Friday 21 April 2017

Shadow and Bone


Judul : Shadow and Bone (The Grisha #1)
Penulis : Leigh Bardugo
Tebal : 308 halaman
Penerbit : Indigo

The Shadow Fold, a swathe of impenetrable darkness, crawling with monsters that feast on human flesh, is slowly destroying the once-great nation of Ravka.

Alina, a pale, lonely orphan, discovers a unique power that thrusts her into the lavish world of the kingdom's magical elite - the Grisha. Could she be the key to unravelling the dark fabric of the Shadow Fold and setting Ravka free?

The Darkling, a creature of seductive charm and terrifying power, leader of the Grisha. If Alina is to fulfil her destiny, she must discover how to unlock her gift and face up to her dangerous attraction to him.

But what of Mal, Alina's childhood best friend? As Alina contemplates her dazzling new future, why can't she ever quite forget him?


Review:
Akhirnya saya baca buku ini juga. Setelah menonton puluhan video booktuber yang membahas buku ini, saya sebenarnya sudah gatal mau baca. Cuma selalu saja ada hal-hal kecil yang membuat saya lupa sama buku ini.


Cerita dibuka dengan prolog yang menggunakan sudut pandang orang ketiga, sebelum masuk ke bagian utama yang dituturkan dari sudut pandang Alina. Settingnya di Ravka yang ternyata terinspirasi dari negara Rusia. 

Alina dan sahabatnya, Mal adalah yatim piatu. Mereka tinggal di rumah bangsawan sampai cukup dewasa untuk bisa bekerja. Karena mereka tidak punya kekuatan super, mereka tidak bisa bergabung dalam kelompok elite tentara kerajaan bernama Grisha. Alina bekerja magang sebagai kartografer (unik!), sementara Mal akan menjadi prajurit. 

Ravka memiliki satu daerah gelap bernama Unsea di mana makhluk-makhluk jahat akan menyerang dan membunuh siapapun yang melewati daerah itu. Dalam sebuah perjalanan melewati Unsea itu, Alina mengeluarkan kekuatannya demi menyelamatkan Mal yang sedang diserang. Ternyata selama ini Alina menyembunyikan kekuatannya karena tidak mau berpisah dari Mal yang disukainya.

Kekuatan Alina sangat langka. Dia adalah pengendali cahaya, The Sun Summoner. Karena kekuatannya itu, Darkling sang ketua Grisha langsung membawa Alina ke istana supaya dia bisa bergabung dengan para Grisha yang lain. Sayangnya, Alina tidak bisa dimasukkan ke dalam kategori Grisha yang biasa. Alina bukan termasuk penyembuh, pembunuh, penguasa unsur, atau kekuatan normal lainnya. Tak aneh kalau dia pun dikucilkan. 

Hanya Darkling yang terkesan sangat penasaran dengan kekuatannya. Darkling begitu perhatian akan pelajaran dan latihan sihir Alina. Karena kesepian dan terpisah dari Mal, Alina pun menjadi dekat dengan Darkling dan bahkan tertarik pada pria itu. Jujur, saya agak kesal di bagian ini. Karena kalau Alina benar-benar jatuh cinta pada Darkling, saya sih bakal merasa si Alina bodoh. Pendekatan Darkling itu bikin saya mengernyit. Tidak wajar dan creepy. Saya merasa Darkling tidak bisa dipercaya sama sekali. 

Tapi saya tidak menyangka kalau Darkling punya alasan yang sangat kuat dalam menaklukkan Alina. Dia ingin memanfaatkan kekuataan unik Alina untuk kepentingannya sendiri. Sewaktu rahasia Darkling terbongkar, saya kaget. Saya selalu menganggap buku fantasi remaja pasti punya cinta segitiga di mana kedua tokoh laki-lakinya orang baik. Tapi di buku ini berbeda dan itu bikin ceritanya tidak tertebak. Keren...

Saya tidak akan membahas kisahnya lebih lanjut karena akan lebih menarik jika dibaca sendiri. Saya cukup suka dengan inspirasi setting di buku ini. Ada Ravka (Rusia) dan Shu Han (Cina). Kebetulan saya belum pernah baca buku bernuansa Rusia walaupun sebenarnya buku ini bisa bersetting di mana saja. Toh, genrenya fantasi. 

Sayangnya, saya tidak begitu suka dengan sistem pembagian dalam Grisha. Tidak penting. Tidak berkontribusi apa-apa dalam cerita. Padahal nama-namanya sudah dibuat rumit dan menarik: Corporealki dsb. Saya pikir penting. Ternyata cuma begitu doang. Saya juga tidak begitu suka bagian Alina saat berada di istana. Terlalu glamor. Didandani dan ada pesta segala. Saya lebih suka kalau yang ditonjolkan adalah pelatihan sihir Alina yang porsinya sangat sedikit di buku ini. 

Untuk sisi romance-nya, saya lumayan suka karena tokoh Mal tidak sempurna. Jelas bukan instalove karena Alina dan Mal sudah bersahabat sejak kecil. Memang banyak orang yang lebih suka Darkling. Tapi saya sih tidak. Jelas-jelas si Darkling itu jahat. Terserah kalau ada yang mau menyamakan Darkling dengan Warner di Shatter Me: villain yang sebenarnya baik. Saya tidak merasa bisa bersimpati dengan Darkling.

Dan... hal yang bikin saya agak ilfil dengan buku ini adalah konsep "The Chosen One". Alina adalah satu-satunya yang punya kekuatan pengendali cahaya. Dia adalah satu-satunya harapan bagi kegelapan Unsea yang semakin meluas. Bah! Saya sangat, sangat, sangat tidak suka konsep "The Chosen One". Itulah kenapa saya tidak terlalu suka dengan seri Harry Potter. Harry sejak awal sudah diramalkan akan mengalahkan Voldemort. Yah, saya tetap suka dengan dunia Harry Potter sekalipun saya benci konsep "The Chosen One" di seri itu. 

Awas saja, kalau buku selanjutnya menampilkan Alina sebagai satu-satunya orang yang bisa menyelamatkan Ravka. Saya mau teamwork

3/5

No comments:

Post a Comment