Sunday 30 April 2017

Three Dark Crowns


Judul : Three Dark Crowns (Three Dark Crowns #1)
Penulis : Kendare Blake
Tebal : 416 halaman
Penerbit : Harper Teen

In every generation on the island of Fennbirn, a set of triplets is born: three queens, all equal heirs to the crown and each possessor of a coveted magic. Mirabella is a fierce elemental, able to spark hungry flames or vicious storms at the snap of her fingers. Katharine is a poisoner, one who can ingest the deadliest poisons without so much as a stomachache. Arsinoe, a naturalist, is said to have the ability to bloom the reddest rose and control the fiercest of lions.

But becoming the Queen Crowned isn’t solely a matter of royal birth. Each sister has to fight for it. And it’s not just a game of win or lose...it’s life or death. The night the sisters turn sixteen, the battle begins.

The last queen standing gets the crown. 


Review:
Warning: Spoiler!

Saya tertipu. Saya kira buku ini standalone. Ternyata ada sekuelnya. Kesal. Saya tidak suka dibuat penasaran dan menunggu lama sampai buku selanjutnya keluar.

Buku ini menceritakan sebuah dunia yang matriarki. Setiap generasi, seorang ratu akan dipilih. Kandidatnya adalah saudara kembar yang dipisahkan sejak kecil. Tiga perempuan. Masing-masing akan mempelajari seni sihir yang berbeda. 

Mirabella memiliki bakat dalam sihir elemental. Dia dilatih oleh kaum religius. Sejak awal dia dipercaya akan menang melawan saudara-saudaranya yang lain karena bakatnya itu. Sayangnya, dia berhati baik dan tidak mau membunuh.

Katharine dilatih sebagai seorang ahli racun. Dia harus mengkonsumsi berbagai macam racun demi membuat tubuhnya kebal. Dia sering sakit dan terbaring di kamarnya karena siksaan itu. Para dewan kerajaan yang mayoritasnya adalah pendukung ahli racun mencoba segala cara untuk menutupi kelemahan Katharine. Mereka tidak mau kehilangan posisi dalam pemerintahan karena sudah puluhan generasi pemerintahan dipegang oleh mereka.

Arsinoe adalah seorang naturalis. Dia seharusnya bisa mengendalikan tanaman dan binatang. Tapi sayangnya dia tidak punya bakal ke arah sana. Dia bergantung pada sahabatnya, Jules yang terkenal sebagai naturalis terhebat di desanya. Sementara itu, tanpa sepengetahuan Jules, Arsinoe juga mempelajari sihir ilegal demi memiliki kekuatan.

Ide buku ini unik. Sejak awal saya membaca sinopsisnya, saya sudah tertarik untuk membacanya. Tiga tokoh utama saling membunuh? Saya tidak akan pernah tidak membaca cerita seperti itu. 

Sayangnya, eksekusi cerita ini tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Oh, saya tetap suka dengan ceritanya. Saya suka dunia matriarkinya yang berbeda dari biasanya. Aneh saja melihat laki-laki menjadi pihak yang lebih lemah dan butuh pertolongan. Saya juga suka dengan permainan kekuasaan di balik tiga calon ratu itu. Tokohnya banyak dan kebetulan saya memang suka cerita yang banyak tokohnya. Sudut pandang orang ketiga pula. Tapi, permainan sudut pandang itu tidak dimanfaatkan penulis dengan baik. Plotnya terlalu lambat dan lebih banyak menonjolkan kisah cinta antara tiap calon ratu dengan cowok mereka masing-masing. Ugh. Saya lebih suka cerita membosankan kehidupan sehari-hari Arsinoe dibandingkan membaca soal kisah cinta singkat yang dibangun asal-asalan hanya supaya tiap calon ratu masing-masing punya cowok. Apalagi instalove antara Mirabella dan John. Saya yang tadinya lumayan suka dengan tokoh John, jadi sebal banget sama dia. John adalah sahabat masa kecil Arsinoe dan Jules. John juga adalah pacar Jules. Sumpah, deh. Kasihan banget si Jules. John terlalu lembek dan plin plan. Pengkhianat, tukang selingkuh. Bukan sekali, tapi berkali-kali!!!

Cerita baru mulai menegangkan di 100 halaman terakhir, saat masing-masing dari calon ratu menunjukkan kekuatan mereka. Banyak intrik dan penipuannya di sini. 

Dari tiga calon ratu, saya paling suka Arsinoe yang tomboy dan setia kawan. Mirabella terlalu baik dan sempurna. Saya tidak suka instalove alias nafsu yang dia rasakan pada John. Katharine sih membosankan, tapi kasihan nasibnya di akhir. Jadi, saya lumayan bersimpati sama dia. Tapi karena tokoh paling kasihan di buku ini adalah Jules, saya maunya Arsinoe yang menang. Biar Jules dapat kekuasaan atau kemewahan atau apalah. 

Endingnya lumayan bikin kaget. Saya nggak nyangka ternyata begitu. Masuk akal sih setelah dipikir-pikir.

Penasaran!!! Buku keduanya masih lama, hiks...

4/5

3 comments:

  1. Anjirrr, ini kirain stand alone. And the, kenapa reviewnya jadi terasa spoiler ??? XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, saya juga juga ga ngeh kalo ini bukan standalone. Sorry banget saya suka lupa warning kalo ada spoiler :( Tapi yang saya bahas cuma kulit luar aja sih, surprise pentingnya ga saya sebut.

      Delete
  2. Iya, keren lohh. Dunianya unik gitu. Semoga bakal lanjut terjemahannya :)

    ReplyDelete