Sunday, 30 April 2017

Red Queen


Judul : Red Queen (Red Queen #1)
Penulis : Victoria Aveyard
Tebal : 388 halaman
Penerbit : Harper Teen

Mare Barrow’s world is divided by blood—those with red and those with silver. Mare and her family are lowly Reds, destined to serve the Silver elite whose supernatural abilities make them nearly gods. Mare steals what she can to help her family survive, but a twist of fate leads her to the royal palace itself where, in front of the king and all his nobles, she discovers an ability she didn’t know she had. Except . . . her blood is Red.

To hide this impossibility, the king forces her into the role of a lost Silver princess and betroths her to one of his own sons. As Mare is drawn further into the Silver world, her actions put into motion a deadly and violent dance, pitting prince against prince and Mare against her own heart.


Review:
Warning: Spoiler!!


Satu lagi buku fantasi remaja yang terkenal. Red Queen bertema distopia dengan bumbu kekuatan super. Cover-nya juga bagus.

Dunia Mare dibagi ke dalam dua golongan: mereka yang darahnya berwarna merah dan mereka yang darahnya berwarna perak. Darah merah biasanya orang normal, sedangkan darah perak adalah bangsawan yang memiliki kekuatan super. Karena kekuatan itulah, darah perak memerintah dengan seenaknya karena mereka tidak terkalahkan.

Sebuah pertemuan dengan pemuda misterius bernama Cal membuat Mare mendapat pekerjaan di istana sebagai pelayan. Sewaktu dia sedang bertugas, kecelakaan terjadi. Dia jatuh ke atas jaring-jaring listrik. 

Anehnya, dia tidak mati. Ternyata Mare punya kekuatan mengendalikan listrik. Kyaaa!! Sumpah, kenapa nggak ada heroine yang punya kekuatan ini sebelumnya ya? Buat saya, mengendalikan listrik adalah salah satu kekuatan paling keren. 

Darah merah dan punya kekuatan. Mare adalah sebuah anomali yang harus ditutupi. Sang ratu meminta Mare untuk melupakan keluarganya dan mengambil identitas baru sebagai anak hilang dari seorang bangsawan yang sudah mati. Dia harus ikut belajar dengan anak-anak darah perak yang lain. Sejarah, ilmu bela diri, mengendalikan kekuatan, dll. 

Sementara itu, cowok bernama Cal yang sebelumnya ditemui Mare ternyata adalah putra mahkota. Cal adalah seorang pengendali api. Bah! Sumpah, Victoria Aveyard memilih kekuatan paling keren buat kedua tokoh utamanya. Cowok pengendali api, man. Zucko banget, kyaaaaa!!! Tapi tentu saja Cal tidak sekeren Zucko karena sifatnya terlalu kaku dan baik. Kurang bajingan. Hahaha...

Untuk mengikat Mare, sang ratu menjodohkannya dengan si putra kedua yang bernama Maven. Maven tidak sepintar dan sekompeten Cal, tapi sifatnya lebih ramah. Dia sangat terbuka pada Mare dan tidak bersikap rasis seperti anggota bangsawan lainnya. Dengan cepat, Mare merasa nyaman dan berteman dengan Maven.

Tapi hati Mare tidak bisa berbohong. Dia jatuh cinta pada Cal. Sang putra mahkota kerap kali memberi perhatian dan membantunya beradaptasi dengan kehidupan di istana. Terus ada satu adegan di mana Cal mengajari Mare berdansa dan berciuman pertama kali dengan gadis itu. Saya jarang merinding dan tersentuh oleh adegan romantis, tapi adegan itu... mengena sekali. Atmosfernya dapat banget. Magical.

Sebenarnya saya agak merasa buku ini terlalu sama dengan buku-buku distopia yang pernah saya baca sebelumnya. Entah kenapa berbagai adegan mengingatkan saya akan buku tertentu seakan si penulis menggabung-gabungkan plot dari berbagai buku dan menuliskannya ke dalam Red Queen. Tapi tidak masalah sih. Saya tetap merasa buku ini cukup menghibur, ceritanya mengalir lancar dan enak dibaca.

Buku ini ada plot twist-nya. Saya memang sempat curiga di awal dengan tokoh satu itu. Cuma seiring waktu berjalan, saya malah lumayan suka dan percaya kalau tokoh itu baik. Victoria Aveyard pintar sekali bikin saya tertipu. Memang sih di akhir ada satu adegan yang bikin saya curiga lagi. Adegannya konyol banget:

Farley scoffs. "You want me to pin my entire operation, the entire revolution, on some teenaged love story? I can't believe this."
Across the table, a strange look crosses Kilorn's face. When Farley turns to him, looking for some kind of support, she finds none.
"I can," he whispers, his eyes never leaving my face. (Seriusanlah, kalian kan sedang ingin melakukan pemberontakan. Masa sebodoh itu percaya pada kisah cinta?)

TAPI ADEGAN HUKUMAN DI ARENA ITU!!!!! GILAAAAAAAAAAAAAAAA.... KEREN PARAHHHH!!

Cal dan Mare harus melawan banyak darah perak di akhir. Bertarung sampai mati, pokoknya. Menurut saya, itu adalah adegan pertarungan paling spektakuler yang pernah saya baca. Berbagai macam kekuatan super, taktik, teknik bertarung, strategi... Intens dan seru banget. Saya bisa membayangkan semuanya dengan jelas di kepala saya. Mantap!!! Saya memutuskan memberi rating lebih kepada buku ini karena adegan di arena itu.

Saya penasaran dengan sekuelnya. Semoga ada pertarungan keren seperti di buku pertamanya ini. Woohoo!!!

4/5

No comments:

Post a Comment