Sunday, 16 October 2011

Beauty Like The Night


Judul : Beauty Like The Night
Penulis : Liz Carlyle
Penerbit : Oak Tree
Resensi :
Ketika Helene de Sevres menapakkan kakinya di tangga pintu rumah Camden Rutledge, kisah masa lalu terungkap. Helene—putri seorang janda yang sangat “licik”, telah berupaya keras untuk menjadi ahli dalam psikiatri anak, cabang kedokteran yang sedang berkembang pesat—mengesampingkan kepentingan dan kebutuhan pribadi untuk seumur hidup memberikan pelayanan dan pendidikan. Camden, putra Lord Treyhern seorang penggemar wanita dan punya hubungan terselubung dengan ibu Helene, telah menyelamatkan semua anggota keluarga, baik dari jurang kehancuran finansial maupun sosial. Kewajiban adalah segalanya bagi Cam.

Helene dan Camden adalah sepasang kekasih di kala remaja. Ketika Helene membalas sebuah iklan yang mencari guru pribadi khusus, yang belakangan ternyata untuk menyembuhkan anak perempuan Camden yang mengalami trauma, sulur-sulur ketertarikan tak terelakkan tumbuh lagi di antara mereka. Hati Camden yang selama ini beku tanpa sentuhan cinta mulai meleleh bersamaan dengan perjuangan mereka membentuk citra diri mereka sendiri terhadap citra buruk orangtua mereka, yang menghadirkan mereka ke dunia ini tanpa mencurahkan kasih sayang.

Halangan apa yang mereka hadapi dalam memperjuangkan benih-benih cinta yang dulu pernah ada setelah rentang waktu sekian lama berlalu? Apakah mereka berhasil mempertautkan cinta dan kasih sayang mereka?


Saya tertarik membeli buku ini karena cover-nya. Hitam mengkilap. Benar-benar cocok dengan judulnya.

Ini karya pertama Liz Carlyle yang saya baca. Tapi dari satu buku ini saya menyimpulkan kalau pengarang ini sangat detail. Dia mengarang adegan per adegan dengan plot yang sangat lambat. Bayangkan di awal buku saya sampai bosan karena tiga bab untuk kejadian satu hari. Pagi, siang, malam diceritakan. Tapi di luar itu, saya memuji pengarang ini untuk menciptakan tokoh dengan kedalaman karakter yang luar biasa. Camden yang serius dan terlalu bertanggung jawab tertarik pada Helene yang ceria dan berkepribadian kuat. 

Menceritakan dua orang yang bersahabat di masa muda, namun dipisahkan oleh kedua orang tuanya. Mereka bertemu lagi saat Camden membutuhkan pengajar pribadi bagi anaknya yang tidak mau bicara. Helene yang sejak berpisah dengan Camden mencoba menapaki hidup di jalan yang terhormat dengan menjadi pengajar sekaligus psikiatri.

Orang tua dari kedua belah pihak adalah orang-orang yang egois sehingga menjadikan kedua tokoh adalah sosok yang penuh luka. Ayah Camden adalah bangsawan yang suka bermain wanita dan hanya peduli membuang-buang uang hingga bangkrut. Dari muda, Camden sudah bekerja keras demi mempertahankan kekayaan keluarganya juga mengurus kedua adiknya karena sang ibu sudah meninggal. Sedangkan ibu Helene adalah wanita mata duitan yang suka berpindah-pindah dari satu pria kaya ke pria kaya lain. Bahkan ibu Helene adalah simpanan ayah Camden. 

Kepahitan itulah yang membuat Camden dan Helene bersahabat. Mereka bahkan jatuh cinta tapi karena status yang tak sesuai mereka dipisahkan. 

Pertemuan belasan tahun kemudian di rumah Camden kembali mengungkap luka lama. Camden masih kecewa dan marah karena Helene sama sekali tidak mau berjuang demi hubungan mereka dulu. Namun Camden tidak bisa memungkiri perasaannya sendiri untuk Helene sehingga akhirnya ia malah menerima Helene apa adanya. 

Liz Carlyle membangun hubungan kedua tokoh tidak berdasar dari nafsu dan hasrat. Mereka membangun sebuah hubungan dari persahabatan dan percakapan sederhana yang sehari-hari. Sangat realistik sehingga saya harus angkat topi bagi pengarang yang bisa menulis hal seperti ini. Tapi sayangnya percakapan sederhana itu bagi saya agak menjemukan.

Yang menarik dari novel ini adalah keberadaan misteri di dalamnya. Selama tinggal di rumah itu, Helene menemukan misteri di balik kematian almarhum istri Camden. Ia tahu Ariane, anak Camden tidak mau bicara karena apa yang dilihatnya sewaktu ibunya meninggal. Dan si penjahat masa lalu masih mengintai. Dia takut Ariane akan membongkar rahasianya. Di samping itu, Helene yang sudah berhasil sedikit demi sedikit membujuk anak itu untuk bicara harus disingkirkan. 

Buku ini adalah seri pertama dari Rutledge Family. Saya sangat tertarik untuk membaca adik Camden, Bentley. Tokoh ini sangat misterius, santai, namun juga penuh kepahitan. Menarik sekali.

Empat bintang.

Dreamer is preaparing for flea market, gonna sell things...


:)

No comments:

Post a Comment