Judul : Divortiare
Penulis : Ika Natassa
Tebal : 288 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Commitment is a funny thing, you know? It's almost like getting a tattoo. You think and you think and you think and you think before you get one. And once you get one, it sticks to you hard and deep.
"Jadi lebih penting punya Furla baru daripada ngilangin nama mantan laki lo dari dada lo?"
Pernah melihat Red Dragon? Aku masih ingat satu adegan saat Hannibal Lecter yang diperankan Anthony Hopkins melihat bekas luka peluru di dada detektif Will Graham (Edward Norton), dan berkata, "Our scar has a way to remind us that the past is real."
Tapi kemudian mungkin kita tiba di satu titik ketika yang ada hanya kebencian luar biasa ketika melihat tato itu, and all you wanna do is get rid of it. So then you did.
Alexandra, 27 tahun, workaholic banker penikmat hidup yang seharusnya punya masa depan cerah. Harusnya. Sampai ia bercerai dan merasa dirinya damaged good. Percaya bahwa kita hanya bisa disakiti oleh orang yang kita cintai, jadi membenci selalu jadi pilihan yang benar.
Little did she know that fate has a way of changing just when she doesn't want it to.
"Jadi lebih penting punya Furla baru daripada ngilangin nama mantan laki lo dari dada lo?"
Pernah melihat Red Dragon? Aku masih ingat satu adegan saat Hannibal Lecter yang diperankan Anthony Hopkins melihat bekas luka peluru di dada detektif Will Graham (Edward Norton), dan berkata, "Our scar has a way to remind us that the past is real."
Tapi kemudian mungkin kita tiba di satu titik ketika yang ada hanya kebencian luar biasa ketika melihat tato itu, and all you wanna do is get rid of it. So then you did.
Alexandra, 27 tahun, workaholic banker penikmat hidup yang seharusnya punya masa depan cerah. Harusnya. Sampai ia bercerai dan merasa dirinya damaged good. Percaya bahwa kita hanya bisa disakiti oleh orang yang kita cintai, jadi membenci selalu jadi pilihan yang benar.
Little did she know that fate has a way of changing just when she doesn't want it to.
Review:
Ika Natassa ini salah satu penulis yang banyak sekali fansnya. Saya sendiri tidak suka sama karyanya karena dulu waktu saya baca A Very Yuppy Wedding, saya ingat kalau saya kesal banget sama karakter utamanya. Bukan pengalaman membaca yang bagus, pokoknya. Tapi saya selalu memberi kesempatan buat penulis untuk membuktikan kehebatannya. Jadi, saya pilih novel ini.
Ternyata setelah saya baca, saya beneran suka. Idenya cukup unik untuk genre Metropop karena menceritakan pasangan yang sudah cerai namun masih saling mencintai satu sama lain. Tapi keduanya punya ego yang sangat tinggi dan nggak ada yang mau mengalah.
Alexandra adalah seorang banker yang cukup sukses dengan jam kerja yang sangat tinggi. Dulu dia pernah menikah dengan Beno, sang dokter bedah jantung yang baru memulai karirnya dan memiliki jam kerja yang sangat tidak menentu. Cerita dituturkan dengan alur maju mundur sehingga akhirnya saya bisa mengetahui awal dari kisah cinta mereka, sebuah dongeng indah yang berakhir pada perceraian. Intinya sih cuma satu. Masing-masing terlalu sibuk dengan karirnya sehingga lupa pada kehidupan pernikahan. Semua bermula dari janji-janji kecil yang tak terpenuhi karena lupa dan sibuk. Lalu segalanya hancur saat komunikasi tidak lagi terjadi.
Bagian terbagus dari novel ini adalah monolog Alexandra saat menceritakan masa lalunya dengan Beno. Ika Natassa menuliskan semuanya dengan kalimat-kalimat pengandaian, quote-quote film, dan kata-kata yang sangat pas sehingga saya betah bacanya. Beautiful. Saya terbawa sedih dan simpati pada Alexandra. Saya terus berharap dia bisa kembali pada Beno karena mereka jelas-jelas masih saling suka, walaupun mereka berantem terus setiap kali bertemu. Pokoknya buku ini enak dibaca karena bahasa Ika Natassa beneran mengalir mulus dan catchy. Saya juga suka selera humor Alexandra dan sahabatnya, Wina. Agak porno juga mereka berdua ini, haha... Beneran khas sahabat, nggak ada yang ditutup-tutupi.
Selain itu, saya juga suka bagian-bagian kecil yang menjelaskan hubungan istimewa Alexandra dan Beno. Mulai dari tato nama Beno di dada Alexandra, kebiasaan Alexandra yang selalu menelpon Beno kalau sakit (ya, iyalah dokter pribadi sekalipun dokter di Jakarta itu bukan cuma Beno doang), rumah yang dibeli dengan uang mereka bersama, Alexandra yang masih manggil "Mama" ke ibu Beno, dll. Interesting. Cuma sayang, buku ini memakai sudut pandang orang pertama. Padahal saya mau tahu isi kepala Beno. Terus ada satu hal yang bikin saya nggak sreg. Terlalu banyak bahasa Inggris dalam dialog dan narasinya. Kesannya jadi kayak novel gado-gado.
Ending buku ini agak menggantung. Tapi memang masih ada lanjutannya di Twivortiare dan Twivortiare 2.
Saya jadi penasaran mau baca buku Ika Natassa yang lain. :)
4/5
wah,baca reviewnya jd pengn baca juga.apalagi label metropop yg disematnya, paling favorit
ReplyDeletekalo suka metropop, harus baca ini. Lumayan bagus :)
ReplyDelete