Saturday 13 December 2014

The Time Keeper


Judul : The Time Keeper
Penulis : Mitch Albom
Tebal : 312 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Inilah fabel tentang manusia pertama yang menghitung waktu di bumi. Orang yang kelak menjadi sang Penjaga Waktu.

Dialah pencipta jam pertama di dunia. Dia dihukum karena mencoba mengukur anugerah terbesar dari Tuhan, diasingkan ke dalam gua hingga berabad-abad dan dipaksa mendengarkan suara orang-orang yang minta diberi lebih banyak waktu. Lalu dia kembali ke dunia kita, dengan membawa jam pasir ajaib dan sebuah misi: menebus kesalahannya dengan mempertmukan dua manusia di bumi, untuk mengajarkan makna waktu pada mereka.


Review:
Saya merasa seperti membaca dongeng. Penyampaian ceritanya begitu sederhana dan alurnya cepat. Deskripsinya memang agak kurang detail, tapi asyik banget bacanya. Tahu-tahu saya sudah menyelesaikan buku ini. 

Cerita dimulai dengan setting masa lampau, sekitar zaman Menara Babel. Hiduplah seseorang bernama Dor yang senang menghitung waktu. Pada masa itu, manusia belum mengenal waktu. Tidak ada jam penunjuk waktu. Tapi Dor berhasil menciptakan jam matahari dan menghitung setiap detik yang berlalu dengan keseriusan orang yang obsesif. Dia bahkan tidak mempedulikan istrinya, Alli serta anak-anaknya.

Suatu kali Alli terkena penyakit mematikan. Dor berusaha menyelamatkannya dengan cara memanjat menara tinggi (saya menganggapnya Menara Babel karena dibangun untuk menembus langit), berharap bisa menghentikan waktu jika mencapai puncaknya. Orang-orang lain pun ikut memanjat dan dijatuhkan oleh Tuhan, kecuali Dor.

Ternyata Dor dibawa dan dikurung di sebuah gua gelap tak berpenghuni. Tidak ada siapa-siapa di sana selain suara-suara manusia di bumi yang mengeluhkan soal waktu.

Ribuan tahun berlalu. Di zaman modern ada dua orang tidak saling kenal yang keinginannya bertolak belakang. Yang pertama adalah Victor, pengusaha kaya yang divonis penyakit mematikan. Ia tidak mau menerima nasibnya dan menginginkan waktu yang lebih lama untuk mengurus bisnisnya. Padahal sepanjang hidupnya ia menghabiskan waktu untuk perusahaannya dan malah tidak menikmati hal-hal lain. Ia pun menemui sekelompok ilmuwan yang katanya sedang melakukan penelitian dalam pengawetan manusia. Menurut mereka, tubuh manusia bisa diawetkan dalam suhu yang sangat dingin dan nantinya bisa dibangkitkan lagi kapanpun. Karena pada zamannya tidak ada obat yang bisa menyembuhkan penyakitnya, Victor berpikir untuk menghentikan waktu kematiannya dengan mengikuti prosedur itu. Ia ingin dibangkitkan lagi saat obat penyakitnya sudah ditemukan.

Orang kedua bernama Sarah. Ia hanyalah gadis remaja biasa yang tidak populer. Kebetulan ia menyukai salah satu cowok keren yang baik padanya. Suatu kali dalam keadaan mabuk, cowok keren itu sempat menciumnya. Karena itulah, Sarah jadi ge-er. Ia pun memutuskan untuk menyatakan perasaannya. Tentu saja kejadian itu berakhir memalukan. Sarah jadi depresi dan ingin bunuh diri. Ia merasa waktu terlalu lama berjalan dan ia ingin segalanya berakhir saja.

Sementara itu, Dor yang terkurung mulai merasa bosan dan panik. Ia yang tadinya mencintai waktu dan menghitungnya tanpa henti malah jadi membenci waktu itu sendiri. Ia memohon-mohon untuk bisa kembali ke zamannya, kembali pada Alli supaya ia bisa menghargai istrinya itu dalam setiap detik yang mereka miliki. Untungnya Tuhan mendengar permintaannya dan mengajukan syarat.

"Temukanlah dua jiwa di Bumi, yang satu menginginkan terlalu banyak waktu, dan satunya lagi menginginkan terlalu sedikit. Ajari mereka apa yang telah kaupelajari."

Petualangan Dor di bumi pun dimulai. Lucu juga sih membaca kebingungan Dor saat melihat dunia modern yang sangat asing baginya itu. Ia bekerja sebagai tukang reparasi jam sambil menunggu nasib mempertemukannya dengan dua jiwa yang harus ditolongnya. 

Ini yang namanya magical. Haha... Beneran kayak dongeng dan seru bacanya. Apalagi pas bagian klimaks, sewaktu Victor sedang berbaring di ranjang siap dibekukan dan Sarah ingin bunuh diri. Kayak film action. Keren. Endingnya juga bagus, saya puas bacanya. Selain itu, pesan moral yang ingin disampaikan penulis juga cukup mengena. Intinya sih kita harus menghargai waktu. Jangan jadi kayak Victor yang gila kerja dan melupakan segalanya. Bukankah Victor ini menggambarkan hampir sebagian besar manusia modern di kota besar? Kita terlalu banyak dikejar deadline, kita ingin terus bekerja mencari uang, lembur gila-gilaan, sampai-sampai kita lupa menikmati hidup. Tapi mau gimana lagi? Uang sulit dicari, persaingan antar pegawai makin ketat... Kalau kita tidak berusaha lebih dari yang lain, nanti kalah dong. Yah, saya tidak bisa berkomentar soal ini. Semuanya tergantung pendapat masing-masing. Kalau saya sih lebih suka biasa-biasa saja supaya nggak stres. Kerja nggak berlebihan, main nggak berlebihan, ambisi tidak berlebihan, yang seimbang saja. Biar tenang dan nggak rusuh. Nah, kalau soal Sarah sih sudah nggak perlu ditanya lagi. Saya paling benci orang yang ingin bunuh diri. Mereka nggak mikir orang tua yang bakal sedih kehilangan, mereka juga nggak menghargai nyawa yang sudah dikasih Tuhan... Lemah amat, apalagi kalau alasannya cuma karena patah hati. Hari gini bunuh diri gara-gara ditolak? (jangan mulai nyinyir deh, Sab -.-)

Pokoknya recommended buat orang yang suka cerita inspirasi ringan dan menghibur. 

"Ada sebabnya Tuhan membatasi hari-hari kita, supaya setiap hari itu berharga."

4/5

2 comments:

  1. saya suka novel ini. kalo dipikir-pikir dalem pesannya.
    btw, namanya kayanya Alli, pake dobel l :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. akh, iya salah... Nggak tau napa saya ingetnya cuma satu l. Thx koreksinya :)
      Iya, novelnya dalem tapi ringan hehe...

      Delete