Monday 18 September 2023

Story of Seth


 Judul : Story of Seth
Penulis : Wulanfadi
Tebal : 328 halaman
Penerbit : Gagasmedia

“Gue terlalu nerima lo apa adanya. Ya, apa adanya. Gue nerima lo jadi cowok terjorok yang pernah gue tahu. Gue nerima lo sebagai gamer, alergi bunga, dan nggak pernah ingat tanggal annive kita.”

Bila kita selalu menerima baik-buruk seseorang, bisa membuat kita jenuh, bukan? Begitu juga yang terjadi kepada Seth dan Mourina. Perlahan, tetapi pasti, kebosanan mulai mengikis keinginan mereka untuk terus bersama.

Bagi keduanya, sebelum bisa menyebutnya cinta, kebersamaan mereka perlu diuji. Namun, ujian yang semula dianggap biasa dan mudah dilewati justru membawa hati mereka semakin jauh. Perlahan, rasa di antara keduanya tak lagi utuh.

Keberadaan orang lain di sisi mereka membuat jarak semakin bersiasat memisahkan.

Seth dan Mourina tak pernah menyangka, menuntut pembuktian cinta bisa begini rumit. Tak boleh salah mengartikan tanda-tanda. Sekali saja mereka keliru, kisahnya akan sampai pada awal yang baru. Namun, jika mengikuti kata hati, mereka akan menemukan jalan kembali.

Review:
Saya mungkin tidak akan membaca buku ini kalau tidak membaca buku Wulanfadi sebelumnya yang berjudul Matt & Mou. Begitu saya baca judul buku ini, saya langsung tahu kalau buku ini akan bercerita tentang Seth yang merupakan salah satu anggota dalam gengnya Matt. Sebenarnya waktu saya baca buku Matt & Mou, saya tidak terlalu penasaran tentang Seth. Dia hanya karakter sampingan yang tidak begitu menonjol dan banyak bicara.

Tapi judul buku ini bikin saya penasaran. Judul seperti itu berarti menekankan bahwa tokoh Seth akan sangat kompleks dan menarik untuk diceritakan. Itu yang ada di otak saya. Dan saya rasa ekspektasi seperti itu akan merusak pengalaman membaca jika ternyata isi ceritanya tidak sesuai.

Itulah yang terjadi. Jujur saja. Seth tidak punya karakter menonjol yang menarik selain cuek dan tidak romantis. Dia pacaran dengan adiknya Mou dan bahkan karakter Mourina itu juga hampir mirip dengan kakaknya. Konflik hubungan mereka tidak membuat perubahan penting terhadap karakter mereka di akhir. Tidak ada pelajaran berarti gitu. Ya, cinta mereka diuji dengan adanya pihak lain. Tapi saya lebih percaya mereka tidak cocok dan lebih baik berpisah saja. Kurang komunikasi pula. Cara menyelesaikan masalah hubungan hanya dengan sebuah pengertian "dia memang orangnya begitu dan akhirnya saya mengerti" itu kurang kuat sebagai dasar agar sebuah hubungan tetap berlanjut. Kan harus saling bertumbuh dan kompromi dong. Diskusi atau apalah.

Entahlah. Saya selalu suka cerita anak-anak SMA dan keseharian mereka. Hanya itu saja yang bikin saya tetap baca sampai akhir. 

2/5

No comments:

Post a Comment