Thursday, 12 February 2015

A Girl Who Loves A Ghost


Judul : A Girl Who Loves A Ghost
Penulis : Alexia Chen
Tebal : 552 halaman
Penerbit : Javanica

“Kenyataan bahwa aku bukan lagi menjadi bagian dari dunia ini nyaris menghancurkanku. Jiwaku perlahan rusak oleh dendam dan amarah, hingga gadis itu muncul dan menemukanku.”

“Apa yang akan kau lakukan jika kau ternyata melihat sesuatu yang sebenarnya tidak nyata? Seperti misalnya, sesosok hantu berparas tampan? Bagaimana reaksimu seandainya kau terlambat menyadari bahwa kau telah jatuh terlalu dalam untuk bisa menemukan jalan kembali? Manakah yang lebih bijaksana, mengarungi neraka demi sebuah akhir bahagia ataukah menyerah dengan melepaskan? Apa yang akan kau lakukan jika kau jadi aku?”
 


Review:
Sebenarnya sinopsis di belakang bukunya cuma dialog dari dua tokoh utamanya, tapi itu sudah cukup menjelaskan. Dari judulnya saja sudah bisa ditebak ceritanya.

Pertama, saya mau muji cover-nya. Mencolok sekali dan langsung kelihatan jelas di rak buku Gramedia. Tanpa ba-bi-bu, saya langsung ambil saja. Dan ternyata ini novel lokal, Saudara-Saudara. Saya nggak nyangka sih. 

Buku ini menggunakan sudut pandang orang pertama dari dua tokoh utamanya: Aleeta Jones dan Nakano Yuto. Jujur, saya nggak sreg sama nama tokoh utamanya yang tidak mencerminkan Indonesia. Saya tidak masalah dengan nama depan yang kebarat-baratan/kejepang-jepangan, tapi nama belakangnya minimal harus nama Indonesia. Tapi... ya sudahlah.

Aleeta Jones adalah cewek blasteran yang orang tuanya selalu pergi dinas di luar negeri. Dia ditinggalkan di Jakarta bersama adiknya, Chloe. Penampilan Aleeta seperti bule karena rambutnya pirang, tapi dia selalu kesal dikira orang asing. 

Suatu hari Aleeta membaca berita pembunuhan salah satu anak konglomerat bernama Nakano Yuto. Sesuai kebiasaannya, dia mendoakan arwah orang yang tidak beruntung itu dan... BAM!! Seorang cowok tampan kayak artis drama Asia muncul di depannya. Cowok bernama Yuto itu dengan iseng mengganggu dosen pembimbing Aleeta di kelas. Awalnya, Aleeta bingung kenapa tidak ada satu orangpun yang sadar akan keberadaan cowok itu. Lalu ia pun sadar. Ia sedang berhadapan dengan hantu.

Yuto kesal karena nasibnya begitu sial. Mati muda karena dibunuh preman. Ia pun meminta Aleeta untuk membantu mencari pembunuhnya sekaligus mencari adik kembarnya. 

Petualangan pun dimulai. Aleeta ditemani Yuto pergi menemui keluarga cowok itu di Bandung. Mereka berdua beradu mulut terus sepanjang jalan. Aleeta tidak rela membantu, tapi dia tidak bisa tenang karena Yuto terus merongrongnya. Hantu kurang ajar, memang. Yuto sampai merasuki dosen Aleeta hanya untuk mengumumkan kalau kelas diliburkan. Biar Aleeta nggak bisa pake alasan kuliah untuk menolak membantunya. 

Sedikit demi sedikit, rahasia pun terkuak. Ada alasan di balik pembunuhan Yuto. Dalam proses penyelidikan itu, Aleeta dan Yuto pun jadi dekat. Keduanya saling jatuh cinta di saat yang salah. Mereka jelas-jelas tahu bagaimana akhir dari cinta mereka karena Yuto sudah mati.

Saya mau ngaku. Dulu saya sempat iseng nulis cerita cinta antara manusia dan hantu seperti ini. Ke mana cerita itu? Tak pernah selesai, tentunya. Haha... 

Oke, kembali ke novel ini. Saya suka hubungan terlarang dan tak punya harapan seperti hubungan Aleeta dan Yuto di sini. Sepanjang cerita saya terbawa sedih dan ikut sakit hati seperti Aleeta. Walaupun saya sudah tahu akhirnya, tetap saja saya suka bacanya. Ditambah lagi, petualangan Yuto dan Aleeta juga cukup seru untuk diikuti.

Secara keseluruhan, saya suka novel ini. Tapi saya tidak mendapat nuansa settingnya sama sekali. Indonesia? Tokohnya jelas blasteran dan orang Jepang. Dialognya sangat baku dan terjemahan banget. Saya maafin deh bagian well dan yeah karena dari awal sudah dijelaskan kalau dua kata itu adalah kata favorit Aleeta. Saya kasih contoh ya.

"Bicaralah padaku." (hal. 30)
"Terima kasih atas semua ini, Senna. Kau benar-benar sahabat terbaikku." (hal. 33)
"Kau tidak perlu terus-menerus mengingatkanku akal hal itu." (hal. 50)

Bukan masalah besar sih... Tapi geli aja. Kurang smooth dialognya. Selain itu, saya rasa novel ini bisa diperpendek dan dipangkas lagi. Ada beberapa pengulangan. Saya lupa di halaman berapa saja. Jadi si tokoh sudah berbicara, tapi lalu diikuti narasi "kata Yuto memberitahukan masa lalunya padaku". Semacam itulah. Pengulangan yang sangat redundant

Tapi saya bukan pakar masalah edit-mengedit. Saya cuma seorang penikmat cerita dan saya suka buku ini, walaupun saya kurang bisa connect sama Aleeta dan Yuto. Mereka digambarkan terlalu sempurna sih dan saya tidak begitu suka tokoh sempurna. 

Di akhir, ada bagian yang menjelaskan kalau Aleeta kemungkinan mewarisi darah penyihir. Saya tidak mengerti maksudnya. Apakah buku ini ada sekuelnya? Kabarnya sih ada, tapi saya juga tidak yakin. Yang jelas, ditunggu lanjutannya kalau ada. 

4/5

2 comments:

  1. All of your point here is my sentiment exactly!

    Iyaa mba, buku ini katanya mau ada sekuelnya.. aku juga mw nunggu sekuelnya. Semoga kekurangan dibuku ini segera diperbaiki di sekuelnya. Kalo enggak, nanti aku bashing lagi wkwk. But honestly, I like this book, cuma kecewa aja sama bbrp point itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sayang banget padahal ceritanya bagus hehe... Wih, beneran ada sekuelnya. Mantap :)

      Delete