Judul : My Sister's Keeper
Penulis : Jodi Picoult
Tebal : 407 halaman
Penerbit : Hodder & Stoughton
Sara Fitzgerald's daughter Kate is just two years old when she is diagnosed with a rare form of leukaemia. Reeling with the helpless shock of it, Sara knows she will do anything - whatever it takes - to save her child.
Then the test results come back in time and again to show that no one in their family is a match for Kate. If they are to find a donor for the crucial bone marrow transplant she needs, there is only one option: creating another baby, specifically designed to save her sister. For Sara, it seems the ideal solution. Not only does Kate live, but she gets a beautiful new daughter Anna too.
Until the moment Anna hands Sara the papers the will rock her whole world. Because, aged thirteen, Anna has decided that she doesn't want to help Kate live any more. She is suing her parents for the rights to her own body.
Then the test results come back in time and again to show that no one in their family is a match for Kate. If they are to find a donor for the crucial bone marrow transplant she needs, there is only one option: creating another baby, specifically designed to save her sister. For Sara, it seems the ideal solution. Not only does Kate live, but she gets a beautiful new daughter Anna too.
Until the moment Anna hands Sara the papers the will rock her whole world. Because, aged thirteen, Anna has decided that she doesn't want to help Kate live any more. She is suing her parents for the rights to her own body.
Review:
Saya lebih dulu menonton filmnya dibanding membacanya. Dulu sewaktu buku ini terkenal, entah kenapa saya tidak tertarik membacanya. Premisnya yang unik tidak berhasil membuat saya penasaran. Baru setelah saya membaca Nineteen Minutes, saya mulai penasaran dengan karya-karya Jodi Picoult lainnya.
Sebenarnya dari awal saya sudah tidak setuju dengan keputusan Sara untuk menciptakan anak baru yang bisa digunakan untuk menyembuhkan Kate. Mau sesayang apapun dia sama Kate, ia tidak boleh memperlakukan Anna seperti itu. Anna seorang manusia juga dan dia punya perasaan.
Seperti biasa, Jodi Picoult selalu menulis cerita yang menimbulkan dilema dan patut diperdebatkan. Tapi untuk kasus ini, saya dengan mudah memilih untuk membela Anna. Saya kasihan sama dia. Ia ingin mendapatkan kehidupan normal tapi ia juga menyayangi kakaknya. Saya juga tahu bagaimana seram dan sakitnya semua prosedur medis yang harus dilaluinya demi bisa menyelamatkan Kate. Kejam. Saya juga kasihan pada Kate yang ingin bebas dan meninggal namun tidak mau membuatnya ibunya sedih. Selain itu, ada Jesse si sulung yang terpaksa memberontak karena kurang perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Keluarga ini hancur oleh sebuah penyakit walaupun mereka semua adalah orang-orang yang baik.
Dan tetap seperti biasa saya menyukai tokoh pengacaranya. Di sini ada Campbell Alexander yang memiliki rahasia masa lalu dan berusaha menyembunyikannya di balik kepiawaiannya dalam bicara. Kerenlah pokoknya si pengacara satu ini. Apalagi alasan-alasan yang dikarangnya setiap kali ditanya kenapa dia selalu membawa anjing. Lucu banget. Dan ternyata Campbell mendapatkan porsi cerita yang lumayan banyak dengan munculnya Julia Romano, kekasih masa mudanya. Kebetulan Julia adalah guardian ad litem Anna, semacam pendamping hukum karena Anna masih di bawah umur legal dan orang tuanya tidak bisa mendampingi untuk kepentingan yang berlawanan. Menurut saya, kisah Julia dan Campbell memberi keunikan tersendiri dalam cerita ini dan sayang sekali film tidak menampilkan sosok Julia sama sekali. Itu sebabnya saya lebih suka novelnya. Novelnya lebih detail dan nuansanya lebih dark daripada filmnya. Hanya Jodi Picoult yang bisa menceritakan cerita sedih seperti ini dalam kalimat-kalimat menyentuh dan beautiful. Semua tokohnya dijelaskan dengan detail sehingga saya merasa mereka begitu nyata dan rapuh, begitu penuh kelemahan juga ketidakberdayaan.
Sebenarnya dari awal saya sudah tidak setuju dengan keputusan Sara untuk menciptakan anak baru yang bisa digunakan untuk menyembuhkan Kate. Mau sesayang apapun dia sama Kate, ia tidak boleh memperlakukan Anna seperti itu. Anna seorang manusia juga dan dia punya perasaan.
Seperti biasa, Jodi Picoult selalu menulis cerita yang menimbulkan dilema dan patut diperdebatkan. Tapi untuk kasus ini, saya dengan mudah memilih untuk membela Anna. Saya kasihan sama dia. Ia ingin mendapatkan kehidupan normal tapi ia juga menyayangi kakaknya. Saya juga tahu bagaimana seram dan sakitnya semua prosedur medis yang harus dilaluinya demi bisa menyelamatkan Kate. Kejam. Saya juga kasihan pada Kate yang ingin bebas dan meninggal namun tidak mau membuatnya ibunya sedih. Selain itu, ada Jesse si sulung yang terpaksa memberontak karena kurang perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Keluarga ini hancur oleh sebuah penyakit walaupun mereka semua adalah orang-orang yang baik.
Dan tetap seperti biasa saya menyukai tokoh pengacaranya. Di sini ada Campbell Alexander yang memiliki rahasia masa lalu dan berusaha menyembunyikannya di balik kepiawaiannya dalam bicara. Kerenlah pokoknya si pengacara satu ini. Apalagi alasan-alasan yang dikarangnya setiap kali ditanya kenapa dia selalu membawa anjing. Lucu banget. Dan ternyata Campbell mendapatkan porsi cerita yang lumayan banyak dengan munculnya Julia Romano, kekasih masa mudanya. Kebetulan Julia adalah guardian ad litem Anna, semacam pendamping hukum karena Anna masih di bawah umur legal dan orang tuanya tidak bisa mendampingi untuk kepentingan yang berlawanan. Menurut saya, kisah Julia dan Campbell memberi keunikan tersendiri dalam cerita ini dan sayang sekali film tidak menampilkan sosok Julia sama sekali. Itu sebabnya saya lebih suka novelnya. Novelnya lebih detail dan nuansanya lebih dark daripada filmnya. Hanya Jodi Picoult yang bisa menceritakan cerita sedih seperti ini dalam kalimat-kalimat menyentuh dan beautiful. Semua tokohnya dijelaskan dengan detail sehingga saya merasa mereka begitu nyata dan rapuh, begitu penuh kelemahan juga ketidakberdayaan.
“Let me tell you this: if you meet a loner, no matter what they tell you, it's not because they enjoy solitude. It's because they have tried to blend into the world before, and people continue to disappoint them.”
Endingnya berbeda dengan di film. Awalnya, saya merasa ending bukunya tidak adil buat Anna. Tapi setelah membaca epilognya, saya merasa memang seperti itulah kisah ini harus diakhiri. Sangat simbolis dan cocok sekali dengan judulnya. Epilognya juga mantap sekali bahasanya, bikin jleb di hati.
“There should be a statute of limitation on grief. A rulebook that says it is all right to wake up crying, but only for a month. That after 42 days you will no longer turn with your heart racing, certain you have heard her call out your name. That there will be no fine imposed if you feel the need to clean out her desk; take down her artwork from the refrigerator; turn over a school portrait as you pass - if only because it cuts you fresh again to see it. That it's okay to measure the time she has been gone, the way we once measured her birthdays.”
Nice! Another masterpiece from Jodi Picoult :)
4/5
Ending versi buku emang nyesek banget-nget. Sakitnya tuh di sini... *tunjuk sum-sum tulang belakang*
ReplyDeleteBaca review ini kok jadi pengen baca lagi ya? *inget timbunan woy*
iya... nyesek banget. Jodi Picoult emang selalu gitu. Hehe... Timbunan saya juga banyak kok, Kang Opan :D
DeleteWah, perlu masih list nih. Novel terjemahan yang kece ceritanya
ReplyDeleteHarussss!!! Epik buku ini :)
Delete