberontaknya. Dan mereka pun menjalin affair.

Bintang Jatuh digambarkan sebagai sosok yang sempurna secara fisik, model yang digilai para pria, dan seorang pelacur kelas atas bertarif dolar. Ironisnya, pekerjaannya yang merendahkan harga diri tidak merusak pikirannya yang netral dan sinis. Saya harus akui kalau tokoh ini luar biasa keren. Kalimat-kalimat yang keluar dari mulutnya mantap dan menusuk. 

Lalu siapakah Supernova? Ternyata dia adalah program internet yang mampu menyediakan jawaban dan solusi atas segala masalah kehidupan. Tinggal curhat, lalu Supernova akan menjawab.

Menarik sekali membaca teori Fisika yang diterjemahkan ke dalam filosofi kehidupan. Bagaimana fenomena kucing Schroedinger menjelaskan sebuah pilihan; teori chaos dengan bifurkasi, fragmen, dan attraktor bisa disetarakan dengan reaksi manusia terhadap kekacauan hidupnya sehingga memunculkan evolusi dan adaptasi... Apa yah? Lucu saja bacanya. Kok bisa-bisanya sih merumitkan sebuah hal yang sederhana? Biasanya kan kita harus menyederhanakan hal yang rumit. Ini sih kebalikannya.

Setelah membaca buku ini, saya menemukan kesamaan dengan Dunia Sophie karya Jostein Gaarder. Landasannya sama. Fiksi dan filosofi, bahwa ada kekuatan lebih besar yang mengatur takdir dan pilihan hidup kita, bahwa orang selalu mencari jawaban atas eksistensinya sendiri. Jujur, saya memang kurang suka dengan tipe cerita seperti ini. Ngeri, ah. Saya selalu takut akan konsep manusia sebagai sebuat titik super kecil dalam samudra kehidupan. Rasanya sangat tidak berdaya.

Kesimpulannya, buku ini menyuguhkan tema yang berbeda dari karya-karya lokal biasanya. Lumayan unik.

Saya sudah nonton filmnya. Tidak terlalu beda dengan novelnya sih, kecuali mungkin urutan kejadiannya. Keren juga. Sinemanya hidup banget walau memang agak aneh mendengar bahasa novel yang baku diterjemahkan secara sama persis ke dalam percakapan. Kaku gitu. 

Sebagai tambahan, saya pasang trailer filmnya. 


3/5

No comments:

Post a Comment