Judul : Dan Hujan Pun Berhenti...
Penulis : Farida Susanti
Tebal : 322 halaman
Penerbit : Grasindo
My Rating : 4/5
Saya tertarik membeli buku ini karena ternyata pengarangnya dapat penghargaan khatulistiwa award kategori penulis muda berbakat. Tapi saya nggak berharap terlalu tinggi sih.
Eits, jangan salah. Saya sangat terkejut, lho. Begini ya. Waktu buku ini terbit si penulis paling baru berusia 17 tahun. Bagaimana cara orang semuda itu menciptakan novel dengan cerita berat, dark, dan rumit model begini?
*geleng-geleng kepala
Menceritakan seorang murid SMA bernama Leo, blasteran Jepang-Indo yang nggak pernah mau percaya sama orang lain. Dia bersikap berandalan dan selalu membuat onar. Dia juga menganggap semua orang di sekitarnya itu hanyalah budak yang bisa dia manfaatin sebagai kedok kalau hidupnya normal.
Padahal jelas dia nggak normal.
Ternyata Leo punya masa lalu yang kelam. Ayahnya suka memukulinya, ibunya juga nggak peduli sama dia, dan itu membuatnya kabur dari rumah. Dia hidup cuma dari uang yang dikirim kakaknya. Karakter Leo ini memang menyebalkan. Kurang ajar, keras kepala, dan pastinya agak sedikit gila karena psikologinya rusak. Dia benci semua orang di sekitarnya.
Kecuali Iris, gadis kecil lemah yang berhasil menembus tembok hatinya. Tapi di akhir Iris mengusirnya pergi dan di hari yang sama... Iris tertabrak mobil dan meninggal.
Kehilangan membuat Leo semakin skeptis sama dunia. Dia tidak menyayangi siapapun kecuali adik dan kakaknya karena mereka bertiga mengalami nasib yang sama dengan memiliki orang tua sinting dan tak berperasaan.
Itulah latar belakang seorang Leo.
Sebenarnya novelnya lebih bersifat banyak flashback. Cerita di buku ini dimulai dengan awal yang aneh, yaitu pertemuan Leo dengan cewek yang sedang menggantung teru-teru bozu. Apa itu teru-teru bozu? Itu tuh, boneka yang dipercaya orang Jepang sebagai penangkal hujan. Biasanya digantung di luar rumah (lihat cover buku buat jelasnya).
"Hei! Kenapa menggantungkan itu?"
"Biar hujan nggak turun."
"Memangnya kenapa kalau turun?"
"Aku keburu mati sebelum aku bunuh diri."
"Kamu mau bunuh diri?"
"Ya, asal nggak hujan."
What???? Sumpah, nggak jelas banget dialog itu. Tapi justru sangat catchy. Gila, tokoh utama ceweknya yang bernama Spiza itu mau bunuh diri.
Hebat. Cowok sama ceweknya sama-sama damaged people.
Nah, bagaimana hubungan keduanya selanjutnya? Kenapa Spiza mau bunuh diri? Sebaiknya dibaca sendiri supaya lebih jelas.
Saya suka sama cerita buku ini. Saya suka cerita yang dalam, serius, dan terutama saya suka cerita orang yang sakit secara psikologi. Bukan sakit jiwa gitu, tapi ada yang broken dari jiwanya. Makanya pas saya tahu kedua tokoh utamanya broken, saya langsung semangat bacanya. (Tampaknya yang sakit jiwa itu saya, ya...)
Terus-terang ini teenlit pertama yang bisa menjadi kandidat buku favorit saya. Romantisnya dapat, sedihnya dapat, frustrasinya dapat, bahkan emosinya juga dapat. Tapi sayang. Mungkin karena penulisnya masih muda, atau mungkin saya yang sudah terlalu tua, yang jelas banyak dialog yang terasa aneh. Kekanak-kanakan mungkin. Jokenya bahkan saya nggak dapat di mana letak lucunya. Rasanya kok garing ya. Karena ceritanya sendiri sudah dark, mungkin lebih baik nggak usah ada joke sama sekali. Malah jadi bikin saya mutar mata dan es-we-te sendiri. Apalagi ada bagian di mana si Leo ngomong sambil nge-rap kayak orang negro. Please, deh.
Tapi secara keseluruhan saya suka banget ceritanya yang beda banget sama teenlit biasanya. Bagaimana si Leo berkembang menjadi pribadi lebih dewasa dan mau memaafkan, bagaimana hidup menawarkan kesempatan kedua, bagaimana sebuah pengorbanan bisa menunjukkan berapa indah sebuah kehidupan itu...
Aduh, tapi itu... percakapan dalam huruf kapitalnya banyak amat. Tokoh-tokohnya senang banget berteriak sama marah-marah. Mungkin lebih enak kalau dijelasin saja kalau mereka sedang berteriak daripada ditulis dengan huruf kapital. Sakit mata juga sih lama-lama, hehe...
Saya benar-benar salut sama pengarang satu ini. Keren banget bisa bikin cerita model begini. WOW!
Dreamer is happy because her mother will come to Singapore, time for shoppingggg (oops! I didn't mean to say that actually...)
:)
thanks for reviewing this book. dari dulu udah tertarik sama buku ini krn ya itu, pngarangnya masih muda dan menang KLA. hebat ya
ReplyDeletedan ternyata ceritanya juga bagus
tapi dasar aja saya suka malas baca buku dark sih, makanya mau beli ini ditunda melulu :p
heheee
haha... iya, ci... ceritanya bagus n unik banget
ReplyDeleteyup! kalo baca buku dark harus mood dulu, ntar kebawa down juga deh hehe^^
salam kenal Sabrina :)
ReplyDeleteaku suka banget buku ini, menjadi awal aku menyukai semua tulisan Farida Susanty :)
salam kenal juga peri hutan :)
ReplyDeleteaku juga suka buku ini *tos