Judul : Five Dark Fates (Three Dark Crowns #4)
Penulis : Kendare Blake
Tebal : 480 halaman
Penerbit : Macmillan Children Books
Three dark sisters rise to fight. Allegiances shift. Bonds break. Secrets surface.
Mirabella has returned to the capital, seemingly under a banner of truce.
Katherine maintains her rule over Fennbirn – for now – but at huge personal cost.
Arsinoe is lost, the responsibility of stopping the ravaging mist heavy on her shoulders.
As oldest and youngest circle each other, and Katharine begins to yearn for the closeness that Mirabella and Arsinoe share, the dead queens hiss caution. They whisper that Mirabella is not to be trusted. But even they are drawn to her power . . .
The fate of the island lies in the hands of its queens.
The epic conclusion to Kendare Blake's bestselling Three Dark Crowns series.
Mirabella has returned to the capital, seemingly under a banner of truce.
Katherine maintains her rule over Fennbirn – for now – but at huge personal cost.
Arsinoe is lost, the responsibility of stopping the ravaging mist heavy on her shoulders.
As oldest and youngest circle each other, and Katharine begins to yearn for the closeness that Mirabella and Arsinoe share, the dead queens hiss caution. They whisper that Mirabella is not to be trusted. But even they are drawn to her power . . .
The fate of the island lies in the hands of its queens.
The epic conclusion to Kendare Blake's bestselling Three Dark Crowns series.
Review:
Warning: Spoiler!
Setelah buku sebelumnya yang lumayan epik, saya langsung tidak sabar melanjutkan seri ini.
Buku keempat ini dimulai dengan cukup berdarah-darah. Arsinoe berusaha keras mencari cara untuk membuat Jules kembali normal dengan blood magic. Saya bisa membayangkan kalau dijadiin film pasti kayak film vampir. Darah di mana-mana.
Mirabella yang hatinya lembut pergi menemui Katherine untuk mencari tahu apa yang salah dari adik kembarnya itu. Saya suka bagaimana pelan-pelan Katherine menyadari kalau dia juga menyayangi Mirabella. The feelssss!! Saya selalu saja tidak tahan sama beginian.
Sebenarnya yang membuat saya suka sekali dengan seri ini bukan karakter-karakternya. Oh, saya suka sama Mirabella, Arsinoe, dan Katherine. Tapi itu tidak bisa dibandingkan dunia di buku ini. Ada sesuatu yang familiar dari Fennbirn. Entah karena penulis bisa menciptakan setting dan deskripsi suasana yang bagus, atau memang kepandaian si penulis yang bisa membuat pembacanya masuk ke dalam dunianya dengan mudah.
Sayangnya, ending buku ini agak terlalu out of nowhere. Oh, endingnya sudah direncanakan dari buku sebelumnya. Begitu ada bahasan soal Legion Queen, saya sudah tahu kira-kira ratu yang bakal terpilih itu siapa. Cuma entah kenapa rasanya seperti semua keunikan Fennbirn dihilangkan semuanya. Kematian dua tokoh utamanya di akhir sangat terburu-buru dan kurang memberikan impact.
Jujur saja, saya memang paling suka sama Arsinoe. Mungkin karena kemampuan yang dia miliki paling keren, menurut saya. Tapi di buku ini saya agak merasa kalau Arsinoe terlalu sempurna sebagai karakter. Dia juga hampir tidak pernah punya perasaan. Ya, saya tahu dia orang praktikal dan altruistik. Dia tidak berpikir saat melakukan sesuatu yang berhubungan dengan orang-orang yang disayanginya. Tapi saya jadi tidak pernah bisa connect dengan karakter ini. Ending untuk Arsinoe bikin saya agak conflicted. Di satu sisi saya tidak suka karena pilihan yang dibuatnya itu terlalu lemah. Masa ngikutin cowok ke tempat yang jelas-jelas tidak disukainya? Tapi saya suka juga karena itu bikin sedih, seakan meninggalkan memori di belakang.
Warning: Spoiler!
Setelah buku sebelumnya yang lumayan epik, saya langsung tidak sabar melanjutkan seri ini.
Buku keempat ini dimulai dengan cukup berdarah-darah. Arsinoe berusaha keras mencari cara untuk membuat Jules kembali normal dengan blood magic. Saya bisa membayangkan kalau dijadiin film pasti kayak film vampir. Darah di mana-mana.
Mirabella yang hatinya lembut pergi menemui Katherine untuk mencari tahu apa yang salah dari adik kembarnya itu. Saya suka bagaimana pelan-pelan Katherine menyadari kalau dia juga menyayangi Mirabella. The feelssss!! Saya selalu saja tidak tahan sama beginian.
Sebenarnya yang membuat saya suka sekali dengan seri ini bukan karakter-karakternya. Oh, saya suka sama Mirabella, Arsinoe, dan Katherine. Tapi itu tidak bisa dibandingkan dunia di buku ini. Ada sesuatu yang familiar dari Fennbirn. Entah karena penulis bisa menciptakan setting dan deskripsi suasana yang bagus, atau memang kepandaian si penulis yang bisa membuat pembacanya masuk ke dalam dunianya dengan mudah.
Sayangnya, ending buku ini agak terlalu out of nowhere. Oh, endingnya sudah direncanakan dari buku sebelumnya. Begitu ada bahasan soal Legion Queen, saya sudah tahu kira-kira ratu yang bakal terpilih itu siapa. Cuma entah kenapa rasanya seperti semua keunikan Fennbirn dihilangkan semuanya. Kematian dua tokoh utamanya di akhir sangat terburu-buru dan kurang memberikan impact.
Jujur saja, saya memang paling suka sama Arsinoe. Mungkin karena kemampuan yang dia miliki paling keren, menurut saya. Tapi di buku ini saya agak merasa kalau Arsinoe terlalu sempurna sebagai karakter. Dia juga hampir tidak pernah punya perasaan. Ya, saya tahu dia orang praktikal dan altruistik. Dia tidak berpikir saat melakukan sesuatu yang berhubungan dengan orang-orang yang disayanginya. Tapi saya jadi tidak pernah bisa connect dengan karakter ini. Ending untuk Arsinoe bikin saya agak conflicted. Di satu sisi saya tidak suka karena pilihan yang dibuatnya itu terlalu lemah. Masa ngikutin cowok ke tempat yang jelas-jelas tidak disukainya? Tapi saya suka juga karena itu bikin sedih, seakan meninggalkan memori di belakang.
Tapi saya masih tetap merasa seri ini menyajikan dunia yang sangat saya sukai. Jadi, walau saya agak kurang sreg dengan beberapa plot dan endingnya, saya tetap masih menganggap seri ini bagus.
Seri Three Dark Crowns:
4. Five Dark Fates
4/5
No comments:
Post a Comment