Tuesday, 30 December 2014

The Kill Order


Judul : The Kill Order (The Maze Runner #0.5)
Penulis : James Dashner
Tebal : 331 halaman
Penerbit : Chicken House

Before WICKED was formed, before the Glade was built, before Thomas entered the Maze, sun flares hit the earth and mankind fell to disease.

Mark and Trina were there when it happened, and they survived. But surviving the sun flares was easy compared to what came next.

Now a disease of rage and lunacy races across the eastern United States, and there’s something suspicious about its origin. Worse yet, it’s mutating, and all evidence suggests that it will bring humanity to its knees.

Mark and Trina are convinced there’s a way to save those left living from descending into madness. And they’re determined to find it—if they can stay alive. Because in this new, devastated world, every life has a price. And to some, you’re worth more dead than alive.
 

Review:
Jujur, saya agak malas bikin review buku ini. Soalnya pas kemarin saya selesai baca The Death Cure, saya berharap bisa dapat jawaban di buku ini soal asal mula segalanya. Tapi ternyata saya nggak dapat jawaban sama sekali. Saya malah dapat tokoh-tokoh yang sama sekali berbeda dan hampir tidak ada pembahasan soal The Glade. Cuma, saya merasa dilema. Mau bagaimanapun saya harus menilai dari sisi objektifnya juga. Buku ini nggak jelek, tapi nyebelin. Saya juga bingung mau bahasnya gimana.

Di bagian awal prolog, Teresa sedang merenungkan nasibnya bersama Thomas yang akan masuk ke dalam labirin. Ia bertanya-tanya apakah kehilangan memori itu sepadan dengan hasil yang akan dicapai dalam eksperimen WICKED. Di bagian ini, saya langsung merasa semangat. Asyik, nih. Rahasia akan terbuka.

Tapi ternyata itu cuma prolog yang tak penting.

Tokoh utama di buku ini bernama Mark dan Trina. Ya, iyalah harus sepasang. Kan ada cinta-cintaannya juga. Haha... Ceritanya mereka itu berhasil selamat dari Solar Flare terbesar sepanjang masa. Mereka berdua bersama beberapa teman seperjalanan bermukim di salah satu bagian hutan, berusaha bertahan hidup.

Mark ini ceritanya sudah bersahabat lama dengan Trina. Dia menyukai cewek itu sejak kecil dan merasa nggak percaya diri. Tapi gara-gara bencana yang terjadi, si Mark kejatuhan durian runtuh. Akhirnya ia bisa berduaan dengan Trina. Pikirnya, segalanya akan baik-baik saja. Walaupun ia sedih karena kehilangan keluarganya, setidaknya ia punya Trina. Hmm ... terus terang sih, saya agak kesal juga sama si Mark. Soalnya dia kayak biasa saja pas kehilangan keluarganya. Nggak ada nangis-nangisan atau apalah gitu. Si Trina juga cuma tempelan doang. Saya nggak tahu apa yang ada di kepala dia sepanjang buku ini. Mungkin memang sudah jadi gaya penulisan si James Dashner yang kurang membahas emosi para tokoh. Yang penting aksi, sisanya nggak penting.

Intinya, mereka lagi hidup damai dan tenang sewaktu sebuah Berg datang menembakkan semua orang dengan panah. Demi melindungi teman-temannya, Mark dan Alec pergi mengejar si penjahat. Si Alec ini adalah mantan tentara. Dia kelihatan yang paling berani dan mengerti hal-hal teknis. Mereka berdua berhasil menyusup ke Berg dan menemukan sedikit petunjuk. Ternyata panah yang ditembakkan adalah virus mematikan. Di sinilah awal dari virus Flare yang nantinya akan menjadi epidemi. Virus itu ditembakkan untuk melenyapkan setengah populasi bumi karena persediaan sumber daya yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dasar memang gila. Rencana apaan itu? Yang jelas virus yang katanya bisa langsung membunuh itu malah menyebar dan bertindak semaunya, tidak sesuai dengan perkiraan para ilmuwan.

Sewaktu akhirnya Mark dan Alec kembali ke pemukiman mereka, ternyata sudah banyak yang mati. Salah seorang teman mereka terinfeksi virus itu dan mulai bertingkah aneh. Katanya, ada yang memakan otaknya di dalam tempurung. Karena takut tertular, Mark dan teman-temannya yang masih hidup pun pergi dari sana. 

Dalam kebingungan itu, mereka berusaha mencari jawaban. Mereka sempat bertemu kelompok lain yang juga diserang seperti mereka. Mereka ketemu anak kecil yang imun, dikejar orang-orang gila, menyusup ke markas penjahat, diserbu para Crank. Novel ini penuh dengan aksi dan cukup seru. Ada hal yang bikin sedih juga, terutama sewaktu Trina lupa ingatan akibat virus tersebut dan saat Alec mati-matian melawan penyakitnya demi bisa menyelamatkan Deedee (anak imun yang dipercaya bisa menjadi kunci untuk menemukan obat). Keputusasaan Mark juga sangat terasa sepanjang novel ini. 

Saya suka dengan sedikit gambaran masa lalu Mark sewaktu Solar Flare pertama kali terjadi. Settingnya terjadi di dalam stasiun kereta bawah tanah dan itu keren banget. Saya bisa membayangkan dengan jelas saat air panas masuk dan menenggelamkan semuanya. Memang sih agak aneh karena masa lalu itu muncul dalam mimpi Mark. Masa iya mimpi bisa berurutan seperti itu?

Setelah satu buku penuh adegan tegang yang tidak jelas mau dibawa ke mana, epilognya malah menceritakan ibunya Thomas yang sedang sedih karena harus menyerahkan anaknya ke tangan para ilmuwan WICKED. Beneran, deh. Nyambung banget. -.-

Sebenarnya sih lumayan rame, cuma nggak ada hubungannya dengan labirin dan segalanya. Saya juga lumayan suka sama si Alec yang badass, tegas, dan pintar membuat keputusan dalam keadaan terpojok. Tua-tua begitu, si Alec tetap bisa mengalahkan sekumpulan tentara dan menang. 

Seri The Maze Runner:
0.5. The Kill Order

3/5

3 comments:

  1. wktu baca ini aku juga ngerasa persiis, butuh jawaban soal masalah2 yg ada di Death Cure, tapi ternyata Kill Order ngomongin hal yg jauh banget XD

    tp katanya James Dashner lagi nulis The Fever Code, cerita setelah Kill Order tapi sebelum Maze Runner :D Mudah2an ada jawabannya disana ;D Great review!

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, nih... kayaknya karena banyak yg minta jawaban, jadilah The Fever Code hehehe... Ga sabar cepetan terbit :) thx sudah berkunjung, stef...

      Delete
  2. actually baru mau baca yg kill order setelah liat smua review tentang novel ini,ampun deh jadi males klo ga ada sangkut pautnya sama thomas dan kkawan2:|

    ReplyDelete