Judul : Negeri di Ujung Tanduk (Negeri Para Bedebah #2)
Penulis : Tere Liye
Tebal : 360 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Di Negeri di Ujung Tanduk kehidupan semakin rusak, bukan karena orang jahat semakin banyak, tapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli lagi.
Di Negeri di Ujung Tanduk, para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih hidup bahagia sendirian.
Tapi di Negeri di Ujung Tanduk setidaknya, kawan, seorang petarung sejati akan memilih jalan suci, meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, dia akan berdiri paling akhir, demi membela kehormatan.
Di Negeri di Ujung Tanduk, para penipu menjadi pemimpin, para pengkhianat menjadi pujaan, bukan karena tidak ada lagi yang memiliki teladan, tapi mereka memutuskan menutup mata dan memilih hidup bahagia sendirian.
Tapi di Negeri di Ujung Tanduk setidaknya, kawan, seorang petarung sejati akan memilih jalan suci, meski habis seluruh darah di badan, menguap segenap air mata, dia akan berdiri paling akhir, demi membela kehormatan.
Review:
Saya bingung sebenarnya. Saya nggak dapat feel-nya dari buku ini. Segalanya terasa sama seperti saat saya membaca buku pertamanya. Aksi-aksinya ada, Thomas juga masih sinis dan cocky, beberapa tokoh sebelumnya keluar lagi... tapi saya tetap tidak bisa masuk ke dalam ceritanya.
Kalau di buku pertama Thomas adalah konsultan ekonomi, di sini Thomas sedang mengembangkan perusahaannya ke bidang konsultasi politik. Kejadian awal di buku ini mirip dengan buku sebelumnya: Thomas sedang melakukan ceramah di luar negeri. Tapi dia membahas politik sekarang. Menurut saya, ceramah-ceramahnya tidak begitu meyakinkan seperti pidato ekonominya dulu. Mungkin karena ceramah politik yang dibawakannya terlalu umum dan tidak pas gitu? Pokoknya saya tidak merasa Thomas menguasai bidangnya.
Saat itu, Thomas sedang membantu kampanya gubernur berinisial JD. Saya langsung mikir JokoWi-dodo, entah kenapa. Nah, karena gubernur tersebut jujur dan tegas, banyak orang yang tidak suka. Orang-orang politik yang tidak suka pun berusaha menyandera Thomas dan menyabotase kampanye gubernur tersebut. Dan karena Thomas ini serba bisa, mudah sekali bebasnya. James Bond pisan. Tidak ada kegagalan sama sekali dalam setiap aksinya. Selain itu, ada wanita yang menemani si Thomas di sini. Bukan Julia, reporter di buku pertama, tapi wanita lain bernama Maryam yang juga sama-sama reporter. Duh! Saya lebih suka tokoh wanitanya sama. Tapi si Thomas ini playboy dan seenaknya membuang Julia bagaikan James Bond. Ugh...
Tema buku ini menarik. Apalagi saya membacanya tepat sebulan sebelum pemilihan presiden. Suasananya pas gitu. Sesuai cover bukunya, politikus di negeri ini disindir karena mereka diibaratkan seperti monyet. Semuanya tukang korupsi, pengen kecipratan jabatan, dan saling menjatuhkan orang lain. Penjahat di buku ini juga nggak main-main. Sangat kaya dan punya pengaruh hingga ke Hongkong segala. Seru sih. Tapi sayangnya, segala aksi dan adegan di buku ini terlalu cepat seakan penulis hanya ingin segera menyelesaikannya tanpa peduli pada alurnya. Endingnya terlalu gampang pula sehingga saya kurang menikmatinya.
Seri Negeri Para Bedebah:
2. Negeri di Ujung Tanduk
2/5
No comments:
Post a Comment